Selasa, 22 September 2015

PERCINTAAN DENGAN KAKAK SAHABATKU

http://id.m8win.net/my/home

M8WIN - “hendra..kapan ngerjain tugas nih? besok dikumpulin cuy!!!” tanyaku pada sahabatku.“sekarang aja deh, kita ngerjain dirumah gw”
aku dan hendra memang 1 kelompok untuk menyalesaikan tugas analisa perancangan sistem. tugas yang belakangan ini membuat otakku sedikit kacau. aku dan hendra berteman sejak semester awal. entah hal apa yang membuat kami bisa berteman sampai saat ini. tapi yang jelas hendra teman terbaikku. saking akrabnya kami untuk menginap dirumahnya pun sudah hal biasa bagiku. semua anggota keluarganya pun mengenalku. ya, jhoni darmawan (nama samaran) itulah aku.

mobil hendra melesat membelah jalanan ibu kota. matahari sore memancarkan sinar kekuningan. membuat pemandangan gedung bertingkat menjadi lebih indah. waktu di jam tanganku menunjukkan jam 4 sore. lalu lintas saat ini belum terlalu padat. hendra pun makin menginjak dalam pedal gas mobilnya, membuat perjalanan kami menuju rumah hendra lebih singkat. rumah 2 lantai dengan pekarangan yang luas berdiri kokoh.

“masuk jhon, bokap nyokap gw lg gak ada” ajak hendra.
“mang bokap nyokap lo kemana?”
“lagi ada acara di surabaya”
“oh” jawabku singkat.
kami pun masuk ke dalam rumah mewah milik keluarga hendra. sangat beruntung bocah ini. di beri harta yang cukup berlimpah. menaiki tangga menuju kamar hendra di lantai dua. kamar cukup besar dengan fasilitas dan elektronik yang cukup lengkap. tv flat, ac, dvd, dan lai-lain.
“tuh jon laptopnya. tinggal pake aja. gue mandi dulu ya”

“gue bingung mulai dari mana nih ndra?”
“catetannya ada di file gue. lo copy paste aja. nanti tinggal tambahin”
“oke deh”
aku mulai mengutak atik tugas yang membebaniku saat ini. dengan sedikit usaha dan pikiran akhirnya selesai sebagian. hendra keluar dari kamar mandi. rambutnya masih basah. handuk masih membelit di pinggangnya. aku masih duduk di depan laptop dengan pikiran yang mulai jenuh dengan tugas.

“kenapa lo jhon?” tanya hendra.
“mumet nih gue. lo lanjutin nih. ntar tinggal di gabungin”
“hahahahahahahaha. gue kira lo kenapa? yaudah istirahat dulu sana!”
bi yum datang membawa nampan berisi se-pitcher besar sirup dan sepiring wafer coklat ke kamar hendra.

“saya kira siapa? nggak taunya mas jhoni. monggo di minum mas”
“makasih bi yum”
bi yum, pembantu rumah tangga keluarga hendra sejak dulu. sangat setia melayani keluarga hendra. bi yum kenal akrab denganku karena aku memang sering menginap dirumah hendra. tak asing lagi wajahku di kediaman keluarga hendra.
“sana lo istirahat! sini biar gue yang lanjutin” sergah hendra.
“eh, kakak lo mana ndra?” tanyaku seraya merebahkan badan di atas renjang empuk.
“siapa? gia?”

“ya kakak lo emang siapa lagi selain si gia”
“hehehehehehehe. nggak tau gue. paling dirumah temennya”
gia (nama samaran), kakak perempuan hendra. gadis dengan tinggi semampai dan rambut terurai agak pirang. yang selalu bercanda dan berbincang denganku. gadis supel dan baik. anak tertua di keluarga ini sedang menyelesaikan studinya di sebuah universitas ternama di ibukota. namun sedari tadi tak kulihat wajah oval miliknya.

hari makin senja. matahari makin tenggelam di ufuk barat. awan makin gelap dan lampu telah dinyalakan. hendra masih setia duduk di depan laptop, menggerakkan jarinya memijit-mijit huruf demi huruf di keyboard. kata demi kata bermunculan di layar monitor. dan hampir selesai tugas kelompok kami. jari hendra terhenti karena dering telepon genggam miliknya.
“iya sayang…” kata-kata hendra menutup pembicaraannya di telepon.
pasti itu liza (nama samaran), cewek asal jogja yang ia pacari sejak setahun yang lalu. wajahnya ayu khas orang jawa, dengan alis tebal dan bulu mata lentiknya. pipinya agak tembem. giginya berhiskan kawat dengan karet warna-warni sebagai hiasan.

“jhon, gue cabut bentar ya. si Liza minta jemput”
“yaaahh, sendirian dong gue disini?”
“yaelah lu.. kayak baru pertama kali aja kesini. biasanya juga semaunya aja disini”
“kan nggak enak kalo nggak ada lo”
“udah, gue cabut dulu. kalo mau butuh apa-apa minta ama bi yum aja. cabut ya!”
“iye iye”

tugas kami hampir selesai. aku melanjutkan mengerjakan tugas. tak apalah, nanti biar hendra yang menjilidnya. kurang dari seperempat jam tugas pun telah kuselesaikan. lelah bercampur lapar yang kini kurasakan. ada baiknya minta bi yum membuatkan mie goreng untukku. aku keluar kamar, menuruni tangga menuju dapur. angka digital di arlojiku menunjukkan pukul delapan. namun rumah ini sangat sepi. tak ada suara. kulihat kamar bi yum, lampunya telah padam. pertanda beliau telah tidur. terpaksa kubuat mie goreng sendiri. tak berapa lama, terdengar suara gerbang depan terbuka dan gerungan suara mobil memasuki pelataran. mungkin hendra dan liza datang. jika meraka datang, lebih baik tidak usah membuat mie, pikirku. karna pasti nanti liza akan mengajak kami makan biasanya.

setelah kuintip melalui jendela ruang tengah. ternyata bukan hendra, melainkan gia. gia keluar mobil dengan terburu-buru. membuka pintu rumah dengan gegas. langkahnya sempat terhenti ketika melihatku di depan meja makan. kemudian ia naik ke lantai atas, dan masuk kedalam kamarnya. belum sempat aku menyapanya, ia sudah mengurung diri dalam kamarnya dan rumah ini kembali sepi. diam. kulanjutkan membuat mie untuk makan malamku.

sedang asik menikmati mie goreng sambil menonton film, tiba-tiba pintu kamar hendra diketuk. aku bergegas membuka pintu. gia berdiri di depan pintu dengan mata yang basah. aku hanya terdiam.
“lo punya rokok jhon?” tanya gia.

“eh..emm..a..punya kok” aku gagap.
“gue minta donk!”
dengan sigap kuambil rokok yang tergeletak didepan tv. aku tidak berani bertanya, ada apa sebenarnya. menurutku itu bukan permasalahanku. jika kubertanya, yang kutakutkan gia malah marah kepadaku.
“makasih jhon” ia pun berlalu.
“emm..gi” mulutku tiba-tiba berbicara dengan otomatis. ah, bodohnya aku!!
“kenapa jhon?”

“a..a..ada yang bisa gue bantu?” tanyaku gagap.
gia hanya membalas dengan senyuman. kemudian beranjak pergi meninggalkanku. tak kuhabiskan mie goreng sisa tadi. tangisan gia dan mata yang basah mengganggu pikiranku. aku keluar mencari udara segar. duduk didepan kolam renang sambil menikmati secangkir kopi.
“jhoni..jhon..” panggilan gia membuyarkan pandangan kosongku.
“kenapa gi?”

“boleh gue duduk bareng lo disitu?”
“ya bolehlah. ini kan rumah lo”
kemudian gia menghampiriku. duduk di bangku sebelahku. aku kembali diam.
“gue abis dioutusin jhon” kata gia membuka obrolan.
“sama si Yudit (nama samaran)?” tanyaku.
“iya, padahal gue udah pacaran empat tahun. tiba-tiba aja dia mutusin gue dan ngasih undangan pernikahan”

“aduh, yang sabar ya gi”
“iya, gue harus belajar terima keputusan kalo ini yang terbaik”
“lo kan masih punya keluarga yang sayang banget sama lo. lo punya temen-temen yang baik-baik juga. lo punya semua
orang yang sayang sama lo. jadi, lo harus kuat gi” gie hanya tersenyum.
“makasih jhon. kata-kata lo dalem. gue emang harus kuat”
“iyalah. ada gue kok gi. ya, walaupun gue nggak berarti apa-apa. hehehehehehe”
“hahahahahahaha” gia tertawa lebar.
“saat ini lo berarti banget buat gue jhon. lo udah tenangin hati gue. makasih ya jhon”
“iya sama-sama. buat kakak sahabat gue apa sih yang enggak”

“jhon!”
“ya, kenapa gi?”
“gue boleh peluk lo nggak?”
aku kikuk. aku diam. mematung.
“emmm..bo..boleh kok. boleh. kalo itu bikin hati lo tenang”
gia memelukku erat. hangat. wangi tubuhnya sangat khas. rambutnya lurus terurai. ku elus-elus rambutnya. cukup lama kami berpelukan.
“jhon, lo mau kan temenin gue malem ini?” tanya gia. pertanyaan yang aneh menurutku.
“i..iya. gue temenin lo malem ini”

wajah gia mendekat kearah wajahku. matanya terpejam. aku makin kikuk. gia mencium bibirku. aku hanya diam. tak membalas. dilumatnya bibirku. lidahnya bermain. aku tetap diam. gia makin buas menciumi bibirku. akhirnya kubalas cium. melumat bibirnya. memainkan lidahku. basah. bibirku dan bibirnya basah. pelukan gia makin erat. makin hangat, hingga akhirnya panas. tak hanya bibirnya yang bermain. tangan gia perlahan-lahan menjamah tubuhku. memilin-milin puting kecilku. aku terangsang. tubuhku bergetar. dan kami masih saling melumat bibir.

kali ini tangan gia makin nakal. resleting jeans-ku dibukanya. merogoh isinya. mengusap-usap pelan penisku. seketika penisku tegang tingkat tinggi. tangannya aktif membuka ikat pinggang dan kancing jeans-ku. di buka jeans dan cd-ku. penisku menjulur keras. menegang dan besar. gia hanya tersenyum melihat ukuran penisku. ia mengambil posisi jongkok. kemudian melumat penisku. lidahnya lincah bermain. maju mundur kepalanya memainkan penisku. aku keranjingan. namun, was-was juga menghantuiku. jika ternyata hendra pulang. apa yang harus kulakukan?

“gi, kalo hendra pulang gimana?”
ia menghentikan lumatannya.
“kita ke kamar tamu aja yuk!”
kamar tamu yang letaknya di halaman belakang memang kamar yang cukup nyaman. tak pernah ada yang menempati. dan permainan mulut gia dilanjutkan di kamar ini. diatas ranjang yang empuk dan suhu dingin yang dihembuskan dari ac.

aku terlentang dengan penis berdiri menjulang. gia masih dengan senang terus melumat penisku. sambil melepas pakaiannya, terus ia lumat penisku. mataku terpejam merasakan nikmat yang luar biasa. payudara mungilnya menggantung indah di tubuh putihnya. putingnya merah kecoklatan. tak sabar ingin kugigit-gigit puting payudaranya. gia menyudahi permainan mulutnya. kini aku yang melahap vaginanya. kujilat-jilat klitorisnya, sambil memilin-milin puting payudaranya. ia mendesah pelan. sangat pelan.

“aaaaahhh..jhoniiii”
terus kujilati klitorisnya. sesekali menyedotnya dalam-dalam. memainkan lidahku dengan nakal. gia makin terangsang. kini kumainkan payudaranya. kuhisap putingnya yang mungil menggoda. sesekali kuperas dan kuremas kuat payudaranya. ia keranjingan. desahan demi desahan terlontar dari mulutnya. aku masih asik memainkan payudaranya. bentuknya yang mungil membuatku makin terangsang. kini kami sudah bugil sepenuhnya. tak selembar kain pun menutupi tubuh kami. dua jariku asik mencolok-colok vaginanya. sementara mulutku masih terus menghisap puting gia. tubuhnya bergetar. kukunya mencakar punggungku. gia sangat terangsang.

“aaaahhh..jhoniii…jhoniii”
“aaaaahhh..”
“masukin jhon..pelan-pelan yaaa” pintanya.
perlahan penisku memasuki lubang vaginanya. rapat. licin. hangat. nikmat. sungguh nikmat. vaginanya mencengkram erat penisku. gia mendesah pelan. tangannya mencakar-cakar sprei. kugoyangkan pinggulku. maju mundur. penisku menari didalam vaginanya. aku menindih tubuh gia yang kecil. pahanya terbuka lebar. bulu-bulu kemaluannya agak jarang. menambah keindahan vaginanya. sambil terus penisku bermain di dalam vaginanya, lidahku tetap menjilati puting payudaranya. warna merah kecoklatan. aku terus menggoyangkan pinggulku. vaginanya sungguh rapat. rasanya hangat dan nikmat. tak kusadari peluhku membasahi jidat. terus kugenjot tubuh gia. sesekali dengan tempo yang cukup cepat.

“aaaaaahhh..aaaaahhh..” gia mendesah hebat.
“terus jhoni…teruuuusss..aaaaaahhh”
makin kutambah kecepatan goyangan pinggulku. gia pun berkeringat. terus ku genjot tubuhnya, sambil kuremas-remas payudaranya. gia memelukku erat. lagi-lagi kukunya mencakar punggungku. sakit pun kuhiraukan. vaginanya basah.

“aaaaaahhh..jhoniiiiii”
“uuuhhh..uuuuhhh..”
desahannya membuatku makin terangsang. penisku menikmati rapatnya vagina gia. payudaranya bergoyang-goyang seiring genjotanku. penisku terus menghujam vaginanya.
“aaaaaahhhhh..aahhhh..jhoniiii”
“jhoniii..gue mau keluar jhon..”
“aaahhh..aaahhh”
“terus jhoniiiii..teruuusss..aahhh”
desahannya makin sering. hantaman penisku makin kuat. kemudian cairan hangat membanjiri vaginanya. ia klimaks.

“aaaaaaaahhhhh..aaaaaahhhh”
aku pun hampir klimaks. ku percepat goyanganku. penisku makin panas.
“gu..gu..gue..hhaaahhh..hhaaahh..mau keluar gi..hhaaahh” dengan napas terengah-engah.
“keluarin di badan gue aja jhon..aaaahhh..aaaahhh” penisku bertambah panas. vaginanya telah banjir. dan aku pun hendak klimaks. kucabut penisku dari dalam vaginanya. kusemburkan cairan maniku di atas payudaranya. hangat. nikmat.

“aaaaaahhh..aaaaaahhh” terus kupompa keluar cairan maniku. membanjiri payudara putihnya.
“aaaaaahhh..terus jhoniiii” pinta gia.
gia melumat penisku. menyedot habis cairan maniku. tubuhku gemetar nikmat. bulu romaku berdiri. terus ia jilati penisku. tak ia hiraukan payudara putihnya yang basah oleh maniku. terus melumat penisku. hingga akhirnya ia mencium keningku mesra.

PACARKU SEORANG CAMPURAN INDO JEPANG

http://id.m8win.net/my/home

M8WIN - Ini satu lagi pengalamanku sebelum bertemu Ira. Aku berpacaran dengan seorang gadis keturunan Jepang, sebut saja namanya Mei. Ayahnya seorang Jepang yang telah menjadi WNI, sedangkan ibunya orang Indonesia asli keturunan Dayak. Jadi bisa dibayangkan anaknya berkulit putih mulus (kalau orang bilang kopi masuk tenggorokannya akan kelihatan).

cerita-sex-kekasihku-keturunan-indo-jepangCerita Sex: Kekasihku Keturunan Indo Jepang – Ist
Awal mula pertemuanku, di sebuah pesta valentine yang akhirnya berlanjut sampai sekitar 6 tahun. Memang pacaran merupakan awal bagi kami berdua. Maka aku mencoba untuk mempelajari arti pacaran bersamanya. Mungkin malam itu merupakan malam pertama bagi kami mencoba suatu yang baru dalam berpacaran. Di sebuah gedung bioskop aku dan dia bercumbu saling berciuman “hot” sekali sampai-sampai kami tidak tahu apa film yang kami tonton.

Kucium bibirnya sambil tanganku bermain di gunung kembarnya. Kutekan ke dalam puting susunya, ia pun mendesah “Aahh…” aku tak mengerti rasa apa yangsedang dialaminya. Tanganku terus aktif menelusuri kedua bukit kembarnya sambil terus mendengar desahan mesra yang keluar dari mulutnya. Pasangan di sebelahku tampaknya ikut memperhatikan tapi kubiarkan mungkin mereka ingin merasakannya juga.

Tanganku terus merayap membuka kancing celana jeans-nya dan menarik retsleting dan terus masuk ke dalam CD-nya sampai mendapatkan bukit berbulu halus. Kuusap-usap bukit itu dan jariku mulai mencari liang kemaluan yangtelah mulai basah keenakan. Jariku mulai memasuki lubang kemaluan itu dan terus bermain masuk-keluar, mulut mungilnya terus mendesah dan badannya sedikit mengejang.

Kurasakan bertambah basah kemaluannya, ternyata dia orgasme lagi. Kuambil tangan kanannya, kuantar ke kemaluanku, Mei seakan mengerti dan membuka kancing dan menarik retsleting celanaku. Ditangkapnya batang kemaluanku yang sudah mulai menegang dipermainkannya, aku cuma berbisik,
“Kocok dong!” Ia pun mengerti, tangannya mulai bermain ke atas dan ke bawah membuatku keenakan.

Mungkin ia melihat mataku terpejam keenakan. Mei terus mempermainkannya dengan tempo yang bertambah cepat, aku cuma bisa mendesah
“Terus Mei, enak.” Semakin cepat tempo yang dilakukan,semakin berdesir darahku.
Tangan Mei membuka lebih lebar retsletingku agar lebih leluasa tangannya bermain di kemaluanku.
Permainan dimulai lagi perlahan dan lama kelamaan semakin cepat.
“Jim kenapa? Enak ya.” Aku cuma tersenyum sambil mengangguk.
“Aah.. ahhhsedikit lagi nich terus… ach.. ach… achhh…” keluar sudah air maniku, aku segera menciumnya dengan penuh nafsu.

Mei berkata,
“Ih kok elo kencing sih… tangan gua basah nich.” Aku segera berbisik menjelaskan apa yang terjadi, kulihat dia mengerti dan segera berbisik lagi,
“Ada tissue nggak?” Ia pun segera mengambil tissue dan mulai mengelap kemaluanku yang telah basah tadi.
Aku cuma berbisik,
“Makasih ya, enak loh, belajar dimana?”
Mei tersenyum dan berbisik, 4:28 PM 3/10/2001″Loh kan elo yang ngajarin.”
“Iya bener,” jawabku sambil tersenyum.

Film pun berakhir, kami pulang ke rumahnya dan pucuk di cinta ulam tiba, ayahnya belumlah sampai di rumah, kedua adiknya tidak pulang karena harus menginap di rumah saudaranya. Aku pun tidak mau merugi. Kumanfaatkan kesempatan,

“Mau yang lebih enak nggak?” kutarik tangan Mei dan mulai kukulum bibir mungilnya.
Tanganku pun mulai aktif bermain di kedua bukit kembarnya. Kutekan ke dalam puting susunya ia pun mendesah “Ach…” entahmengapa semakin aku mendengar desahan Mei semakin ganas mulutku bermain.

Kujilati seluruh leher dari mulai tengkuk sampai ke lehernya, desahan Mei pun semakin merangsangku. Sesekali kukulum bibir mungil Mei. Ia pun sudah mulai mengerti dengan membalas kulumanku. Kujulurkan lidahku ke mulut Mei dan memancing agar lidahnya juga terjulur. Aku pun mengajarkan secara tidak sengaja “French Kiss” yang menurut sementara orang merupakan cara berciuman yang paling nikmat.

Tanganku semakin aktif kubuka baju Mei sampai terlihat kedua bukit kembar menantang ditutupi BH warna pink. Kutarik tangan Mei ke arah kemaluanku. Kubuka BH penghalang itu dan lidahku mulai bermain, kujilati kedua puting susu kemerahan itu bergantian. Semakin kujilati dengan mesra semakin nikmat yang Mei rasakan. Sesekali kupandang mata Mei yang terpejam merasakan nikmatnya. Sesekali kusedot dan “Ach… Jim terusss… Jim, enak bener… achh.. achhh Jim enakkk… terusss.” Kata-kata itu terus keluar dari mulut Mei yang mungil.

Lidahku semakin lincah mendengar suara desahan itu. Kujilati terus seluruh bukit kembar itu dan terkadang leher jenjang Mei sampai ia merasakan nikmatnya permainan ini dan akhirnya,
“Aachhh…”tubuh mungil itu menggelinjang. Aku segera mengerti bahwa Mei telah orgasme untuk yang pertama.

Tangan Mei sudah semakin mengerti, dibukanya kancingdan restletingku, dipegangnya batang pusaka itu dan dimainkannya naik turun. Perlahan tapi pasti dan dengan tempo yang semakin cepat.
“Achhh…” kurasakan semakin nikmat.
Ternyata memang tak percuma pengalaman di bioskop tadi yang kuajarkan.
Darahku semakin berdesir, rasa nikmat tiada duanya kudapat. Segera kutundukkan kepala Mei sambil kubisikkan,

“Isep dong!” Mei pun mengangguk dan mulut mungil itu telah bermain dengan kemaluanku.
Dijilatinya dari kepala sampai batang dan sesekali dimasukkannya batang itu ke mulutnya sambil kurasakan hisapan hangatnya. Tangan Mei pun tak berhenti bergerak naik turun. Sesekali dihisapnya ujung kemaluanku, kulihat pipinya menggembung akibat mulutnya kemasukkan batang wasiat peninggalan nenek moyang.

“Achhh…” keluar desahan dari mulutku.
Semakin nikmat kurasakan, aku pun segera menarik Mei, kubuka celana jeans-nya dan kuarahkan lidahku kekemaluannya yang sudah membasah. Kujilati terus lubang kemerahan itu dan sampai ke klitoris merah yang menantang. Kujilati terus dengan perlahan tapi pasti. Terus kupandangi wajah Mei yang terpejam kenikmatan. Tangan Mei sesekali memegangi kepalaku menahan nikmat yang kuberikan. Kupandangi lubang kenikmatan itu. Jari-jari nakalku mulai bermain. Kumasukkan jari telunjukku ke dalam kemaluan Mei. Kupermainkan kemaluan itu dengan jariku, keluar-masuk. Terus kulakukan sambil sesekali menambah tempo lebih cepat. Mei pun menggelinjang,

“Achh… achh… achhh…” Keluarlah air kenikmatan membasahi kemaluan Mei.
Kulihat Mei terkulai kenikmatan, kutarik badannya dan kutempatkan di sofa single dengan posisi menantang menghadapku. Kuarahkan batang kemaluanku ke lubang kemaluan Mei sambil kuangkat kedua kaki indah itu di atas pundakku. Kuangkat sedikit pantat indah itu agar semakin mudah batangku mengarah.

“Echh.. echhh… blessss…” akhirnya berhasil juga batang wasiat itu masuk, terus kugerakkan keluar masuk.
Kulihat Mei terbujur sambil matanya yang terpejam merasakan nikmatnya suasana.
“Terus… terus… Jim, perlahan-lahan biar nikmat.” Aku terus tanpa peduli memacu kemaluanku sampai akhirnya… “Achhh….” keluarlah air mani dari kemaluanku dan Mei pun menggelinjang menahan air nikmat yang keluar dari kemaluannya.
Kami terkulai lemas, kulihat Mei tersenyum sambil berbisik,
“Mau lagi dong!” Aku pun semakin tertantang, kutarik kepala Mei dan sedikit kutundukkan, Mei pun mengerti.

Segera mulut mungil itu bermain di kemaluanku menjilati sampai bersih air maniku. Setelah bersih, kembali mulut mungil itu bermaindengan tongkat wasiatku. Batang kemaluanku masuk ke dalam mulutnya dan tangan kanannya bermain naik turun. Batang kemaluanku pun yang telah kuncup kembali menegang, darahku kembali berdesir. Nikmat yang kurasakan terasa lebih nikmat. Aku tak kuasa berkata-kata cuma desahan dan nikmat yang luar biasa yang bisa kurasakan.

Setelah tak tahan merasakan nikmat yang luar biasa, aku pun berbalik menarik Mei untuk membangkitkan lagi rangsangan untuknya. Kujilati Kedua payudara menantang dan terus lidahku bermain sampai mengarah ke lubang kemaluan Mei. Kujilati habis bagai anjing yang kehausan, terus kujilati sambil sesekali melirik Mei yang semakin teransang kenikmatan. Kubukalebar kedua paha Mei sehingga terlihat lubang menganga yang menunggu kedatangan batang wasiatku. Kujilati klitoris kemerahan dengan perlahan tapi pasti,

“Achhh…” Mei kembali mencapai orgasme.
Melihat Mei terkulai lemas kuangkat badannya sehingga menghadap membelakangiku. Kuangkat sedikit pantat Mei sehingga membuat posisi menungging atau kalau orang barat bilang “doggy style”. Kuarahkan batang kemaluanku, tetapi terasa sulit sekali untuk masuk. Terus aku berusaha sampai akhirnya kubuka sedikit kedua paha Mei. Kuhujam batang kemaluanku dan akhirnya dengan sedikit usaha masuk kembali batang itu ke kemaluan Mei.

Tanganku berpegang pada kedua pinggul Mei dan perlahan tapi pasti kupacu batang kemaluanku keluar dan masuk lubang kemaluan Mei. Agak seret memang posisi ini dibanding posisi sebelumnya, sehingga agak sulit bagiku untuk menambah tempo, tapi aku terus berusaha menambah tempo. Semakin cepat dan semakin cepat, “Jim pelan-pelan, sakit,” tiba-tiba kata-kata itu keluar dari mulut Mei.

Sebentar kupandang wajah Mei yang meringis kesakitan,
“Tapi enak kan?” Kulihat Mei mengangguk, maka semakin tidak pedulilah aku terus memacu gerakan keluar masukku.

Terus kupacu sampai sekitar 15 menit kurasakan cairan hangat mulai membasahi kemaluanku. Mei mulai terkulai lemas, tanpapeduli terus kupacu batang kemaluanku untuk terus mencapai klimaks. Memang terasa lebih lama permainan yang sekarang dibanding permainan tadi, terus kupacu sampai akhirnya kurasakan sesuatu akan melesak keluar dari kemaluanku. Kucabut keluar batang kemaluanku dan kubalikkan badan Mei yang sudah terkulai lemas. Kukocok sendiri batang kemaluanku dengan tempo tinggi sampai akhirnya

“Achhh… ssshhh…” keluar air maniku dan kuarahkan ke payudara Mei.
Aku pun terkulai lemas dan kubisikkan Mei agar mengusap air maniku ke seluruh permukaan payudaranya.

“Biar lebih kenceng,” kataku.
Mei cuma diam dan melakukan apa yang kuinginkan. Setelah selesai,
“Masih mau yang lebih enak lagi?” tanyaku.
“Iya dong,” jawab Mei sambil terkulai lemas.
Aku cuma mengangguk sambil mengingatkan bahwa ayahnya sebentar lagi pulang.
Kami segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Betul saja tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil, aku segera keluar membukakan pintu garasi.

“Selamat malam Om,” sapaku.
Ayah Mei hanya tersenyum dan masuk ke rumah. Setelah bercanda sebentar aku pun pamit pulang. Kubisikkan,

“Nanti gua ajarin lagi yang lebih enak.” Mei cuma tersenyum dan mengangguk tanda setuju. Aku pun segera pulang dengan hati senang.

TETANGGA AMOY YANG SEKSI

http://id.m8win.net/my/home

M8WIN - Aku seorang pengusaha muda dan mahasiswa jurusan ekonomi. Aku tinggal di sebuah kompleks bank pemerintah yang kini bank tersebut sudah dimerger. Aku sudah mempunyai pacar yang kebetulan tetanggaku di kompleks tersebut. Orangtuaku termasuk orang terpandang, sehingga aku di kalangan anak muda di kompleks tersebut cukup disegani. Dua tahun yang lalu aku merupakan ketua organisasi remaja, sehingga aku semakin dikenal oleh berbagai kalangan di lingkunganku.

Kebetulan di lingkunganku banyak gadis remaja yang cantik-cantik. Termasuk pacarku yang sekarang merupakan salah satu gadis yang menjadi incaran anak-anak muda di lingkungan tersebut. Entah kenapa dia mau menjadi pacarku. Sejujurnya aku menyukai beberapa gadis cantik selain pacarku tersebut, tetapi aku berpikir dua kali jika aku berbuat macam-macam pasti akan menjadi bahan omongan di lingkunganku.

Singkat cerita, aku tergoda oleh salah satu anak tetangga orangtuaku, sebut saja Gita (nama samaran). Padahal aku sudah menjalin asmara dengan gadis yang juga tetanggaku. Kami bahkan sudah bertunangan. Gita adalah seorang mahasiswi Tarqi. Ia mempunyai body yang sangat menggoda, walaupun agak sedikit gemuk, tetapi ia mempunyai bibir yang sexy dan mempunyai payudara berukuran 36B. Sebagai gambaran, body-nya mirip dengan artis Feby Febiola, dan bibirnya seperti Cornelia Agatha. Tingkah lakunya selalu menggodaku. Sebagai laki-laki normal, kadang aku berpikiran agak kotor.

Hingga pada suatu kesempatan, ia meminta bantuanku untuk dicarikan HP dengan harga miring. Tentu saja kesempatan itu tidak kusia-siakan (dalam hatiku aku akan membelikannya HP tersebut dengan cuma-cuma). Aku menyanggupinya, tetapi aku memberikan syarat agar ia mau kuajak pergi makan dan nonton berdua tanpa sepengetahuan pacarku dan teman-temanku. Dasar Gita memang centil, persaratanku ia setujui karena ia pikir sangat mudah sekali untuk menjalaninya.

Akhirnya aku membelikannya HP yang ia inginkan, dan aku pun menagih janjinya. Kemudian pada hari minggu siang, aku dan Gita pergi berdua untuk makan siang dan nonton. Ketika kami sedang nonton, kesempatan tersebut tidak kusia-siakan untuk sekadar mencium dan meraba-raba tubuhnya. Tidak kusangka ia malah bilang kepadaku sebenarnya ia juga menyukaiku. Ketika aku dengan hot-hotnya menciumi dan menggerayangi tubuhnya, ia berbisik kepadaku bahwa ia sudah horny, dan mengajakku keluar dari bioskop untuk pergi ke pantai. Ketika di tengah perjalanan, aku memberanikan diri untuk mengajaknya ‘chek in’ di hotel yang terdekat, ternyata ia menyetujuinya.

Aku tiba di hotel yang dituju sekitar puku 3 sore. Setelah aku membayar kamar hotel tersebut, aku dan Gita dengan langkah yang terburu-buru menuju ke kamar hotel. Sesampainya di kamar hotel dan mengunci pintu, aku langsung melancarkan ciumanku, dan Gita membalasnya dengan sangat antusias. Kemudian masih dalam keadaan berdiri kubuka pakain serta celana panjangnya hingga ia hanya memakai BH dan CD yang berwarna hitam. Kemudian ia juga memintaku untuk membuka baju dan celana panjangku.

Kini kami dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja. Kemudian ia kubimbing ke atas ranjang yang berukuran double size. Aku mulai melumat bibirnya yang sexy dan menciumi serta menjilat seluruh tubuhnya. Kemudian ketika aku mencium CD-nya, di bagian kemaluannya yang sudah basah, ia menggelinjang dan sesekali merintih-rintih keenakan. Setelah aku puas menciumi seluruh tubuhnya, kemudian kubuka BH dan CD-nya. Aku pun membuka CD-ku, kini kami berdua sudah benar-benar bugil.

Aku sampai menahan nafas ketika kulihat payudaranya yang besar dan montok. Dengan sangat bernafsu kulumat puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Karena sebenarnya Gita masih berusia 20 tahun, sehingga terlihat body-nya yang serba kencang. Aku juga meraba dan mengusap bulu-bulu di kemaluannya yang sangat lebat. Aku semakin bernafsu mencium dan menjilat seluruh tubuhnya yang mulus.

Kemudian aku memasukkan dua jari tanganku ke dalam vaginanya yang sudah basah, sedangkan lidahku sibuk menjilati puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Gita semakin merintih-rintih dan menggelinjang serta nafasnya mulai berat. Kemudian kubuka kedua pahanya lebar-lebar agar aku dapat dengan leluasa memainkan lidahku ke dalam vaginanya. Aku menjilati dan memainkan klitorisnya dengan penuh gairah. Setelah kupuas, giliran Gita memainkan rudalku yang sudah tegang dengan lidahnya. Ia jilati kemaluanku yang berukuran lumayan panjang dan besar (kira-kira 20 cm dengan diameter 3,5 inchi).

Ia menjilat dan mengulum rudalku dengan penuh kenikmatan. Aku tidak menyangka kalau kemaluanku akan dibersihkan oleh gadis impianku. Setelah ia puas, kemudian Gita mengambil posisi telentang dengan kedua paha dibuka lebar-lebar, ia memintaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam vaginanya. Aku mengambil ancang-ancang untuk memasukkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya yang sudah basah. Kupikir pasti aku tidak akan kesulitan untuk memasukannya, ternyata beberapa kali aku mencoba selalu saja meleset, dengan tidak sabar Gita menarik rudalku dan mengarahkan ke arah lubang kewanitaannya.

Ternyata Gita masih perawan, tetapi dengan kegigihanku akhirnya aku berhasil memasukkan ujung rudalku ke dalam vaginanya. Ketika kutekan dengan sedikit paksaan, Gita menjerit kesakitan, kemudian aku menghentikan sejenak seranganku sampai kulihat ia sudah siap kembali, dan perlahan-lahan kumasukkan batang rudalku. Gita kembali merintih menahan sakit.
Aku bertanya,
“Git, kamu mau diterusin atau nggak..?”
Ia menjawab,
“Terusin dong sayang, tapi pelan-pelan ya..!”

Akhirnya dengan perjuangan yang cukup melelahkan, aku berhasil memasukkan setengah batang kemaluanku, dan aku mendiamkan sejenak aktifitasku. Aku merasakan dari vagina Gita keluar darah segar pertanda keperawanannya sudah hilang. Dinding vaginya yang lembut dan hangat memijat-mijat batang kemaluanku. Aku tidak terlalu memaksa untuk membenamkan seluruh rudalku ke dalam vaginanya. Mungkin ukuran rudalku yang lumayan panjang, sehingga membuat sakit vagina Gita yang baru pertama kali melakukan seks.

Kemudian aku mulai menaik-turunkan pantatku secara perlahan dan beraturan. Dan secara perlahan-lahan aku membenamkan rudalku sedalam-dalamnya, hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam vagina Gita. Gita sudah mulai terbiasa dengan rudalku, malah ia mulai memutar pinggulnya, sehingga semakin menambah kenikmatan pergumulan kami saja.

Aku semakin bersemangat untuk memainkan rudalku dengan cepat. Permainanku diimbangi Gita dengan menjepit pantatku dengan kedua kakinya. Aku merasakan rudalku semakin mentok saja mengenai ujung rahimnya. Kami berganti posisi dengan cara sambil duduk. Gita semakin terlena, karena posisi tersebut membuat rudalku semakin bergesekan dengan klitorisnya, sehingga hal itu membuat Gita semakin terbakar birahinya

Kami sempat beristirahat sejenak, karena posisi tersebut banyak menguras tenaga kami. Sambil istirahat aku meremas-remas dan menjilati serta menghisap puting susuya secara bergantian. Setelah tenaga kami terkumpul, kami melanjutkan kembali dengan lebih menggebu-gebu.

Setelah kira-kira 25 menit kami bergumul hebat, aku mulai merasakan spermaku akan keluar, begitupun dengan Gita, ia mulai mendekati orgasmenya. Aku merasakan dinding vaginanya yang berdenyut kencang dan semakin banjir.

Aku berkata setengah berbisik,
“Git, aku sudah mau keluar nih, kita keluarinnya sama-sama ya..?”
Gita menjawab dengan terputus-putus,
“Ia.. sa.. yaaa.. ngg.. sshhh.. cepetan dong keluarinnya aku.. sebentar lagi selesai nih..!”
Dengan nafas yang tidak beraturan, aku menjawab,
“Tahan sebentar ya sayang.., aku juga sudah mau keluar..”
Tidak lama kemudian aku memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya, dan aku pun merasakan cairan hangat dari dalam vagina yang mengenai rudalku.
“Ooohhh.. shhh…” hampir bersamaan kami melenguh mengakhiri perjalan yang melelahkan dan penuh kenikmatan.
“Sayang.., vaginaku hangat banget sama spermamu..” Gita memberikan komentar puas dengan keperkasaanku.

Kemudian kami beristirahat sejenak sambil memberikan pujian kepuasan masing-masing. Tetapi tanganku dan Gita masih meraba-raba dan mengusap kemaluan kami satu sama lain, sehingga birahi kami kembali timbul. Kali ini Gita yang mendahului dengan menjilat dan melumat hampir seluruh rudalku ke dalam mulutnya. Bukan hanya itu saja, ia juga dengan sangat agresif menciumi seluruh tubuhku.

Aku mendorong tubuhnya ke samping hingga ia telentang. Kini giliranku untuk menciumi seluruh tubuhnya. Payudara Gita yang sudah mengeras dan puting susu menjulang tinggi, membuatku semakin bernafsu untuk meremas, menjilati serta menghisap-hisap puting susunya hingga puting susu Gita semakin terlihat basah dan mengkilap. Jari-jari tanganku dengan nakal memainkan klitoris dan menyodok-nyodok ke dalam vaginanya yang sudah banjir.

Gita semakin kelojotan dan mulai memohon-mohon kepadaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku merubah posisi dengan tidur telentang, sementara Gita berjongkok sambil mengangkang untuk mengambil posisi memasukkan zakarku ke vaginanya. Dengan tidak sabar Gita meraih batang kemaluanku dan dituntun ke arah vaginanya. Ketika rudalku mulai memasuki vagina Gita yang pinggirannya ditumbuhi bulu-bulu lebat, aku merasakan dinding vaginanya yang sudah banjir menghangatkan dan memijat-mijat batang zakarku.

Gita mulai menggerakkan pinggulnya yang montok ke atas ke bawah, dan memutarnya ke kiri dan ke kanan. Sedangkan tanganku mulai meremas-remas sepasang payudara yang besar dan kencang. Gita dengan sangat bernafsu menekan pantatnya kuat-kuat, sehingga rudalku seluruhnya amblas ditelan vaginanya. Kali ini Gita yang memegang peranan, aku menurutinya saja, karena kulihat dengan posisinya yang di atas ia sangat bergairah sekali. Aku mengangkat badanku untuk melumat puting susunya. Perbuatanku semakin membuat Gita mabuk kepayang. Ia memeluk kepalaku ke arah payudaranya. Pantatnya semakin cepat ditarik dan diputar-putar. Hingga akhirnya ia mencapai orgasme yang kedua kalinya.

Aku yang belum mencapai klimaks membuat keputusan berganti posisi dengan dogie style. Gita mengambil posisi menungging, kemudian kuarahkan rudalku ke vaginanya lewat belakang. Aku sangat bernafsu sekali melihat pantatnya yang lebar dan sexy. Tangan kananku memegang dan menepuk-nepuk pantatnya, sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaranya. Gerakan tersebut kulakukan secara bergantian. Ternyata posisi tersebut membuat Gita bangkit kembali gairahnya, karena klitorisnya terkena gesekan rudalku.

Kali ini Gita mulai memberikan perlawanan. Ia menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur berlawanan dengan arah goyangan pantatku. Ketika Aku mendorong pantatku ia menyodorkan pantatnya ke belakang, dan ketika Aku menarik pantatku ke belakang ia menarik pantatnya kedepan.Irama nafas kami semakin cepat, kami melakukan goyangan dengan cepat, sehingga setiap kali kucabut dan menyodok vaginya dengan rudalku timbul bunyi akibat vagina Gita yang banjir oleh lendir birahi. Aku mulai merasakan spermaku akan segera keluar. Ternyata Gita juga sudah merasakan ia akan mengalami orgasme yang ketiga kalinya. Tidak lama kemudian rudalku memuntahkan sperma secara berturut-turut di dalam vaginanya. Aku pun merasakan gerakan Gita yang bergoyang-goyang pelan dan tegang, sedangkan punggungnya telihat melengkung seperti udang karena ia juga telah orgasme.

Aku mencabut batang kemaluanku dari vaginanya setelah Aku tidak merasakan muncratan spermaku. Aku telentang lelah, sedangkan Gita menjilati sisa-sisa spermaku yang masih keluar dari zakarku. Ia menghentikan aktifitasnya setelah spermaku tidak keluar lagi.

Kami berpelukan erat sambil menghayati kenikmatan yang barusan kami lakukan. Kami melakukan bukan hanya sekali saja, tetapi entah sampai berapa kali. Permainan kami semakin lama bertambah hot saja, karena ternyata Gita mulai terbiasa dan ketagihan dengan keperkasaan rudalku. Kami memutuskan pulang setelah merasa sudah sama-sama lemas dan puas. Andai saja kami melakukannya pada malam minggu, mungkin kami akan terus melakukannya sampai pagi.

Setelah kejadian pada malam itu, hingga kini kami jadi sering melakukannya sampai pagi. Aku melakukan hubungan seks dengan Gita dengan system kalender, hal itu kami lakukan untuk menghindari kehamilan. Aku semakin ketagihan, karena tunanganku adalah tipe gadis pendiam dan alim, dan aku tidak pernah mendapatkan pelayanan darinya. Kemanapun aku pergi, termasuk chek-in, aku selalu membawa laptop. Komputer tersebut kupergunakan untuk memantau perkembangan usahaku, selain itu juga digunakan untuk mengetik ceritaku dan memutar film blue sebagai pembakar hasrat birahi kami. Tentu saja perbuatanku yang sedang menceritakan seks kami tidak diketahui oleh Gita, karena ia masih tertidur untuk istirahat sejenak. 

KISAH CHYNTIA

http://id.m8win.net/my/home

M8WIN - Masih terlalu hangat untuk diingat kembali kenangan manis ini. Selalu terbayang meski di tengah kegelapan malam. Semakin dingin kurasakan semakin menghentak sanubari ini. Begitu indah untuk dilupakan.

Hari belum begitu siang malah baru menanjak. Langit kota Jakarta sangat cerah sekali. Awan putih membela sepanjang cakrawala. Waktu menunjukkan hampir pukul 10.00. Aku sudah mesti siap-siap menjemput adikku yang akan datang dari Surabaya. Maklum adik cewek jadi mesti dijemput. Biasalah di kota besar seperti Jakarta ini banyak sekali orang iseng termasuk pelaku krimimal. Huhh.. Sebel deh bila ingat semuanya itu. Polisi pun kadang nggak berkutik sama sekali.

Adikku kuliah di sebuah perguruan tinggi terkenal di daerah Jakarta Barat. Dia kost di sekitar kampusnya, Grogol. Yang ingin aku ceritakan ini bukanlah mengenai kota Jakarta atau adikku, terlebih diriku. Kalau kamu melihat saya mungkin tidak akan percaya bahwa saya menyimpan cerita-cerita yang mengasyikkan yang sebenarnya tidak boleh diceritakan.. Hihihi.

Suatu hari saya nyasar di situs ini dan saya berpikir mengapa tidak saja saya posting sebuah kisah menarik ini? Toh orang lain juga nggak akan tahu saya siapa? Itulah salah satu alasan saya dan saya harapkan bisa memberikan penghiburan bagi semuanya. Kalau bagus ya simpanlah dalam hati dan kalau kurang bagus ya lupakanlah, oke?

Saya cukup tinggi 173, 64 kg. Tidak terlalu putih dan saya selalu bangga akan hal itu. Sebab putih saya rasa bagaikan mayat atau singkong kupas kulit. Saya memang pure chinese. Badan saya langsing tetapi tidak tipis. Suka fitnes, berenang dan lari pagi. Six pack mulai kelihatan di tubuh aku. Pokoknya dari luar tidak bikin orang kecewa.

Apalagi memang banyak gadis-gadis suka padaku. Kok aku jadi malu ya melanjutkan kisah ini.
Begini. Saya ingin mengisahkan kisah pribadi saya dengan dia. Dia adalah mahasiswi di kampus adik saya kuliah. 167/55, rambut panjang, chinese dan-mohon maaf-saya rahasiakan nama dan data dirinya ya. Bukan apa-apa loh tetapi demi privacy kita semua. Dia cukup cantik dan manis atau mungkin lebih bagi orang lain. Kalau saya bilang cantik maka cantik sebab saya bisa menilai orang apa adanya.

Waktu itu saya tiba di kost adik saya setelah menjemput adik saya. Saya jarang masuk ke kost putri karena pantangan. Jujur saja saya orangnya baik dan rumahan. Pernah sekali pacaran tetapi putus karena ya apalagi jika bukan selingkuh. Bukan saya loh tetapi pacar saya. Mungkin saya kurang genit atau apalah saya nggak tahu. Yang pasti aku orangnya baik dan sopan. Banyak tante-tante juga suka padaku. Wah kelihatan aku menyombongkan diri ya? Enggaklah.. Aku bicara apa adanya. Aku kerja di perusahaan konsultan ternama dan layaknya executive biasanya. Rapi, celana katun dan selalu pakai dasi. Emang saya belum punya mobil tetapi saya nggak pernah merasa kecil hati.
Saya selalu percaya diri dengan diri saya kok. Tamatan Trisakti, pandai, suka bercerita dan penuh humor. Baik dan selalu baik dibilang teman-teman aku baik cewek atau cowok. Kalau pintar dan tulus wah nggak usah dibandingin deh.. hahahaha.

Setelah sampai di kost, adikku berkata,
“Ko, santai aja lagi. Nggak ada siapa-siapa juga. Anak-anak pada liburan dan belum balik.”
Aku melihat sekeliling dan perhatikan satu persatu pintu kamar kost. Wah asyik juga ya kost cewek, pikirku. Di dinding pintu tertulis kata-kata lucu, unik dan ada gantungan-gantungan karikatur dan boneka. Kuperhatikan baik-baik. Ada yang tertulis: cowok dilarang masuk kecuali cowokku, Cyntia imoet = cinta monyet (tambahan coretan iseng), Maria, No 5 ini cewek macan-hati-hati bisa gigit, dan sebagainya. Aku sempat tertawa dalam hati dan berbisik, “Wah pasti cakep-cakep neh cewek di sini.. Hahaha..” Habis lucu.

Pada waktu adikku masuk ke kamarnya, kudengar seorang gadis manis keluar kamarnya. Karena aku cowok ya aku perhatikan siapa tuh yang keluar. Ternyata dari kamar yang bertulis Cyntia Imoet.
Tahu nggak? Pada waktu dia keluar aku sempat kaget dan dia juga kaget. Karena dia cuma pakai CD dan kaos ketat. Cuma memang hanya terlihat pahanya yang mulus sebab kaosnya panjang sekali. Kebayang nggak sih? Aku cowok dan bisa membayangkan tubuhnya yang indah dan benar-benar indah dan putih. Dia chinese juga. Saya pastikan dia memang cuma pakai CD tanpa celana pendek.
Pada saat dia membuka pintu dan kaget, dia berseru,

“Aduh sory Ko, kirain cuma ada.. Luci (nama samaran adikku). Sory ya..”
Buru-buru dia menutup pintu. Aku juga nggak enak hati dan malu. Tetapi tiba-tiba viktor aku berjalan kencang. Tahu nggak viktor? Vikiran kotor say..

Aku jadi nggak enak kalo lama-lama di sana. Aku perhatikan sekeliling kamar dan ternyata memang sepi. Yang ada penghuninya cuma kamar adikku dan kamar Cyntia. Lama aku bengong dan pengen pamitan buru-buru sama adikku. Habis gara-gara aku Cyntia bisa ngumpat selamanya. Kan malu.. Biasalah cewek.

Pada saat aku mau pamitan pulang, tiba-tiba pintu kamar Cyntia terbuka dan dia keluar dengan senyum sumringah dengan celana pendek dan kaos ketat tadi. Kupikir dia pasti pakai celana panjang atau tunggu aku pergi baru keluar. Ternyata tidak, dia keluar agar terlihat biasa saja dan dia pandai bermain sikap. Masih dengan celana pendek supaya pahanya yang putih dan betisnya terlihat. Aku tambah nggak enak hati waktu dia keluar terus berkata,

“Ko, sory ya.. Tadi nggak tahu ada Koko.”
Aku diam saja dan pura-pura nggak terjadi apa-apa.
“Nggak Papa lagi. Emang ada apa ya?”
Cyntia tersenyum, “Iya ya.. Nggak Papa juga kok.”

Senyumnya terus menebar. Giginya putih rata. Pada saat dia melewatiku ke kamar adikku, wangi tubuhnya begitu memikat dengan aroma yang khas parfum cewek. Aku sempat menelan ludah dan viktor mulai hidup kembali. Mohon maaf bagi yang bernama viktor.
Cyntia tidak masuk ke kamar adikku melainkan cuma berdiri di pintu kamar dan berbasa-basi dengan adikku, Luci. Kuperhatikan dari belakang pantatnya yang berisi dan pahanya yang mulus. Saat itu juga “adikku” mulai bangun dan keras sekali. Sempat kuberpikir andaikan nggak ada orang dan dia mau kuajak ML pasti akan aku puaskan dia.

Benar-benar aku nggak tahan waktu itu. Mana bisa tahan dengan wajahnya dan tubuhnya yang ranum dan oke? Saya sempat berpikir andai bisa kujilati pahanya yang mulus dan putih sampai ke pusarnya..
Wah asyik sekali..
Pada saat saya berpikir begitu, Cyntia berbalik ke aku dan berkata,
“Ko, kok bengong aja? Masuk dong ke kamar Lucia masa duduk aja di situ?”
Saya sempat terperanjat dan hanya menebar senyum.. Cyntia senyum kembali. Sejak saat itu aku bisa memastikan bahwa Cyntia benar-benar suka pada aku dan kayaknya ini cewek bisa didekatin. Pada saat saya selesai berpikir demikian, Cyntia berkata,

“Lus, tahu nggak? Semalam kita clubbing..”
Wah pada saat dengar kata clubbing aku pastikan 100 persen ini cewek bisa diajak keluar dan nggak tertutup kemungkinan diajak ML. Dan ternyata benar pikiran aku..
Dua Minggu Kemudian
Seperti yang sudah saya katakan, aku orangnya rumahan dan sopan. Namun dua minggu kemudian adikku SMS aku dan berkata,
“Ko, datang ke kost. Kom rusak.. Pls buruan”.

Karena adik butuh bantuan saya cepat-cepat datang tanpa berpikir panjang lagi. Aku masih takut nanti ketemuan cewek lain lagi dan kejadian dua minggu terulang. Habis biasanya di kost cewek mereka santai dan pakai seksi-seksi sekali. Bagi mereka sih biasa tetapi bagi cowok kan luar biasa.
Pas aku sampai kamar adikku ternyata sudah ada Cyntia. Kali ini dia berkaos ketat. Dia sudah seperti putus asa bantu adik saya. Begitu saya datang dia yang menyapa saya dan menebar senyum.
Aku segera duduk dan jongkok mencari kira-kira mungkin ada kabel yang putus atau apa. Cyntia ikut juga dan tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan tangan aku. Terasa ada getaran yang berbeda. Kulitnya begitu halus dan benar-benar membuat aku tidak bisa konsentrasi. Dia malah tersenyum saja dan seolah-olah nggak terjadi apa-apa. Saya berpikir,

“Wah nih cewek pura-pura juga ya. Nanti kalau dah aku dapat pasti kubuat dia meriuk dalam kegelisahan dan kenikmatan..”
Begitu kedapatan kabel ada yang putus, si Cyntia malah berseru,
“Koko hebat deh.. Jadi pengen punya koko seperti kamu.”
Giginya yang putih dan wajahnya yang bersih terlihat jelas. Kali ini aku memandang wajahnya sedemikian dalam dan langsung menebus bola matanya. Dia terdiam dan aku mendesah..

“Ah.. Selesai juga kerjaan aku.”
Cyntia mulai memasang aksi. Dia mulai bertingkah dan cari perhatian. Aku tahu hal itu. Setelah acara siang itu selesai aku pamitan. Pada saat aku turun sendirian ternyata diam-diam Cyntia mengikutiku. Pas di lantai 2 begitu tidak ada orang, Cyntia mempercepat langkahnya dan berkata,
“Ko sory ya tadi aku mengoda koko.” Pada saat itu nafasnya mendesah dekat dengan aku. Khas wanginya.

“Kapan-kapan Koko main ke sini ya biar nggak ada Luci.” Aku angguk kepala dan menyentuh pundaknya.
“Oke, kamu SMS Koko aja ya..”
Tiga Hari Kemudian
Ponsel aku berdering dan ternyata miscall. Aku balik SMS: sapa neh. Isengin ya.. Tar aku sumpahin bulu keteknya tambah lebat.. Hihihi.
Tak berapa lama SMS balasan muncul: jahat! Ini aku Ko, Cyntia. Aku kangen Ma Koko, nggak deh bercanda (“,)
Aku balas lagi: Ko juga kangen. Ko ke kost kamu ya?
SMS: Jangan, Cyntia belom di kost. 10 menit lagi ya Ko. Cyntia di kampus.
Oke.. CU there.

Aku buru-buru ganti pakaian dan segera berangkat ke kost adikku. Saat itu entah memang sudah diatur si Cyntia atau apa memang keberuntungan. Pada saat aku sampai kost begitu sepi dan tidak ada seorangpun kecuali pembantu kost. Adikku pun nggak ada. Mungkin masih kuliah. Cyntia keluar dan sepertinya dia sudah lama di kost pura-pura baru sampai dari kuliah.

“Wah, capek banget Ko, kuliah hari ini.”
“Oya? Mau dipijitin nggak?” kataku bercanda.
“Memang Koko bisa apa? Mau dong kalau nggak keberatan.” balasnya tenang dan bercanda.
“Mana si Luci? Belum pulang ya.” basa basi aku.
“Tahutuh kayaknya belum deh.. Kan ada Cyntia.. Hehehehe.”
“Daripada ngobrol di luar mending ke kamar Cyntia yuk.. Adem ada AC dan Cyntia lagi nonton juga film horor.”

Aku ingin menolak tetapi karena naluri cowok sudah merasuk dalam diri ini aku ikut saja. Kamarnya rapi dan bersih dan wangi lagi. Entah sudah disemprot atau apa aku nggak tahu yang pasti kamar cewek idaman. Sekeliling meja belajarnya ada fotonya dan juga foto mama dan keluarganya.
Ternyata Cyntia berasal dari Semarang.

“Ko mau minum apa?”
“Nggak perlu repot deh. Oya, nggak Papa kan cowok masuk kamar kamu?”
“Awas ya kalau macam-macam?”
Saya jadi nggak enak waktu dia bicara begitu. Aku segera balas,
“Ya nggak lah. Aku nggak menggigit orang kok..”
Tiba-tiba Cyntia berseru dan tertawa genit, “Tadi Cyntia bercanda deh.. Habis lihat tingkah laku Koko kok polos amat.”

Aku tersenyum dan berkata, “Ayo dong puterin filmnya.”
“Cyntia kunci pintu kamar dulu ya kan nggak enak nanti tiba-tiba orang masuk dan kirain kita lagi apaan.. Hahahaha.”

“Terserah kamu sih.”
Tahu nggak, sejak film di putar ternyata saya dan Cyntia sudah bukan nonton film lagi. Melainkan main film. Pada saat pintu dikunci dan gorydn ditutup memang belum terjadi apa-apa. Pada saat 20 menit setelah film mulai, Cintya mulai dekat-dekat ke aku dengan alasan takut. Aku memeluk dan membelai dia.

Dapat kurasakan tubuhnya yang montok dengan dada yang berisi aku memeluk dia. Kupeluk terus dan dia semakin dekat ke aku. Apalagi udara dingin hembusan AC sangat terasa sekali menusuk kulit.

Kudongakkan kepalanya dan dia tersenyum terangsang karena mukanya sudah berbeda. Kukecup keningnya perlahan dan cukup lama dengan penuh perasaan sayang. Jari tangan kiri telunjuk aku eluskan dari matanya perlahan-lahan sekali ke hidung terus ke bibirnya dan kurasakan dia diam dan menutup mata. Kudekatkan bibirku ke bibirnya dan dia diam juga.
Kubisikkan kata-kata mesra,

“Cyn, kamu cakep sekali.” ke telinganya dan kujilati sedikit dan dia merapatkan tubuhkan ke aku semakin erat.
Kubisikkan sekali lagi dan kujilati perlahan,
“Cyn.. Aku suka sama kamu.”
Cyntia mendesah..
”Ohh.. Auhh.. Cyntia juga Ko..”
Sudah kulihat dia terangsang berat saat kubisikkan kata-kata tadi dan kujilati telinganya. Aku membuka kaosnya perlahan-lahan dan dia diam saja. Aku sempat berpikir “Wah ini anak kok diam baget?”

Kulihat dadanya begitu kenyal dan berisi. Begitu bagus dan putih sekali tanpa ada bercak sedikitpun. Sempurna sebagai tubuh wanita yang menginjak dewasa.
Branya yang ungu begitu bagus terbalut di dadanya. Kubuka kancingnya perlahan-lahan lalu kumainkan dengan jari-jari ku di puting susunya yang ranum. Aduh penis ku begitu keras seolah-olah akan meledak. Putingnya coklat indah sekali. Begitu keras juga.

Cyntia membenamkan kepalanya di samping kepalaku. Waktu itu posisi kami memang senderan di tembok di atas springbed. Film sialan horor terus menjerit-jerit karena pemainnya sedang diburu monster aneh. Jeritan itu terus menerus menghantui nafsu ku seolah-olah aku ingin membuat Cyntia menjerit.

Aku terus memainkan puting susunya dan tubuhnya bergetar kejang keras. Dia menjambak rambutku yang pendek dan mendesah..”Auhh..”
Nafsuku berpacu kencang. Aku mencium dadanya sebentar lalu kembali ke bibirnya. Kumainkan lidahku di bibirnya dan dia berbisik,

“Aduh geelii..”
Aku lanjutkan ke dadanya dan kali ini ke buah dadanya yang ranum. Kujilati puting susunya perlahan sambil putus-putus dan dia begitu terangsang lalu meraih celana aku dan membuka celana aku.
Aku tahan..”Tunggu say, permainan baru dimulai..”
Tangannya terdiam dan kubaringkan dia tanpa sehelai baju pun. Dia terdiam sambil menggigit kedua jari tangannya. Mungkin dia malu tetapi malu karena rangsangan. Aku merosot celana panjangnya dan dia terdiam.

Kupandangi tubuhnya yang telentang di spingbed sungguh luar biasa. Begitu indah dan bagus sekali.
Pikiran ku terus bergolak,
“Andai aku bisa setubuhi dia sungguh dahsyat. Tubuhnya pasti siap menerima aku dan kepunyaanku yang besar.”
Kupandangi begitu lama dan dia seolah-olah kedinginan karena butuh kehangatan. Memang kamarnya dingin karena hawa AC. Kulihat dia memakai CD saja dan aku buru-buru melepaskan baju ku dan celana panjangku. Biar adil aku memakai CD juga.

Kembali kurebahkan tubuhku ke tubuhnya dan kutiduri. Aku mencium mulutnya bertubi-tubi dan dia diam saja tanpa aksi. Sepertinya dia benar-benar polos. Sementara itu salah satu tanganku terus memainkan puting susunya. Kujilati telinganya untuk kesekian kali dan kuberbisik,

“Cyn, aku sayang sama kamu. Aku puasin kamu ya.”
Dia tetap mengigit kedua jari tangannya dan mengangguk kecil..
Aku mendengus puting susunya dan terus menjilatinya. Gigiku ku dekati putingnya aku gigit tapi tidak keras-keras sementara ujung lidahku mengitari putingnya dari dalam. Kulihat kakinya gemetaran dan merapat. Aku terus mencium dan menjilati puting susunya dan turun perlahan-lahan ke pusar lalu berhenti dan kembali lagi dari atas. Tiba-tiba aku merasa pingin sekali menjilati pahanya yang putih dan berisi. Kali ini sedikit aku gigit lepas dan dia berpindah posisi menyamping karena kenikmatan. Aku nggak enak juga dan kembali merebahkan atau merentangkan tubuhnya seperti semula.

Aku merosot CDnya dan dia menahan aku.
“Jangan Ko, aku belum pernah sejauh itu.”
Aku urungkan dan aku kembali mencium bibirnya dan berpacu berdua sedemikian cepat. Kali ini kulirik CD nya dan kudapatkan basah.. Aku pura-pura nggak tahu dan terus berpacu di dadanya dan tubuh atasnya. Kulorotkan CD nya perlahan-lahan tanpa dia sadari karena kenikmatan yang ada. Aku juga perlahan-lahan merosotkan CD aku dan ternyata kali ini kami benar-benar bugil. Biar dia tidak terasa, aku berpikir cerdik. Segera kuraih selimut dan kututupi tubuh kami berdua. Sempat ku menyentuh bibir kemaluannya yang sedikit ada bulu-bulu halus. Dia memang baru berumur 20.
Tanpa aba-aba lagi, tiba-tiba aku langsung menghujamkan penis aku yang super tegang ke vaginanya. Dirinya menjerit tertahan dan penuh kenikmatan juga. Kaget mungkin merasakan benda keras dan panjang masuk ke tempat paling pribadinya.

“Auh.. Oh.. Ko.. Ke.. Napa? Owh.. Ahh.. Saa.. Kkitt..”
Aku cabut karena nggak tega mendegar jeritannya. Tubuhnya bergetar dan kurasakan sekali. Aku pun menurunkan kepala aku dan kujilati vaginanya terutama klitorisnya. Baunya khas dan aku suka sekali. Entah kenapa aku selalu suka mencium V wanita. Kumainkan lidahku dan kulihat dia mendesah kuat dan kakinya bergetar sekali. Dia meraih kepalaku dengan tangannya artinya dia tidak mau lagi dioral melainkan ingin merasakan penisku.

Aku berdiri dan perlahan-lahan aku masukkan lagi. Bless.. Begitu mulus karena cairan kenikmatan dia membasahi seluruh kemaluannya. Maju mundur dan tanpa ampun lagi aku terus mengocok penisku di liang vaginanya. Dia menjerit tetapi tangannya meremas badanku dan berusaha menjambak rambut ku sedemikian rupa. Aku setengah berbaring dengan kedua tangan tertahan di sisinya.

Dapat kurasakan dia sedikit marah tetapi marah yang penuh kenikmatan. Aku terus memaju mundurkan penisku berulang-ulang dan dia merebah badannya sendiri di kasur. Kali ini selimut aku buang dan aku berlutut di atas badannya. Dia memenjamkan mata pekat dan tidak berani menatap aku. Aku naikkan kedua pahanya ke atas dan kuhujamkan berulang-ulang dengan cepat..
Mukanya lirih tetapi merah dan sebentar-bentar dia merintih. Aku pompa terus penuh nafsu dan dia merintih.

“Saa.. Kkitt.. Auhh.. Ohh.”
“Ohh..”
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu akan muncrat dan kupercepat goyangku dan dia terus merintih.. Pada saat hampir aku ejakulasi aku merebah ke tubuhnya dan kupeluk sangat erat sampai hampir saja dia tidak bisa bernapas.. Akhirnya pun aku ejakulasi. Dia merapat sangat erat dan melingkari aku dengan kedua pahanya secara rileks.. Aku percepat sampai akhirnya..

“Ahh.. Ohh.. Cynt.. Ohh.. Ahh.”
Begitu banyak sperma yang keluar di vaginanya dan kurasakan aku kenikmatan sekali.. Begitu luar biasa. Penis aku yang cukup besar mungkin sakit bagi Cyntia yang baru pertama kali. Lucunya penis aku belum loyo meski sudah ejakulasi. Masih terdiam keras beberapa saat sampai akhinya loyo dan aku cabut.

Kudekap Cyntia ku penuh sayang dan dia tersenyum manis.. Kami berdua telanjang cukup lama dan saling pelukan. Kubisikkan kata sayang,
“Cyntia, aku sayang sama kamu dan aku ingin mencintaimu..”
Dia mencium aku dan berkata,
“Aku juga Ko.. Aku sayang Koko.. Thanks ya.. Koko cape nggak?

PACAR YANG MENYUKAI SPERMA

http://id.m8win.net/my/home

M8WIN - ewaktu gue sedang asik-asiknya ngelamunin tentang tugas gue yang pertama ini setelah gue dapat promosi sebagai Direktur Niaga disebuah perusahaan yang bergerak dibidang kepelabuhanan untuk bernegosiasi dengan PSA soal pengaturan jalur container Singapore-Jakarta, tiba- tiba ada tangan nyolek punggung gue dan suara yang mengagetkan gue….., tapi setelah gue berpikir sebentar koq rasa- rasanya gue kenal suara itu……, pas gue lihat siapa si pemilik tangan dan suara itu……, gue kaget setengah mati….., mungkin hampir mati.., soalnya gue langsung ngebayangin kejadian sekitar 2 1/2 tahun yang lalu, waktu kantor gue masih di Wisma Nusantara di lantai sembilan, gue pernah naksir berat bahkan mungkin lebih dari naksir berat sama cewek item manis, agak kurus, punya bibir dan senyum yang sensual banget serta punya nama mirip dengan bini gue (sekarang udah ex)…..Renata…………..!!!!!!!!!Gilee……, terakhir gue ketemu sama dia waktu dia pulang di bulan Desember karena kakaknya kawin, dan itupun hanya satu kali aja.

Soalnya sejak dia kembali lagi ke Amrik, gue udah jarang banget kontak dia, sampai dengan my divorce and up til now..she showed up in front of me wearing a white tight t-shirt and a tight faded- blue jeans pants (I always think that this kind of outfit is her favourite one…)

“Hey, Agus…apa khabar….??”tanya dia sambil memamerkan giginya yang berjajar rapi.
“Eh,…uh….baik…”jawaban gue datar meskipun sambil tersenyum, soalnya gue kaget bercampur excited ketemu dia sekarang ini.

“Lagi ngapain di sini…?” lanjut gue sambil berusaha untuk menenangkan hati gue yang nggak karuan ini ketemu my dream girl (maklum udah lama jadi “duren” alias duda keren, he…he..!)
“Gue lagi liburan aja sendirian, soalnya abis lulus waktu itu gue belum sempat liburan dan abis dari sini gue musti balik ke Jakarta untuk kerja, jadinya….ya gue pake kesempatan ini utk jalan-jalan sendiri….., kan elu tau gue, Gus….” Rena nyerocos kaya senapan M 16 ngejawab pertanyaan gue.
“Elu sendiri ngapain kesini….?” tanyanya yang terus gue jawab apa adanya.

Setelah saling cerita tujuan masing- masing ke Singapore ini dan sekaligus membawa tas masing-masing dari bagage claim Changi Airport itu, terus pas sampai di depan airport sambil ngantri nunggu taxi gue iseng nanya

“Ren, nginep dimana lu…?” Terus dia cuma senyum sambil jawab
“Kenapa emangnya….?”.
“Nggak, kalau elu nggak ada tempat nginep, elu ke kamar gue aja, kebetulan kantor udah ngebokingin kamar Suite Room di Marriot Hotel…”gue berusaha untuk menawarkan sambil basa- basi sedikit.

Terus dia cuma ketawa lepas dan renyah seolah-olah tanpa beban menjawab
“Yang pastinya sih gue udah boking kamar juga…., cuma……” kalimatnya berhenti sambil matanya berusaha membuat gue yang nerusin kalimatnya. Melihat gelagat seperti ini gue langsung tanggap
“Udah deh sama gue aja, lagi pula elu belum bayar apa-apa kan dengan hotel pesanan elu itu….., lagi pula,….eh…..kita dulu pernah ingin buka kamar di Jakarta cuma belum pernah kesampaian,…jadinya ya sekarang aja…, ya…..”ajak gue dengan penuh antusias.

Body language gue dengan jelas nunjukin banget bahwa gue ingin banget bareng ama dia. Langsung dia jawab “OK….”Setelah dapat taxi, selama dalam perjalanan menuju hotel, gue sama Rena banyak tukar cerita sampai nggak terasa kalau sudah sampai di Marriot Hotel di persimpangan Orchard Road dengan Scotts Road itu.

Setelah gue chek in bareng sama Rena dan sampai di kamar 503 gue lihat jam gue nunjukin waktu hampir jam 6 sore waktu Singapore, gue langsung bilang sama dia

“Ren, gue mandi dulu, ya…. abis gue, ..elu mandi terus kita jalan- jalan sekalian diner…OK…?”.
“Siiipp…lah…!”jawabny a sambil mengambil posisi tengkurap di tempat tidur sambil menonton tivi.
Waktu di Singapore sudah hampir jam 9 malam pada saat gue berdua Rena sepakat untuk balik ke hotel karena sama-sama capek setelah makan malam dan jalan-jalan disepanjang Orchard Road sambil ngobrolin segala macam topik, mulai dari yang serius sampai dengan hal-hal yang “garing” (istilahnya dia untuk bilang sesuatu yang aneh tapi lumayan lucu) dan memutuskan untuk nongkrong di cafe atau disco besok malam setelah gue selesai meeting hari pertama besok.Begitu sampai di kamar gue udah terlalu capek untuk ganti baju dikamar mandi, akhirnya gue bilang

“Ren, sorry gue males ke kamar mandi untuk ganti baju, jadinya gue ganti baju disini aja ya….” dan tanpa gue tunggu jawabannya gue langsung buka kaos dan celana jeans gue untuk ganti dengan kaos khusus untuk tidur dan celana pendek (cuma berhubung ada Rena di situ gue nggak buka CD alias celana dalam…..).

Sementara itu, begitu dia tau gue ganti baju di depan mata dia, dia cuma tersenyum sambil bilang
“Siapa takut….” tapi sambil berusaha untuk tidak melihat secara langsung kearah tonjolan di daerah selangkangan gue.

Gue cuma berpikir satu hal, yaitu kayaknya dia kagum ama junior gue itu cuma masih malu untuk bilangnya ke gue. Untuk hal yang satu ini gue emang nggak perlu GR karena sudah terbukti, lho….. bahwa cewek yang udah pernah tidur sama gue pasti kagum dan puas dengan servis gue meskipun punya gue ini bisa dikategorikan rata-rata cowok Indonesia tapi yang penting adalah bagaimana cara menggunakannya, if you know what I mean….!!!!Setelah gue ganti kaos dan celana pendek, gue langsung rebahan di tempat tidur berukuran King size itu sambil nonton tivi yang kemudian disusul oleh Rena sambil bilang

“Elu nggak akan jahat kan sama gue….??”.
“Jahat maksud elu yang kayak apa…?” gue mencoba untuk mancing pembicaraan dia tapi kayaknya dia ini cukup misterius juga untuk masalah perasaan dia thd gue.
Karena terus terang gue sampai saat ini selalu ragu-ragu untuk menebak perasaan dia terhadap gue, dalam artian dia itu suka juga ama gue atau hanya sekedar berteman……..
Akhirnya setelah agak bosan dengan acara tivi, tiba-tiba dia bilang
“gue boleh ganti baju didepan elu nggak…..?” tanyanya dengan suara setengah berbisik.
Gue agak kaget dengar dia tanya seperti itu, meskipun berusaha gue untuk cuek dan seolah terbiasa dengan one-night stand affair, gue menjawab

“Siapa takut….” sebagaimana komentar dia waktu gue ganti baju tadi..dan Rena langsung berdiri dipinggir tempat tidur sambil buka baju membelakangi gue, terus dia sambil ketawa tersipu bilang
“eh,…baju tidur gue belum diambil dari koper…” sambil berlari kecil menuju kopernya untuk mengambil baju tidurnya itu.

Nah,… sewaktu dia lari itu gue sempat lihat bodynya yang kurus (dan rasanya lebih kurus dari waktu dia masih di Jakarta dulu) tapi tonjolan dibalik BHnya itu yang bikin mata gue kagak bisa berkedip….!!! Her breast ini bisa dibilang cukup average untuk ukuran cewek Indonesia, tapi dari getarannya waktu dia lari itu bisa dibilang nyaris tak bergetar.

Gue langsung ngebayangin that those breasts are quite firm dan gue nggak bisa ngebayangin gimana rasanya tangan gue yang meremas dua bukit yang kencang itu sambil gue mainin putingnya……wow….that should feels wonderful….!

“Agus…, koq punya elu itu jendolannya jadi gede banget….?” tanyanya sambil bola matanya menunjuk kearah penis gue sekaligus membuyarkan lamunan gue tentang gunung nona Rena itu.
Gue malu buuaaangeeettt waktu dia tunjukin bahwa penis gue udah membengkak dan keras dan itu terlihat meskipun gue pake CD dan celana pendek……semua itu gara-gara lamunan gue tadi nih…..sampai-sampai gue nggak sadar kalau dia udah selesai gnati baju dengan big t-shirt sampai dengan pahanya dan tidak memakai celana pendek atau celana panjang lagi, tapi dalam keadaan seperti itu, gue masih sempat ngeles
“iya nih, gue nggak kuat ngeliat a sensual and sexy girl liwat didepan mata gue half naked……” gue berusaha untuk jujur.

Kemudian Rena bergeser mendekati tempat gue rebah sambil bilang
“gue suka gaya elu yang hampir selalu straight to the point…, makanya gue juga mau straight to the point sama elu….”. Lalu dia mendekatkan mukanya ke muka gue dengan maksud untuk mencium gue dan tanpa pikir panjang lagi langsung gue sambut ciuman dari bibir yang sensual itu dengan kecupan demi kecupan dan langsung menjadi french kissing seolah-olah melampiaskan rindu kita berdua yang selama ini tertahan.

Yang jelas selama ini gue selalu mengharapkan kejadian seperti malam ini bisa berlangsung tanpa harus punya perasaan segan karena status gue yang berbeda dengan statusnya dia dan gue rasa dia juga punya perasaan yang sama.Sambil menciumi hampir seluruh mukanya, tangan gue mulai bergerak menuju ketempat-tempat sensitifnya, seperti payudaranya yang sungguh diluar dugaan gue bahwa itu merupakan daerah yang paling sensitif buat dia.

“Oooohhh…..” erangan halus yang terdengar dari mulutnya menandakan dia menikmati remasan tangan gue di payudara kanannya.

Sementara itu, tangan kirinya berusaha untuk membuka kancing dan resleting celana pendek gue dan pada saat yang bersamaan, tangan kiri gue menyelusup masuk ke dalam kaos tidurnya Rena untuk mencari puting payudara kirinya.

“Aaaaaahhhhh……Agus nakal banget sih…..”katanya sambil matanya hanya terlihat putihnya saja begitu tangan kiri gue berhasil memainkan puting susu kirinya.

“Oohhh…Ren…gue suka banget….sshhhh….aaahhh…” begitu tanganya berhasil juga menyusup ke dalam CD gue dan langsung memegang batang penis gue sambil diusap-usap secara perlahan.
Sambil mengusap-usap penis gue, dengan setengah berbisik

“Gue isep ya,…boleh nggak….?” sambil melirik ke arah penis gue. Tentunya dengan senagn hati gue terima tawarannya itu yang terus terang bikin darah diseluruh badan gue mengalir dengan cepat sekali.

Gue bantu dia untuk melepas CD gue dan setelah itu, gantian gue yang bantu dia untuk buka kaosnya… dan……, wooops……langsung gue melotot melihat payudaranya yang kencang dan menantang itu. Merasa cara gue melihat badannya dengan cara seperti itu, dia langsung berusaha menutup dadanya sambil berkata tersipu

“..Eh…,..apaan sih elu ngeliatnya kayak gitu…”.
” Sorry, I just love the view…” jawab gue sambil mencium bibirnya dan tangan gue juga langsung meraba payudaranya dan disambut dengan desahan nikmat yang keluar dari mulutnya…

Tiba-tiba dia melepas ciuman gue dan mengarahkan mukanya langsung ke penis gue sambil dipegang batangnya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mencoba untuk menjangkau bola-bola gue dan sekaligus meremasnya dengan lembut. Seeerrrrrrr…, perasaan gue mendadak terbang begitu kepala penis gue bersentuhan dengan bibir sensual itu dan masuk kedalam mulutnya.

“Ooohhhhh…..”hanya itu yang bisa keluar dari mulut gue sambil gue merebahkan diri gue dan membiarkan kaki kanannya melewati diatas kepala gue, sehingga dihadapan gue terpampang spot basah di CD mini hitamnya yang gue yakin itu berasal dari vaginanya.

Tanpa ragu gue singkap CDnya sehingga gue bisa melihat dengan jelas bibir dan lubang vaginanya yang berwarna merah kecoklatan dan terlihat sudah basah itu. Setelah itu gue buka kedua bibir vaginanya dengan kedua jempol gue sehingga dengan jelas clitorisnya (meskipun sudah disunat) dan langsung gue jilat mulai dari clitorisnya sampai lobang vaginanya seperti gue menyapu daerah itu dengan lidah gue, sementara penis gue udah berdiri tegak dikuasai sepenuhnya oleh Rena. Yang jelas gue cuma ngerasa bibirnya naik turun menjelajahi batang penis gue, sementara lidahnya menjilati lubang penis gue sewaktu bibirnya menjempit kepala penis gue.

Pikiran gue saat itu adalah kalau dia bisa servis gue dengan hebatnya, gue nggak boleh kalah ngasih servis yang sama hebatnya. Gue jilatin vagina Rena sambil gue isep clitorisnya dan setiap gue isep gue bisa ngerasain seluruh badannya bergetar seperti orang kesetrum. Kurang lebih lima menit kita dalam posisi 69 gue ngerasa badan dia bergetar lebih keras dan dia mengehentikan gerakan bibirnya yang naik turun di penis gue pertanda dia akan mencapai klimaks. Langsung gue jilatin clitorisnya dengan lebih cepat sambil sesekali gue isap.

“Mmmmmmmmbbbbbhhhhh…….” suaranya seperti itu karena dia nggak mau lepas penis gue dari mulutnya berbarengan dengan getaran seluruh badannya dengan lebih keras. Gue ambil inisiatif dengan langsung mengisap clitorisnya kuat-kuat sampai pipi gue kempot.

Mulut gue yang dari sejak mulai menjilati vaginanya itu sudah basah oleh cairan dari kemaluannya bertambah basah dengan klimaksnya Rena. Gue bisa ngerasain cairannya yang manis asin itu dilidah gue dan terus terang gue suka banget dengan rasanya itu…Untuk beberapa detik, badannya masih bergetar hebat namun mulai melemah sewaktu dia melanjutkan menaik-turunkan bibirnya di batang penis gue, sementara gue menjilati seluruh cairan vaginanya sampai bersih.

Tiba-tiba dia mengangkat pantat dan memutar seluruh badannya kearah diantara kaki gue, sehingga dengan jelas gue bisa melihat kepalanya naik turun diatas penis gue sambil sesekali gue lihat dia menjilati kepala penis gue sambil melihat ke muka gue seolah ingin tahu ekspresi muka gue sewaktu dia jilati kepala penis gue itu. Tangannyapun ikut mengocok batang penis gue sehingga hal ini mempercepat gue mencapai klimaks.

Satu menit berlalu dan gue udah nggak kuat untuk membendung cairan yang akan segera muntah dari lubang penis gue.

“Aaaahhhhhhhh……Rena..sebentar lagi gue mau keluar…ssshhhhhh”. Mendengar itu dia langsung mempercepat gerakan mulut dan tangannya sambil tangan yang satunya tetap meremas lembut bola- bola gue.

“Ooohh…Rena..gue mau keluar sekarang……aaaaaaahhhhhhhhhhh….!!!!! ” teriak gue dan ccrrrooooottt….ccrrrooottttt, air mani gue menyemprot keluar dengan deras didalam mulutnya Rena yang tanpa rasa jijik ditelan semuanya.

Badan gue bergetar hebat berbarengan dengan Rena yang masih terus menyedot-nyedot penis gue seolah ingin menghabiskan seluruh air mani gue dan tidak rela ada yang menetes keluar dari mulutnya.Gue liat gerakan kecil di lehernya pertanda dia betul-betul menelan seluruh air mani gue tanpa menyisakan sedikitpun di penis gue. Setelah itu dia jilatin kepala penis gue sepertinya masih ada air mani yang tersisa untuk dia.

Wooowww…..gile bener ni cewek, baru kali ini gue ketemu cewek Indonesia yang suka air mani, karena selama ini gue pikir cewek Indonesia paling jijik dengan hal-hal seperti itu. Setelah dia yakin bahwa tidak ada lagi yang tersisa maka dia baru menjauhkan mukanya dari penis gue yang mulai melemah. Langsung gue tarik kedua tangannya ke arah gue dengan tujuan biar bisa gue peluk.Sekarang badan dia seluruhnya menindih badan gue sambil gue ciumin bibirnya sebagai tanda rasa terima kasih gue sama dia.

Setelah itu, dia menggulirkan badannya ke sebelah kiri gue sambil bilang
“Suka nggak….?”.
“Gue nggak tau musti bilang apa, Ren….. yang jelas gue nggak pernah ngerasain klimaks seperti barusan…”jawab gue sambil masih terengah-engah.
“Elu sendiri suka nggak, tadi….?” tanya gue ingin tau perasaan dia, sambil tersenyum (gue juga suka banget sama senyumnya itu) dia jawab

“Sama, Gus… gue juga belum pernah ngerasain klimaks seperti tadi……”Setelah posisi 69 itu, gue sama dia sama- sama rebahan di balik selimut sambil nonton tivi.

Rena hanya masih pake CDnya dan gue cuma pake t-shirt doang karena udah males utk ngambil pakaian kita yang berserakan di samping tempat tidur itu. Komunikasi diantara kita secara verbal memang nggak ada, tapi yang jelas sejak kita selesai ber69 itu, gue langsung pegang tangannya seolah-olah gue nggak mau jauh dari dia. Shit…what the hell am I thinking of ? pikir gue, belum apa- apa gue udah kayak orang lagi kasmaran. Kenapa gue jadi kayak begini, masa selama ini gue bisa bertahan untuk jaga betul hubungan dan perasaan gue dengan cewek- cewek yang pernah gue ajak kencan, kenapa dengan yang satu ini koq jadinya kayak gini…..???

Ah, mungkin ini karena dari dulu setiap gue jalan sama dia ke kafe- kafe (terutama Hard Rock) gue lebih banyak pasif dan menunggu, sehingga keinginan gue ini kayak terpendam begitu aja dan baru terlampiaskan malam ini. Well…, we’ll see….!!!

“Rena,….can I ask you a question..?” tanya gue dengan agak berhati-hati, terus dia hanya melirik ke gue sambil tersenyum dan dengan tangannya dia membelai muka dan rambut gue dengan halus dan kasih sayang

“Elu mau nanya apa..,Gus..?”.
“Gue mau ceritain perasaan gue selama ini terhadap elu tapi nggak tau gue harus mulai dari mana….., dan gue paling nggak bisa bilang basa-basi ama elu, jadi…………eh………..would you like to make love with me…..?” ups… akhirnya keluar juga omongan gue itu…., padahal dari dulu gue udah berusaha untuk nggak ngomongin hal itu ke dia, tapi sekarang ini kayaknya udah terlambat untuk disesali jadi, ya what the heck lah……!!

Gue lihat ekspresi muka dia sempat berubah tapi terus kembali biasa lagi
“Gue mau aja make love sama elu, tapi sebelum itu gue pengen nanya apa elu udah tau gue dalam artian tau gue bener- bener…??”. Gile, what a tough question, gue berpikir sebentar, lalu
“Emmm….. mungkin tau yang sebenar-benarnya enggak.., tapi sekarang ini kesempatan gue untuk tau lebih banyak tentang elu kayaknya lebih besar deh…dibandingin dulu..”. Fiuuhhh…kayaknya jawaban gue cukup logis dan mudah-mudahan bisa diterima.

“Sama satu hal yang dari dulu sebenarnya ingin banget gue tanya ke elu,…eh…gimana sih sebenarnya perasaan elu sama gue, maksud gue elu itu sebenarnya suka juga nggak sama gue dalam artian ingin yang lebih serius atau hanya sekedar teman jalan aja sih…..?” tanya gue mumpung momentnya tepat.
“Gue nggak tau elu perlu jawaban gue apa enggak……” katanya berhenti sampai disitu karena dia udah langsung narik leher belakang gue ke arahnya untuk mencium gue.
Gile ini cewek bener-bener nggak bisa ketebak jalan pikirannya, tapi gue udah nggak bisa mikir lebih jauh lagi soalnya konsentrasi gue langsung buyar begitu ngerasain lidah gue disedot kencang banget sama Rena. Pikir gue dalam hati

“She’s really a good french kisser..”. Sementara itu sekarang ini separo dari badan gue menindih badan dia sambil tangan gue meremas-remas payudaranya yang imut-imut itu.

Setelah puas gue cium bibirnya, pelan-pelan gue mulai menciumi pipinya, kemudian lehernya, bahunya dan sampai di payudaranya kanannya, gue ciumin mulai dari atas bergeser pelan-pelan sambil gue julur lidah gue sehingga ujung lidah gue bersentuhan dengan kulitnya sementara tangan gue menyempatkan untuk membuka CD mini hitamnya dan menariknya sampai ke lutut Rena.Begitu ujung lidah gue bersentuhan dengan puting mungil dan menonjol itu terdengar suara desahan dari si pemilik puting itu

“Heeehhhhhhh……Agus….gue suka banget…….” katanya sambil berusaha meremas rambut gue tapi nggak bisa soalnya rambut gue cepak gaya ABRI.

Akhirnya dia cuma bisa membantu membenamkan kepala gue ke payudaranya itu, sementara tangan kanan gue sedang asik bermain dengan puting susu kirinya yang juga mungil dan sudah menonjol itu. Posisi kaki kanan gue sekarang sudah berada diatas paha dan perut bagian bawahnya. Terasa oleh gue bulu-bulu halus dan rapih serta tidak terlalu lebat di bagian bawah perutnya. Gue isep putingnya sambil sesekali gue jilatin.

Lalu tangan kanan gue yang semula bermain dengan puting kirinya sekarang berpindah mengusap perutnya perlahan dan turun ke rambut-rambut halus diatas vaginanya itu gue mainin sedikit dengan mengusapnya. Terus perlahan jari gue gue turunin ke arah vaginanya dan berusaha menemukan clitorisnya. Begitu gue menemukan apa yang gue cari, maka jari-jari gue mulai main dengan clitoris dan lubang vagina yang memang sudah mulai basah.

Semua yang gue kerjain ini berdampak bagi Rena mengalami kenikmatan yang tinggi. Hal ini terbukti dari goyangan maupun gerakan serta getaran yang yang ditunjukkan oleh badan Rena yang tight and firm itu mulai meningkat.Gue betul-betul kagum sama bodynya dia, meskipun jarang berolahraga (menurut pengakuannya) badan dia mulai dari tangan, punggung, perut, dada, paha dan betis kelihatan kencang dan tanpa lipatan-lipatan lemak.

Padahal yang gue tau makannya sih normal-normal aja tuh, tapi emang itu namanya body memang oke punya….Sementara gue sibuk dengan aktifitas diseputar payudara dan vaginanya, tangan dia mulai meraih penis gue yang memang masih dalam kondisi lemas.
“Agus, buka kaos elu, ya…….” katanya sekaligus membantu gue untuk buka kaos gue. Setelah kaos gue lempar entah kemana, gue lanjutin dengan menciumi perutnya yang rata itu.

Rena menyambutnya dengan mengusap-ngusap kepala gue tanda benar- benar menikmati apa yang gue kerjain ke dia sementara tangan satunya tetap pegang penis gue dan pelan-pelan mengocoknya. Perjalanan gue terusin dengan pelan-pelan gue geser muka gue ke arah persis didepan mulut vaginanya dan badan gue pun gue geser kearah diantara kedua kaki Rena, hal ini mau enggak mau dia harus melepas penis gue. Kepalanya diangkat sedikit agar bisa melihat muka gue yang sedang sibuk mengagumi vaginanya itu.

Gue angkat sedikit pantatnya biar vaginannya lebih gampang terjangkau oleh lidah gue yang sekarang ini sedang menjilati clitoris Rena. Setiap ujung lidah gue menyentuh clitorisnya itu, setiap saat itu pula gue ngeliat kepalanya digoyang kekiri dan kekanan sementara kedua tangannya berusaha untuk menjangkau dan memegang tangan gue seolah dia butuh sesuatu untuk dia remas. Begitu tangannya berhasil memegang tangan gue, langsung dia pegang tangan gue begitu erat. Pegangannya bertambah erat kalau pas lidah gue sedang “menampar” clitorisnya itu berulang-ulang dengan ujung lidah gue.

“Ooohhhhh…ssshhhhhhttsss…..oh..yaaa.. ..teruuusssss….!!!” hanya suara-suara kenikmatan itu aja yang gue denger dari mulutnya.

Gue masih terus menjilati clitorisnya dan kadang-kadang lidah gue menjelajah turun sampai ke lubang vaginanya yang kadang-kadang gue coba penetrasi ke dalam lubang itu dengan lidah gue. Gue nggak tau apakah memang vaginanya itu tidak memiliki aroma khasnya atau memang gue udah terlalu nafsu, sehingga indra penciuman gue agak rusak, soalnya sewaktu idung gue persis didepan lubang kewanitaannya itu, gue sama sekali enggak mencium apa-apa.

“Aaahhhhh…..Aguusssss…….gue ssukkaaa bangeeett….!!”desahannya buat gue semakin bertambah nafsu untuk lebih memfokuskan lidah gue ke clitorisnya, sementara itu kepalanya masih tetap digoyang kekanan dan kekiri, meskipun kadang-kadang dia mengangkat kepalanya untuk melihat “keadaan” gue.

Selagi asiknya menyapu daerah kewanitaannya itu, tiba-tiba gue ingin bikin dia terkejut dengan menarik mulut gue menjauhi vaginanya dan sekaligus berhenti menjilati clitorisnya.
“Eh…..??” begitu katanya sambil mengangkat kepalanya dan melihat ekspresi muka gue seolah ingin tahu alasan gue untuk memberhentikan kegiatan gue yang betul-betul dia nikmati. Gue bisa melihat itu dari eskpresi mukannya yang sedang keheranan.

Tapi keheranannya itu tidak berlangsung lama karena gue langsung tarik kedua tangannya untuk mengajak dia bangun dan turun dari tempat tidur dan sambil gue pegang tangannya gue tuntun dia menuju sofa (two-seater) yang kebetulan posisinya dekat sekali dengan jendela. Gue tuntun dia untuk duduk dengan posisi pantatnya berada dipinggir sofa.

“Elu merasa comfortable, nggak….” tanya gue memastikan bahwa posisinya itu enak buat dia.
Jawaban yang gue dapat hanya anggukan kecil kepalanya dan senyum yang nggak pernah bosen gue lihat. Terus gue angkat kedua pahanya tinggi supaya posisi vaginanya pas di depan gue. Gue mengambil posisi duduk dibawah dengan kedua kaki gue berada dibawah pantat gue, langsung gue garap kembali proyek yang tadi sempat gue hentikan.
“Elu pengen sambil gue isep nggak, Gus…??” tanyanya diantara desahan nafasnya yang seolah-olah habis lari marathon Bogor-Jakarta.

Gue nggak perlu menjawab pertanyaan itu karena gue cukup mengelengkan kepala gue sementara lidah gue menyentuh clitorisnya seiring dengan gelengan kepala gue itu tadi, sehingga gue bisa lihat kepalanya kembali dia sandarkan kembali ke sandaran sofa empuk itu.
“Aaaahhhhh….gile..lu…., ooohhh..yaaa…..hhhssssttssss..” kembali hanya desah kenikmatannya itu aja yang gue dengar kurang lebih selama lima menit sampai dia bilang lagi

“Oooohhhhh….Agguusss….aaooooouuuuwww. ..iya..iya…iya…” sambil ikut menggoyangkan pinggul dan pantatnya yang semakin cepat dan semakin cepat sampai tiba-tiba tangan gue di remas kuat sekali dibarengi dengan getaran tubuhnya yang menggila
“…Aaaahhhhhh….yes…yesss…sssssshhh hhh” teriaknya pertanda dia sedang mencapai puncak kenikmatannya.

Setelah seluruh badannya melemah kembali, dia langsung bangun dari posisi setengah tidur itu dan langsung berusaha untuk berdiri (meskipun dengan agak sedikit terhuyung-huyung…). “Haahh…gile lu, gue malam ini sampai dua kali orgasme, ….sampai-sampai rasanya peredaran darah gue terlalu cepet beredarnya…ha..ha…!!!!” katanya diiringi dengan tertawa renyah sambil tetap berpegangan dengan tangan gue.Lalu dia menuntun gue untuk duduk di sofa itu dengan dia berada diantara kedua kaki gue dengan posisi duduk.

Sewaktu tangannya memegang penis gue yang masih tegak (apalagi sekarang tegak keatas…) dia agak heran dan bertanya
“Lho koq masih keras aja sih, padahal kan belum diapa-apain…??” sambil melirik dan tersenyum menggoda.

Lalu pelan-pelan dia kocok batang penis gue sambil dilihat- lihat seperti anak kecil yang sedang mengagumi mainan barunya.
“Koq ngeliatnya kayak begitu amat sih….?” tanya gue penasaran.
“Enggak cuma suka aja ngeliat punya elu…., gemes gue ngeliatnya…..” katanya sambil membuka mulutnya dan langsung melahap penis gue yang memang udah keras sejak tadi.

“Oooohhhh……” gile bener rasanya waktu penis gue masuk kedalam mulutnya sambil tangan gue memegangi rambutnya supaya tidak menghalangi pemandangan gue sewaktu dia ngisep penis gue.
Kayaknya dia tau persis bahwa my favorite sex activity adalah a girl giving me a blow job….!!!!!! Buktinya setiap kali bibirnya bergerak naik gue bisa lihat pipinya sampai kempot dan sedotannya betul-betul bisa mempercepat air mani gue untuk keluar. Padahal biasanya untuk setiap ronde kedua gue lebih kuat dan lama dibandingkan ronde pertamanya. Akhirnya daripada gue kebobolan duluan lebih baik gue langsung bilang ke dia

“Ren,…gue udah nggak tahan nih…eh, boleh gue masukin nggak….???”. Lalu dia menarik mulutnya dari penis gue dan bilang
“Iya, nih….gue juga udah nggak tahan,…I want something hard inside me……”. Begitu mendengar dia bilang seperti itu, langsung penis gue berdenyut-denyut seiring dengan detak jantung gue yang sekarang ini hitungannya sudah seperti habis lari marathon 10 km.
Gue langsung bimbing dia untuk kembali ke tempat tidur, dimana dia langsung mengambil posisi terlentang dan dengan demikian gue bisa langsung menindih dia sambil gue cium bibirnya yang betul-betul menggoda iman……!!

Sementara itu, tangan gue sedang memegang penis gue untuk mengarahkannya ke lubang kenikmatan milik Rena itu. Untuk mempermudah penetrasi penis gue itu, gue buka kedua paha Rena dengan kedua paha gue sehingga posisi gue ini sekarang udah kayak gaya kodok mau loncat. Untuk mempertemukan kepala penis gue dengan lubang vagina Rena yang sudah basah sekali itu, gue nggak perlu ngeliat lagi kebawah, tapi cukup dengan “petunjuk” dari kepala penis gue yang memiliki
“jam terbang” yang tinggi sehingga dengan mudah namun tetap perlahan-lahan masuk sambil melihat eskpresi muka Rena yang sedang menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya.
“Rena, are you still a….?” gue nggak terusin pertanyaan gue karena sudah keburu mendapat anggukan dari dia sambil tetap merem dan gigit bibir.

Shit…..langsung otak gue berpikir keras, karena harus menentukan gue terusin atau enggak penetrasi gue ini. Kalau gue ikuti akal sehat gue, maka gue nggak boleh lanjutin sebab gue harus menghargai virginity-nya karena harusnya dia berikan di malam pertama dengan suami pilihannya tentunya…, tapi kalau gue ikuti nafsu gue, maka gue harus betul- betul menghormati dia karena dengan gue dia mau ngasih virginity-nya itu sekarang ini, padahal gue dengan dia rasanya belum bikin komitmen apa-apa tentang hubungan kita berdua.

What the fuck am I doing now…why does she want to do it with me now…?? Is it because she likes me alot and knows that I am a widower now…..??
“Ayo, Agus masukin aja sekarang…..” katanya dengan nada setengah memohon membuyarkan pikiran gue dan gue pikir “emangnya gue pikirin, fuck my conciuousness…!!”, dan langsung gue dorong lagi penis gue ke dalam vaginanya, sehingga terdengar erangan setengah sakit dan setengah nikmat..

“Aouuuwww….sssssshhhhhhhhhhsssttttssss. ….” desisnya bikin gue bukannya jadi kasihan, tapi malah tambah dalam gue dorong penis gue sampai seluruhnya masuk kedalam vaginanya.
Sesaat gue lihat ekspresi mukanya menegang, meskipun dalam keadaan merem dan tetap menggigit bibirnya. Lalu gue stop total semua gerakan yang barusan gue kerjain supaya dinding-dinding vaginanya dapat menyesuaikan diri dengan penis gue sambil gue bisikin
“Sakit.., ya…, gue diemin dulu ya sekarang sambil elunya rileks dulu…”. Dia setuju dengan ide gue itu dan mengangguk.

Untuk beberapa detik posisi gue berada diatas badannya Rena dengan tidak melakukan suatu gerak apapun (kecuali bernapas…, itu pun terengah- engah…!!!), sampai akhirnya dia menarik kepala gue dan didekatkan kemukanya untuk mencium gue dan tentunya gue sambut pula ciumannya itu sekaligus dengan mulai menggerak-gerakkan penis gue keluar masuk vaginannya secara perlahan-lahan namun dalam.

“Oooohhhh…iyaaa……ooohhhh…Reeennna aa……” desahan gue menikmati betul setiap milimeter dari dinding-dinding vaginanya yang sekarang ini sedang memijat-mijat batang penis gue setiap penis gue masuk jauh kedalam vaginanya.

Gue nggak tau apakah karena ini terjadi karena ketegangannya (maklum baru pertama kali..) atau karena memang dia udah menjadi ahli dalam hal menggerakkan otot perutnya sehingga dapat mengatur “jalannya permainan”…. Tapi yang jelas adalah bahwa gue betul betul menikmati vaginanya itu, apalagi setelah mukanya mulai mengendur (tidak tegang seperti baru gue masukin tadi…) dia mulai menikmati sodokan yang gue berikan pada vaginanya terbukti dengan tangannya yang tadi hanya meremas-remas seprei, sekarang mulai berani memegang pantat gue sambil membantu mendorongnya supaya penis gue betul-betul masuk semua kedalam vaginanya itu.
“Aaaahhhhh…..Agus……enak,…uuhhhhhh ” katanya memberi tanda bahwa dia sekarang sudah bisa menikmati gerakan- gerakan penis gue didalam vaginanya, sehingga gue mempercepat tempo sodokan gue kedalam vaginanya sehingga terdengar suara “plok…plok…plok…plok…” yang berasal dari beradunya pangkal paha kita berdua seiring dengan gerakan gue memompa vagina Rena yang terus bertambah basah karena gesekan tersebut.

Sekarang gue mengangkat kedua pahanya kedepan sehingga kedua lututnya mendekati dadanya yang ikut bergetar kecil seiring dengan sodokan nikmat dari penis gue. Hal ini gue lakukan untuk mempermudah penetrasi gue karena gerakan gue udah mulai nggak beraturan, soalnya pinggang gue udah mulai pegel (hampir lima menit gue mompa Rena…)

“Ooohh…cepetin Gus…..gue udah mau klimaks nih…!!” katanya meminta dan tentunya segera gue penuhi permintaannya itu dengan mempercepat kembali tempo sodokan gue.
“Ooohhh….iyaaa….yaaa…..c’monnn….f uck me harder Agus….yesss…yesss” katanya sambil terus membantu pantat gue bergerak lebih cepat, sementara gue lihat dia mendongakkan kepalanya ke arah kepala tempat tidur “Arrhhhhhh….oohhh….ssshhhhhhh….yees ssss….I’m coming…..aaauuwwww…!” teriaknya berbarengan dengan getaran hebat dari seluruh tubuhnya itu sambil kedua tangannya mencengkram sekaligus mencakar pantat gue, sementara gue manfaatkan kesempatan ini dengan gue pompa Rena secepat mungkin tanpa menghiraukan pinggang gue yang kembali terasa pegel.

Untuk beberapa detik badannya masih bergetar hebat sewaktu tangannya pindah dari pantat gue ke punggung gue dan langsung menarik gue untuk dia peluk erat-erat
“Oooooohhhhh…….ssshhhhhssssssss…… yyeeeeaaaaasss…uuhhhhh” lengkingannya mengagetkan gue meskipun tidak sampai membangunkan seluruh penghuni hotel sambil gue terus pompa vagina gadis yang bernama Renata itu…..!!!! “Suka nggak barusan….??” tanya gue sambil tanpa hentinya mengeluar-masukkan penis gue ke dalam vaginanya itu.

Terus dia bilang sambil tetap memeluk gue erat “Uuuhhhhh….gue suka banget, sayang…..”. What……, she called me “sayang”, and if I’m not mistaken, this is really her first time calling me with that name………perasaan gue langsung berbunga-bunga (mudah-mudahan gue nggak kegeeran…!!!).

Mendengar dia memanggil gue dengan kata-kata itu, langsung gue tersenyum dan langsung mengulum bibirnya yang sensual itu (gue nggak inget udah berapa kali gue bilang itu…) sambil terus memberikan dia kenikmatan dalam setiap gesekan penis gue dengan dinding vaginanya yang terus berdenyut memijat penis gue. Sementara keringat gue dan dia udah mulai bercampur khususnya di bagian-bagian yang menempel dengan ketat.Tiba-tiba gue punya akal untuk mengistirahatkan pinggang gue karena sampai sekarang gue masih jauh dari ngerasa mau klimaks.

Gue cabut penis gue dari vaginanya dan gue langsung ajak dia untuk bangun dari tempat tidur dan mengajak dia ke sofa tadi. Gue bimbing posisi dia di sofa itu seperti doggy style sehingga kedua lututnya berada dipinggir sofa dan kedua sikutnya bersandar pada sandara kepala/punggung sofa tersebut sehingga dengan posisi seperti ini dia dapat melihat pemandangan sebagian kota Singapore diwaktu malam (waktu itu hampir jam 11 malam waktu lokal). Lalu dia kaget waktu gue buka horden tebal dan tipis yang membatasi pemandangan diluar dilihat dari dalam kamar.

“Heh,…..mau ngapain elu Gus….eh gila elu…elu mau kita dilihat orang….?” tanyanya setengah nggak percaya dengan kelakuan gue yang aneh itu.
Namun Rena sama sekali tidak bergeser dari tempatnya sewaktu gue berjalan kebelakangnya, malahan dia menertawakan penis gue yang masih tegak dan kelihatan mengkilat karena cairan vaginanya bergoyang-goyang sewaktu gue berjalan menghampirinya. Lalu gue tempel lutut gue ke pinggir sofa dengan mengarahkan penis gue sedikit ke vaginanya gue lihat pantatnya yang bulat- bulat dan kencang ini benar-benar bikin darah gue mengalir dengan cepat sekali, sehingga dengan tanpa terkontrol dan cepat sekali gue masukin penis gue sekaligus sampai seluruh batangnya terbenam didalam vaginanya.

“Aaauuuwwwww…..nafsu bener lu….!!” katanya sambil meringis menahan sakit yang kemudian hilang sama sekali dan berganti dengan rasa nikmat yang tiada tara pada setiap pergesekan antara penis gue dan vaginanya.

Sebetulnya hal inipun gue rasakan juga betapa nikmatnya lubang senggamanya Rena sehingga gue benar-benar lupa kalau pinggang gue tadi sempat pegel, namun sekarang kembali dalam keadaan fit, sehingga dengan leluasa gue menyodok-nyodok vaginanya dari belakang. Kayaknya dorongan gue dalam posisi seperti ini jauh lebih keras dari dorongan gue waktu gue diatas dia tadi dan yang jelas sampai sekarang gue belum merasa ada tanda-tanda mau klimaks. Tangan gue sesekali berusaha menggapai payudaranya yang menggantung sambil meremas-remas serta memainkan putingnya.
“Ohhh…..Aguuussss…..gue suka………..” lirihnya sambil menikmati gerakan tangan dan jari gue bertualang di payudaranya.

Sementara itu gue ngerasa ada sesuatu yang mengenai bola-bola gue yang ternyata hal itu adalah tangannya yang secara perlahan meremas-remas bola-bola gue.
“Aaaahhhh…Rena…..tangan elu nakal…..” kata gue meskipun sebetulnya menikmati betul remasan-remasan tangannya. “Ooohhh…sengaja….biar..cepet..keluaaa rr…elunya…” katanya terputus-putus karena sedang di sodok dengan cepat dan keras oleh gue.

Sementara tangan gue kembali ke posisi awal, yaitu di dipingganngnya sambil membantu menggerak- gerakkan pinggangnya sesuai dengan gerakan penis gue keluar masuk vaginanya. Sementara gue juga nggak mau kalah dengan Rena, langsung tangan kanan gue menjangkau clitorisnya melalui sebelah kanan pinggangnya. Begitu ujung jari tengah kanan gue menyentuh clitorisnya itu, langsung gue gosok-gosok dan gue ucek-ucek sambil penis gue tetap melakukan penetrasi terhadap vaginanya.Ternyata usaha gue itu tidak sia-sia, karena sekarang ini dia kembali mendesah dan desahannya itu makin lama makin keras.

“Ooooohhhh…..elu pinter banget sssiiiihhhhhh…….” katanya pertanda dia menyukai aktifitas jari dan penis gue secara berbarengan ngerjain vaginanya yang basah banget.
Kedua tangannya sekarang sudah ditempelkan ke kaca jendela, begitu juga dengan kepalanya yang sejak mulai dengan posisi doggy style ini udah geleng-geleng kekiri- kekanan seperti orang lagi tripping dan gue sempat perhatiin butir-butir keringatnya mulai kelihatan di beberapa bagian tubuhnya, terutama di sekitar pantatnya yang terus bergetar seiring dengan sodokan gue….plok…plok…plok…bunyi pangkal paha gue beradu dengan pantatnya yang sexy itu.

Mendengar bunyi itu gue semakin lama semakin bertambah nafsu sehingga berusaha mempercepat gerakan gue namun terhambat karena tangan gue masih mengucek-ngucek clitorisnya dengan maksud supaya dia bisa orgasme lagi sebelum gue. Akhirnya gue putusin untuk meneruskan permainan jari gue sehingga dia betul- betul puas make love dengan gue, dan itu bikin kepuasan tersendiri buat gue.Setelah kurang lebih lima menit berlalu

“Ooohhhh…..Aguusss…..gue…. bentar lagggiiiii……aaahhhhhh……oouuuww… ..oouuuww…..” rintihannya membuat gue mempercepat gosokan gue terhadap clitorisnya sambil juga mempercepat gerakan penis gue memompa vaginanya.

Hal ini biki dia tambah mendekati titik puncak kenikmatannya
“Aaaaaaahhhhhhh…..I’m coming…..I’m coming….yeeesssssss….aaaaaaahhhhhhhhh ……!!!!!” teriaknya disusul dengan getaran hebat dari seluruh badannya berbarengan dengan pijatan-pijatan yang kuat dari dinding vaginanya terhadap penis gue.

Gileee, guepun udah nggak kuat nahan sperma gue untuk tidak keluar sampai Rena mencapai klimaks berikutnya. Sekarang ini gue hanya bisa bertahan karena gue masih berusaha mengkoordinasikan gerakan tangan dan dorongan penis gue karena sekarang ini jadi kacau karena getaran hebat dari badannya Rena. Kembali untuk beberapa detik gue ngerasain badannya melemah setelah Rena mengalami orgasme yang ke tiga untuk malam ini dan pasrah dengan hantaman dan sodokan penis gue di dalam vaginanya.

“Aaaahhhh…gila lu…., ayo…sekarang gue mau….giliran elu…..!!” katanya terputus-putus karena hentakan dari badan gue yang semakin lama semakin cepat dan keras karena tangan kanan gue udah kembali memegang pingangnya sambil gue mengembalikan konsentrasi gue ke penis gue yang terus menerus merasakan pijatan- pijatan dari dinding vaginanya.

“Ooooohhhhhh….Reeennnaaaaaa…….gue mau keluaaarrrrr……aaahhhhhhhh…..!!” gue kasih tau dia kalau gue sekarang ini udah mulai merasakan sesuatu yang menggelitik lubang penis gue untuk dimuntahkan. “Iiiiyyyaaaaaa…..keluarin di mulut….gue ajaaaaa…..!!” katanya sambil berusaha untuk membalikkan badannya.

Gue langsung cabut penis gue dari vaginanya sementara dengan gerakan cepat Rena berbalik badan sehingga sekarang ini dia dalam posisi duduk di sofa dengan mukanya persis dihadapan penis gue yang sebentar lagi siap memuntahkan air maninya.

“Aaaaaaahhhhhhh………!!!!” teriak gue berbarengan dengan Rena yang telah membuka mulutnya lebar-lebar sambil mejulurkan lidahnya guna menampung semprotan air mani gue yang menyemprot deras kedalam mulutnya sementara kedua tangannya mengocok-ngocok penis gue yang mengkilat dan licin oleh cairan vaginanya sehingga kocokan tangannya terasa lebih nikmat buat gue karena telah diberi “pelumas”.

Crooooottt……. crrroooottttt…….cccrrrooooooooootttt. …., banyak sekali cairan kental berwarna putih susu itu yang masuk kedalam mulutnya, sementara beberapa cairan itu yang menetes dari lubang penis gue tidak sempat jatuh ke lantai karena telah tertampung oleh lidahnya yang menjulur itu. Gue sempat lihat ekspresinya sewaktu menelan air mani gue yang sebagian besar berada di ujung lidah sebelah dalamnya sehingga otomatis lebih mudah tertelan begitu dia menelan air liurnya sendiri.