Jumat, 13 November 2015

SANY CEWEK LESBIAN


M8WIN - Tidak seperti umunya cerita dewasa yang ada berikut ini ada sebuah penuturan spektakuler dari rekan berlendir mengenai sesuatu yang sedikit berbeda..Sebut saja aku sebagai Sany. Aku masih duduk di sebuah SMU di Yogya kelas 2. Tinggiku sekitar 165 cm dengan berat sekitar 49 kg.Aku sendiri sebetulnya bukan seorang lesbian. Hanya kenapa, ketika melihat video klip Nafa Urbach yang berjudul ‘Lebih Baik Putus’, mataku langsung tertuju ke kedua payudaranya yang indah. Yang sangat aduhai. Aku merasakan perasaan lain ketika melihatnya. Sejak saat itu sering sekali kulihat video klipnya dan kuperhatikan kedua payudaranya itu.

Tidak itu saja. Pada acara-acara televisi lainnya, yang kuperhatikan pasti kedua payudara pengisi acara cewek. Indah atau tidak. Terutama yang memakai pakaian ketat. Beberapa artis yang kusukai adalah Kris Dayanti, Denada, Shanti, AB Three dan beberapa artis lain.  Artis dari luar negeri ada Britney, Christina Aguilera, Jennifer Lopez, Alicia Keys, Anastasia, Pamela Lee (yang kedua payudaranya very big) dan beberapa artis lain.

Waktu aku pergi keluar pun, aku juga diam-diam memperhatikan kedua payudara cewek-cewek yang kutemui terutama yang berpakaian ketat seksi. Malamnya sebelum tidur pasti aku masturbasi sampai orgasme sambil membayangkan tubuhku yang telanjang sedang dipermainkan oleh sesama cewek. Sering sekali kubayangkan seorang cewek dari belakang meremas kedua payudaraku yang berukuran 36. Sementara di depanku juga ada cewek lain yang menjilati vaginaku.

Waktu pergi ke warung internet pertama kali sejak video klip Nafa yang menggairahkan, kukopi ke memory semua pada bagian sesama wanita. Padahal sebelum itu aku hanya suka membaca bagian konvensional. Itu saja tidak kukopi ke memory. Hanya kubaca di warung internet. Sampai dirumah dari disket kukopi ke komputerku.

Aku punya komputer sendiri di kamarku. Kubaca satu persatu sambil membayangkan aku adalah pelaku dalam cerita tersebut. Aku sudah merasa basah ketika baru membaca satu cerita. Sehingga aku mengunci pintu kamarku dan melepas semua pakaianku. Kulanjutkan membaca sambil sesekali kuremas kedua payudaraku bergantian. Jari telunjukku juga masuk ke vaginaku. Kukeluarmasukkan. Aku mencapai orgasme ketika baru kubaca cerita yang ketiga. Aku hentikan kegiatanku itu. Dan kulanjutkan pada malam harinya sebelum tidur.

Disamping membuka situs dewasa, aku juga membuka situs-situs yang menyediakan rangkaian gambar lesbian gratis. Situs-situs itu kutemukan dengan bantuan seorang chatter yang juga lesbian. Sayangnya aku dikira cowok iseng yang memakai nick cewek dengan masuk ke channel lesbi (yang sengaja kuketik ketika pertama masuk IRC).

Padahal aku berharap dari dia supaya sudi menjadi girl friend pertamaku. Sejak saat itu aku juga curiga dengan cewek-cewek yang menjadi teman chattingku. Jangan-jangan mereka adalah cowok iseng. Sehingga aku tidak berani kasih data sebenarnya aku. Paling cuma e-mailku saja yang kuberi.

Pernah ada salah satu ‘cewek’ yang mengajak jumpa darat setelah beberapa kali berkirim e-mail. Kebetulan dia juga dari Yogya. Sebelumnya aku sudah waspada. Kuberikan identitas palsu. Pada waktunya di bawah sebuah pohon di lembah UGM yang kujanjikan untuk bertemu ternyata tidak muncul seorang cewek sesuai dengan ciri-cirinya yang diberikan padaku. Yang ada hanya seorang cowok. Aku yang mengawasi dari jauh menunggu sebentar. Aku berpikiran bahwa dia belum datang atau sudah datang.

Tetapi karena bawah pohon yang kujanjikan dipakai orang lain, dia menunggu di tempat lain. Kulihat di sekitarku ternyata dia tidak ada. Kulihat bawah pohon itu lagi. Cowok itu tidak ada lagi. Beberapa hari kemudian muncul e-mail darinya yang mengatakan kalau aku tidak datang. Kubalas dengan mengatakan kalau aku sudah tahu bahwa dia cowok lengkap dengan ciri-cirinya.
Aku juga bilang kalau aku marah sekali dibohongi. Dia membalas lagi dengan kejujurannya bahwa dia cowok dan minta aku tidak marah serta mau menjadi temannya. Itu e-mail terakhir yang tidak kubalas. Aku sudah terlanjur marah.

Kembali ke situs-situs yang kusebut diatas. Rangkaian gambar-gambar itu sebagian yang menarik kukopi juga ke disket untuk kemudian kukopi ke komputerku dirumah. Tiap malam sebelum tidur kulihat gambar-gambar itu sambil bermasturbasi.

Sebetulnya aku mempunyai seorang teman cewek satu kelas yang menarik perhatianku. Lebih besar dari perhatianku pada cewek-cewek lain yang kukenal. Sayangnya dia bukan lesbian dan tidak mungkin jadi lesbian. Dia punya pacar seorang cowok. Dia sering memperlihatkan pahanya yang putih dihiasi bulu-bulu halus ketika duduk di dalam kelas atau di halaman sekolah meskipun rok seragam sekolah yang dipakainya tidak terlalu mini.

Kadang dia tidak memakai kaos dalam ketika memakai baju seragam sekolah. Sering kelihatan dia memakai bra berwarna hitam. Kadang sempat kulirik belahan payudaranya yang meskipun tidak besar tapi indah dari sela-sela kancing baju. Lengan bajunya yang agak ketat juga selalu dinaikkan ke atas memperlihatkan lengannya yang putih yang juga dihiasi bulu-bulu halus.
Ingin sekali aku membelai pahanya dan meremas kedua payudaranya. Sering kukhayalkan dia berhubungan seks denganku. Aku sendiri dalam memakai pakaian seragam sekolah kuusahakan rapi. Rok seragam sekolah yang kupakai meskipun diatas lutut, tetapi tidak termasuk mini. Hanya dalam hal pakaian dalam saja aku agak kelainan sejak melihat video klip Nafa yang sensual. Aku hanya memakai kaos dalam ketat warna biru tanpa memakai bra. Tetapi tonjolan kedua payudaraku tidak kentara karena baju seragam sekolahku termasuk longgar.

Kedua orangtuaku tidak atau belum mengetahui kelainanku ini. Kalau bisa jangan sampai tahu. Kecuali kakakku yang cowok. Kebetulan dia sering pakai komputerku untuk mengerjakan tugas kuSanyhnya. Suatu kali aku sedang membuka salah satu cerita 17tahun yang kusimpan di komputerku.

Kebetulan kutinggal ke kamar kecil. Aku sendiri kaget melihatnya sudah di depan komputerku. Dia agak marah. Bukan marah karena aku membaca cerita seks. Marah karena kenapa aku membaca cerita sesama wanita. Waktu itu aku tutup-tutupi. Bahwa aku cuma iseng membaca itu. Tidak ada maksud apa-apa. Dan dia percaya.

Lain hari ketika aku sekolah dia cek semua directory komputerku. Waktu aku pulang aku disuruh jujur. Kalau tidak jujur kedua orangtuaku akan diberitahu. Terpaksa aku jujur. Dia juga coba menasihati aku supaya sadar. Aku berusaha untuk sadar dengan menghapus file-file yang berhubungan dengan lesbian seperti yang telah kusebut diatas sesuai dengan yang disarankannya.
Tetapi itu tidak bisa. Waktu ke warung internet aku pasti membuka situs yang berhubungan dengan lesbian. Itu yang tidak bisa kuhindari. Aku kopi lagi. Kakakku tidak tahu lagi. Karena kulindungi file-file khusus ini dengan program proteksi yang kuambil dari internet.

Aku juga punya kakak cewek. Dia kuSanyh di salah satu universitas negeri di Bandung. Tiap dua pekan sekali atau sedang liburan dia pasti pulang. Gilanya.Kadang aku juga mengkhayalkan berhubungan seks dengannya. Kebetulan kedua payudaranya juga besar. Mungkin ukurannya sama denganku atau lebih besar. Tapi dia tidak pernah tahu tentang kelainanku. Aku sendiri berharap kakakku ini juga lesbian. Sehingga dapat mengajariku bagaimana berhubungan seks dengan sesama wanita.

Dibawah ini aku akan menceritakan salah satu khayalanku berhubungan seks dengan sesama wanita.
Begini ceritanya. Suatu hari aku duduk di kursi sofa sedang menonton televisi. Aku hanya memakai bra dan celana dalam saja. Dari dalam kamar keluarlah seorang cewek.Sebut saja Astrid. Dia juga hanya memakai bra dan celana dalam saja. Dia lalu duduk disampingku. Dia belai pahaku. Aku tahu maksudnya. Kumatikan televisi dengan remote control.

Aku menggeser posisi dudukku dengan menyamping. Kugeser juga tubuh Astrid dengan memegang pundaknya. Kulepas kaitan bra yang dipakainya dari belakang. Pelan-pelan kuturunkan tali branya yang menggantung di pundaknya. Kedua payudaranya yang berukuran 36 (sama dengan punyaku) kini sudah telanjang. Lalu kubelai lengannya dengan lembut.

Astrid menolehkan kepalanya dan menjulurkan lidahnya. Kusambut lidahnya dengan lidahku. Kami berdua saling menjilat lidah sambil tanganku tetap membelai pundaknya.Kami berhenti saling menjilat. Kemudian dari belakang kuremas kedua payudaranya. Astrid dengan setengah terpejam mengeluarkan desahannya. Lalu kudorong Astrid ke depan. Aku melepas bra yang kupakai.

Aku lalu telentang di sofa dan kutarik pundak Astrid supaya telentang di atasku. Kini posisi pantatnya berada di selangkanganku sementara kakiku sendiri mengangkang. Pipinya hinggap di payudara kananku dan matanya melihat payudara kiriku. Kuremas lagi payudara kirinya dengan tangan kiriku. Sementara tangan kananku membenarkan posisi kaki kananku yang kurasa kurang enak.

Kuremas lagi kedua payudaranya. Sementara tangan kiri Astrid membelai paha kiriku. Dan tangan kanannya membelai vaginanya yang masih ditutupi celana dalam. Dibukanya sedikit celana dalam bagian bawahnya untuk dapat membelai vaginanya. Kami berdua tersenyum. Kemudian dia duduk dan melepas celana dalam yang kupakai.Kuangkat pantatku supaya mempermudah dia dalam melepas celana dalamku.

Setelah itu dia berdiri mau melepas celana dalamnya sendiri. Aku cegah dia. Kupegang tangannya. Dia malah menarik aku untuk ikut berdiri. Ditempelkannya kedua payudaranya ke kedua payudaraku. Digesek-gesekkan. Kami berdua berpelukan sambil kedua tanganku meremas pantatnya yang besar.
Agak lama kami berpelukan dan merasakan sensasi pada masing-masing kedua payudara kami yang saling bergesekan. Kemudian aku didorongnya hingga aku terjatuh dan dengan cepat melepaskan celana dalamnya. Lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Kembali kami saling menjilat lidah. Kupegang pinggangnya dan kutumpangkan paha kananku ke pinggangnya. Sementara paha kiriku dijepit kedua pahanya. Membuat apha kiriku menggesek vaginanya.

Lalu lidahnya turun ke bawah. Dijilatinya puting payudara kananku sambil tangannya juga meremas. Aku hanya bisa mendesah dan kedua tanganku meremas rambutnya. Kemudian disodorkannya payudara kanannya ke mulutku. Tak kusia-siakan kesempatan itu. Kukulum puting payudara kanannya. Aku sendiri juga meremas payudara kananku sendiri.Sedangkan payudara kiriku diremas oleh Astrid.

Lalu kudorong Astrid sehingga dia ganti di bawah tubuhku. Kuremas kedua payudaranya dengan kedua tanganku. Sementara dia hanya kebagian remasan pada payudara kananku. Payudara kiriku sendiri menempel di bawah belahan kedua payudara Astrid. Astrid kembali mendesah sambil matanya setengah terpejam.

Lalu aku menggeser tubuhku. Kudekatkan wajahku ke vagina Astrid. Astrid tahu maksudku. Kedua tangannya membuka vaginanya. Langsung saja kusedot vaginanya dengan lidahku sambil membaringkan tubuhku dengan posisi miring. Paha kirinya yang berada di antara kedua payudaraku diangkat ke atas pinggangku.

Posisi ini ternyata kurang mengenakkan bagiku. Kusuruh Astrid minggir sebentar. Lalu aku tidur telentang. Kusuruh Astrid mengangkangkan selangkangannya di depan mulutku dengan bertumpu pada kedua lutut dan kedua tangannya. Kembali kubuka vagina Astrid dan kusedot dengan lidahku.
Astrid hanya bisa menjerit perlahan. Jeritan kenikmatan. Astrid rupanya kelelahan. Aku sendiri juga sudah puas menyedot vaginanya. Dia membaringkan tubuhnya sejenak disampingku. Hanya sebentar. Lalu dengan setengah berbaring dia ganti menyedot vaginaku dengan lidahnya. Dibukanya vaginaku dengan tangan kanannya. Ganti aku yang menjerit kenikmatan.

Kami berdua telah puas. Kami dengan masih telanjang bulat beristirahat sambil saling membelai. Kemudian datang lagi soerang cewek. Sebut saja Niken. Juga hanya dengan memakai bra dan celana dalam. Kedua payudaranya yang berukuran 38 tampak ingin keluar dari bra yang dipakainya.
Aku dan Astrid kemudian berdiri menghampirinya. Niken sedang melepas bra yang dipakainya. Payudaranya yang paling besar diantara kami bertiga tampak sudah lega. Kami berdua lalu setengah berdiri disamping Niken dengan bertumpu pada lutut. Aku disamping kaki kanan Niken sedangkan Astrid di samping kaki kiri Niken.Kami berdua melepaskan celana dalam yang dipakainya.

Kemudian aku berdiri dan dirangkul Niken. Sementara Astrid jongkok di depan vagina Niken. Dia lalu menyedot vagina Niken dengan lidahnya sambil tangan kirinya membelai paha kanan Niken. Tangan kananku juga membelai paha kanannya dan tangan kiriku memeluk pinggangnya.
Tangan kiri Niken sendiri membuka vaginanya dengan tangan kanan tetap merangkul tubuhku. Niken hanya bisa mendesah. Lalu kuajak Niken untuk duduk di lantai. Dia lalu duduk dengan kedua tangannya bertumpu ke belakang. Aku ingin mencicipi vaginanya. Tetapi keduluan oleh Astrid yang rupanya masih belum cukup merasakan vagina Niken.  Kudengar desahan Niken yang lalu kusumpal dengan ciumanku.

Rupanya Niken tidak merasa enak dengan ciumanku. Dia membalas ciumanku hanya sebentar. Dia lalu memegang payudara kananku dan diremasnya. Aku yang dari tadi ingin mencicipi vagina Niken hanya bisa membantu membuka vaginanya sementara Astrid masih asyik dengan sedotannya. Niken lalu menjilati puting payudara kananku dan tangan kirinya meremas payudara kanannya sendiri. Juga payudara kirinya bergantian.

Astrid sudah puas dengan vagina Niken. Dia sedang menjilati jari-jari kaki kanan Niken yang diangkatnya. Aku segera mendaratkan lidahku ke vagina Niken untuk menyedotnya. Niken mendesah lagi. Dan seperti juga aku. Astrid lalu menciumnya. Niken keenakan dengan ciuman Astrid. Lama sekali mereka beerciuman sehingga aku bisa sepuasnya menyedot vagina Niken dengan lidahku. Kami bertiga akhirnya mencapai orgasme pada waktu hampir bersamaan. Karena kelelahan kami juga tertidur di lantai dengan keadaan telanjang.

Ketika aku bangun kulihat Astrid sudah tidak ada. Dan kudengar suara gemericik air dari kamar mandi. Kubangunkan Niken dan kami berdua menuju dikamar mandi. Di kamar mandi sudah ada Astrid. Kami berdua bersama-sama mandi di bawah pancuran sambil sesekali saling membelai. Kemudian Niken mematikan kran pancuran. Dia mengambil sabun.

Karena sabunnya ada dua, yang satu diserahkan ke aku. Kemudian dia dari depan menyabuni tubuh Astrid. Sedang aku sendiri dari belakang juga menyabuni tubuh Astrid. Astrid kemudian berbalik menghadap ke aku. Dia mengambil sabun dariku dan menyabuni tubuhku.Sedangkan Niken menyabuni tubuhnya sendiri. Sambil sesekali menyabuni pantat Astrid.

Kupeluk Niken sehingga otomatis tubuh Astrid berada di antara tubuhku dan tubuh Niken. Tubuh kami yang penuh busa sabun menempel. Kedua payudaraku dan kedua payudara Astrid menempel. Sedangkan kedua payudara Niken menempel di punggung Astrid. Astrid lalu melepaskan diri dari jepitan kedua tubuh yang penuh busa sabun.

Dia lalu membersihkan tubuhnya dari busa sabun dengan air dari ember sambil melihat aku yang sedang saling menempelkan payudara dengan Niken. Tangan kananku memegang payudara kananku yang kutempelkan ke payudara kiri Niken yang juga dipegang tangan kirinya. Setelah menempel lalu tangan kirinya mengangkat paha kananku sehingga vaginaku menggesek paha kirinya.

Kulihat Astrid sedang menghanduki tubuhnya sambil keluar kamar mandi sementara kami berdua sedang asyik dengan kedua payudara penuh busa sabun yang saling bergesekan. Aku lalu membuka kran pancuran kembali untuk membersihkan busa sabun yang memenuhi tubuhku dan tubuh Niken. Niken ternyata tidak setuju. Dimatikan lagi kran pancuran.

Lalu didorongnya dengan pelan ketubuhku sehingga aku bersandar ke dinding kamar mandi. Diremas-remas lagi kedua payudaraku yang juga kubantu dengan kedua tanganku yang memegang kedua tangannya. Tubuhnya lalu turun ke bawah dan disiramnya bagian vaginaku dengan air dari ember.

Lalu tangannya membuka vaginaku. Disedotnya vaginaku dengan lidahnya. Kedua tangannya naik ke atas meremas kedua payudaraku. Agak lama dia melakukan itu. Dan ketika dia tidak meremas kedua payudaraku, aku meremas sendiri kedua payudaraku sambil sesekali mendesah.

Setelah puas menyedot vaginaku dengan lidahnya, dia membuka kran pancuran dan membersihkan tubuhnya dari busa sabun dengan bantuanku dengan membersihkan tubuhnya dari belakang. Dia berbalik sambil mematikan kran pancuran dan mengambil botol sabun cair. Dia kelihatannya belum puas bermain sabun.

Dikucurkannya sabun dari botol itu ke tangannya lalu diusapkan ke payudara kiriku. Tanganku minta bagian. Niken mengucurkan sabun ke tanganku dan lalu aku mengusapnya ke payudara kirinya. Kemudian Niken menjatuhkan botol sabun itu dan meratakan sabun ke kedua payudaraku. Kulakukan hal yang sama. Kami berdua lalu saling menempelkan kedua payudara. Dan digesek-gesekkan sampai dia puas.

Niken lalu membalikkan badannya dan membuka kran air. Dia membersihkan kedua payudaranya dari busa sabun. Aku dari belakang memegang bagian belakang kepalanya untuk menciumnya dari belakang. Dibawah kucuran air pancuran aku meraba bagian depan tubuh Niken dari belakang sambil lidahku menjilati lehernya. Kuremas juga kedua payudaranya.

Akhirnya kami selesai bermain di bawah pancuran. Kami berdua keluar setelah menghanduki tubuh yang basah. Dilihatnya Astrid dengan masih telanjang sedang merapikan rambutnya. Dia duduk di pinggir tempat tidur. Niken menghampirinya sementara aku tetap berdiri untuk melihat apa yang akan dilakukan Niken terhadap Astrid.

Dari samping dia menjilati puting payudara kanan Astrid. Tangan Astrid memegang bagian belakang lehernya. Niken lalu duduk di paha kanan Astrid dan mencium bibirnya. Mereka berdua berciuman sambil saling menjilat lidah. Lalu Niken menelentangkan Astrid. Dengan setengah berjongkok dia menyodorkan vaginanya ke mulut Astrid. Astrid lalu menyedot vagina Niken dengan lidahnya.
Niken lalu agak mundur ke belakang. Sambil setengah berdiri dengan bertumpu pada kedua lututnya ditekannya kedua payudara Astrid yang kedua tangannya juga menekan kedua payudaranya sendiri. Sehingga kedua payudara Astrid yang ditekan dua pasang tangan saling menempel.

Setelah itu Astrid mendudukkan Niken kembali. Didudukkan di lantai pinggi tempat tidur.
Astrid sendiri duduk di pinggir tempat tidur. Dari belakang dijilatnya lidah Niken. Kedua tangannya dipegang kedua tangan Niken untuk meremas kedua payudara Niken.Astrid lalu menyodorkan payudara kanannya ke mulut Niken yang langsung menjilati puting payudara kanan Astrid. Tangan kirinya meremas payudara kiri Niken. Lalu ganti Astrid menyodorkan payudara kirinya ke mulut Niken yang juga langsung menjilati puting payudara kiri Astrid. Tangan kanannya meremas payudara kanan Niken.

Aku yang melihat hal itu langsung ikut bergabung. Kami bertiga bercumbu dengan lebih hebat lagi.
Demikian cerita khayalanku. Mungkin terlalu bagaimana. Terserah kaSanyn yang menilai. Aku terus terang saja bahwa cerita di atas merupakan terjemahan dari rangkaian gambar-gambar yang kuambil dari internet

BERADA DI RUMAH MEWAH SELAMA SATU HARI


M8WIN - Winda, adalah ceweq kelas 2 sma, berumur 16 tahun, dia sangat cantik dan sexy, mukanya sepintas lalu mirip dengan Selma Blair, bibirnya ranum, kulitnya putih, kakinya jenjang, lehernya tinggi mulus dan dadanya lumayan montok.

Banyak cowok yang suka sama Winda, tapi Winda belum bergeming karena masih memikirkan study. Orang tua Winda tidak terlalu kaya mereka bekerja kepada orang tua Susy, yang juga teman sekelas Winda. Susy selalu merasa iri dengan Winda, walaupun Susy cantik tapi cowok-cowokku lebih suka kepada Winda.

Kalau bicara Susy selalu ketus kepada Winda, karena Susy menganggap orang tua Winda adalah anak buah ayahnya dan Winda secara otomatis drajatnya juga harus dibawah Susy, dan tidak seharusnya cowok-cowokku lebih suka ke Winda. Karena itu Susy selalu berusaha untuk merendahkan Winda di depan kawan2 sekelasnya. Susy mempunyai 3 orang kawan karib, yang merupakan anak dari rekan bisnis ayah Susy, mereka juga iri dengan Winda yang selalu jadi pusat perhatian.

Mereka berempat selalu mencari-cari cara untuk merendahkan Winda, supaya cowok-cowokku tidak lagi suka pada Winda. Cara mereka sangat buruk, seringkali mereka memanggil Winda sebagai anak budak. Suatu hari mereka berempat mengundang Winda ke rumah Susy, sebenarnya Winda tidak mau, tapi karena mereka terus memaksa Winda tidak punya alasan lagi untuk menolak.

Kira-kira jam 2 siang Winda dengan masih memakai baju osis sampai di rumah Susy, yang sangat besar di daerah pondok Indah, dan ketika masuk rumah Susy, Winda melihat ternyata Susy itu sangat kaya raya, di rumah Susy yang luasnya hampir 5000m itu terdapat 5 mobil kelas atas di pekarangan dengan merek2 seperti Ferrari, BMW, Mercy new eyes, Land Cruiser, dan Innova. Winda juga kagum dengan pekarangan rumah Susy yang banyak sekali pohon. Susy juga punya 3 pembantu wanita, 1 tukang masak wanita, 1 tukan kebun dan 2 supir pribadi, pokoknya.

Lalu Winda di antar masuk oleh salah satu pembantu itu untuk menemui Susy, keruang keluarga lantai 2. Disana Susy dan ketiga kawanya sudah mengumpul sambil makan makanan kecil dan bermain kamera. Begitu melihat Winda, Susy langsung berkata nyampe juga loh, walau telat ampir satu jam, gua kira elu nyasar ato gak datang. Kebetulan nich gua lagi ngeliatin performance appraisal para staff babe gua, salah satunya adalah bapak elu, dan gua punya hak untuk kasih input ke babe gua sepanjang yang gua tahu, menurut elu performance bapak elu harus gua bilang bagus ato bapak elu harus gua saranin cari kerjaan lain yach ?

Winda tidak bisa menjawab saat itu dan matanya berkaca2 karena dia kebayang kalo ayahnya sampai di pecat keluarganya bisa hancur, ke-2 adiknya bisa putus sekolah karena tidak ada biaya, dan Winda sudah pasti tidak bisa ke perguruan tinggi. Belum sempat Winda menjawab, Susy bicara lagi sambil memegang kamera barunya, o iya, kebetulan gua punya hobby baru photography, karena elu merupakan benda yang menarik, gua mao elu jadi objek photo gua. Winda terdiam.

Susy kemudian meneruskan kalimatnya untuk jadi objek photo gua, elu musti tukar baju, ini gua kasih baju, cepat tukar di kamar situ, sambil menunjuk ke arah kamar mandi. Winda menyadari bahwa pakaian yang di terimanya itu adalah sepasang bikini mungil warna putih. Lalu Winda masuk ke kamar mandi, sebenarnya Winda merasa berat hati dan malu mengenakan bikini mini putih itu di depan kawan2 sekelasnya, tapi dia merasa tidak bisa menolak.

Selesai mengganti bajunya dan dengan memakai bikini mini yang tipis itu Winda merasa sangat terhina dan malu karena bikini itu sangat kecil dan tipis, di kaca kamar mandi Winda bisa melihat bahwa pentilnya menerawang samar2 dari balik bikini atasnya dan di tengah bikini bawahnya bagian depan samar2 ada warna hitam menerawang, sedangkan belahan pantatnya terpampang jelas dengan hanya satu tali menutupi belahan pantatnya. Winda hampir menangis saking merasa malunya melihat penampilannya di kaca.

Tiba2 pintu kamar mandi terbuka dan Susy dan ke3 temannya ternyata membuka pintu kamar mandi dengan kunci serep, dan Susy langsung berkata pake nangis lagi, heh budak cepetan gua udah gak sabar ambil photo bugil elu nich. Teman Susy begitu melihat Winda langsung kasih komentar elu benar2 pantas pakai baju itu daripada baju sekolah elu, ini baju benar2 sesuai dengan drajat elu sebagai budak.

Sebelum memberi instruksi lebih lanjut, Susy dan 3 kawannya memelototi tubuh Winda dari atas kebawah yang hanya terbalut 2 helai kain tipis, dan tampak wajah mereka menyeringgai ketika melihat bikini bawah Susy yang menawang warna hitam, mereka berkata wah jembutnya nongol tuch, tangan Winda secara refleks menutupi depan depan celana dalamnya, Winda merasa mukanya sangat panas.

Oke kita mulai kata Susy, hayo Winda elu berdiri sebelah sana, ke-2 tangan elu di belakang kepala, kaki dibuka agak lebar dan rada jinjit, dengan malu2 Winda mengambil posisi itu, kemudian Susy mengambil beberapa photo Winda. Hayo sekarang photo berempat kata Susy kepada ke3 temanya, posisi Winda tetap seperti itu, kalian bertiga memegang tubuh Winda. Ria (temannya Susy) satu tangan kamu memegang paha kanan Winda sebelah atas dan jari2nya sedikit masuk ke dalam celana Winda kata Susy memberi instruksi.

Angel kamu sama seperti Ria, tapi yang kamu pegang adalah paha kiri Winda, dan jari2 kamu juga masuk sedikit. Siska kamu berdiri di belakang Winda, sambil memegang ke-2 dua payudara Winda, Winda pertama berusaha menolak waktu tangan temannya mau memasukan ujung jarinya ke dalam celana dalamnya, tapi Susy membentaknya untuk jangan macam2, Winda merasa sangat risih, aneh, geli dan terhina di photo dalam posisi seperti ini, karena dia merasa Tangan kawannya menyentuh ujung bulu vaginanya dan menekan2 dadanya. Oke sekarang pemotretan ke-3 kata Susy posisi kalian ber-4 tetap seperti itu, tapi Winda harus melepas bikini atasnya, Siska tolong lepas bikini atas Winda.
Winda mencoba untuk melawan ketika Siska mau melepas tali bhnya, tapi Susy mengingatkan kamu udah tahu apa yang harus saya taruh di diperformance bapak elu ? Terpaksa Winda pasrah saja
BHnya dilepas oleh Siska, dada Winda teracung jelas putingnya yang coklat kemerahan kini tampak sedikit menegang, Susy dan ke-3 kawannya menyerigai melihat Winda yang telanjang dada dan terus mengamati dada Winda dengan komentar2 jorok. Winda hampir2 tidak kuat menahan perasaan malu dan terhina, berdiri didepan temannya dengan bertelanjang dada dengan hanya mengenakan sebuah bikini mini.

Oke kita lanjutkan photo2 kita, tangan kamu Siska coba menutupi dada Winda. Ketika tangan Siska menyentuh puting payudara Winda yang terbuka, Winda hanya bisa mendesah geli2 enak bercampur malu. Siska lalu berkata wah Win, puting elu rasanya mengeras, Winda hanya bisa tertunduk malu tak berdaya. Sebelum photo ke-4 coba kalian berikan baby oil ini ke seluruh tubuh Winda. Ria, Siska dan Angel, mengusapkan baby oil ke seluruh tubuh Winda, tidak lupa mereka me-massage dada Winda.

Saat itu ada 2 pembantu wanita Susy yang kebetulan naik ke lantai atas dan ikut menonton adengan photo ini. Winda merasa sangat malu ditonton oleh banyak orang dalam posisi seperti ini. Winda juga merasa geli dan nikmat ketika tangan kawannya meremas-remas dadanya dan memainkan pentilnya. Kawan2nya berteriak wah putingnya makin mengeras, Winda sangat seksi sekali saat itu, tubuhnya mengkilat oleh baby oil, dadanya menegang dan bulu vaginanya samar2 menyembul dari balik celana dalamnya.

Oke sekarang kita melakukan session photo ke-4, dan photo ke-4 ini kita akan ambil di dekat kolam renang. Winda harus berjalan dengan bertelanjang dada dari lantai 2 rumah Susy ke lantai 1 dengan setengah dipaksa oleh kawan2nya serta ditertawakan oleh seluruh pembantu Susy. Winda mencoba menutupi payudaranya dengan ke-2 tangannya dari padangan para pembantu Susy terutama begitu samapai di kolam tampak ke 2 supir dan tukang kebun Susy yang tersenyum2 melihat pemandangan ini.

Begitu sampai dipinggir kolam renang Susy memberi instruksi ke Winda untuk mengambil sapu untuk membersihkan seluruh pinggir kolam, dan Susy akan mengambil photo selama Winda menyapu. Susy benar2 seksi sekali saat itu, dengan hanya memakai sepotong bikini kecil yang menutupi vaginanya dia harus menyapu seluruh pinggir kolam dengan belasan padangan mata tidak berkedip ke arah payudara Winda yang bergoyang2 dengan indah. Winda sudah hampir nangis tak kuat menahan malu, Winda harus menyapu sambil bertelanjang dada kurang lebih selama 10 menit, sebelum Susy berkata stop.

Susy berhasil mengambil kurang lebih 15 buah photo Winda yang bertelanjang dada. Lalu sambil duduk Susy meminta Ria dan Siska menarik Winda ke depannya, posisi celana dalam Winda pas di depan pandangan Susy sehingga gundukan hitam dibalik celana dalam Winda tampak lebih jelas, sambil duduk Susy mengelus2 bagian depan celana dalam Winda dengan depan dan belakang tangannya, sementara ke-3 teman Susy meremas2 dada Winda.

Winda beusaha melawan karena dia merasa tidak pantas Susy menggosok2 vaginanya, tapi Susy membentak Winda dan menyuruh Winda kembali menaruh ke-2 tangannya ke belakang kepala. Winda hanya bisa meram saja menahan perasaan malunya dan geli. Setelah kurang lebih 3 menit menggosok2 Susy bertanya ke Winda gimana rasanya ? Winda tidak dapat menjawab dia hanya memejamkan matanya, karena dia berusaha menahan perasaan malu dan geli2 enak akibat semua bagian tubuhnya digerayangi.

Tiba2 Susy memerintahkan Ria dan Siska untuk melepaskan celana Winda, dan memerintahkan Winda untuk tidak melawan. Winda sekarang benar2 telanjang bulat didepan kawan2nya, beruntung posisinya membelakangi para pembantu Susy. Bulu vagina Winda tampak menarik tidak terlalu lebat tapi cukup hitam dan tumbuh teratur membentuk suatu gundukan, bibir kemaluannya yang sudah mulai biasa tampak samar2. Susy sambil tertawa terus mengamati Winda yang sudah berdiri telanjang dihadapannya sambil sekali2 menyentuh ato memainkan tubuh telanjang Winda.
Susy kemudian menyuruh Winda membalik badan menghadap ke para pembantunya tapi memperbolehkan Winda untuk menutupi Vaginanya dengan tangannya. Susy berkata elu itu pantasnya untuk tukang kebun ato supir gua, jangan coba2 saingan untuk dapetin cowoq2 di kelas tahu. Tampak jakun dari tukang kebun dan supir Susy naik-turun menahan nafsu melihat pemandangan seperti ini, para pembantu Winda bersorak, wah non ini mah udah kayak behind the scenenya film blue.

Dan Winda merasa seperti mau pingsan saking malunya. Susy kemudian menyuruh Winda untuk berlari mengelilingi kolam renang dengan bertelanjang bulat. Susy kembali mengambil kamera dan mengambil gambar Winda yang sudah telanjang bulat. Winda berusaha sebisa mungkin berlari sambil menutupi vaginanya dengan tangan. Sewaktu Winda lari, ternyata adik Susy, si Joni yang kelas 3 SMP sudah pulang kerumah dengan 2 kawannya, Arif dan Joko.

Mereka langsung ikut nimbrung menonton adengan Winda berlari mengelilingi kolam tanpa sehelai benangpun, hanya tangan Winda saja yang dipakai untuk menutupi auratnya. Keringat Winda sudah bercucuran saat itu karena lelah berlari sehingga membuat payudaranya tampak berkilat. Joni dan ke-2 kawannya mendekati Susy dan membisiki Susy untuk memberi perintah agar Winda berhenti berlari dan hanya berjalan ditempat saja dihadapan mereka.

Muka Winda kembali terasa panas ketiga bertatapan mata dengan Joni dan ke-2 kawannya yang terus menyeringgai. Joni kemudian kembali membisiki Susy untuk meminta Winda melompat2 di depan mereka, Winda terpasak melompat walaupun sudah sangat letih sehabis berlari. Joni dan kawan2 cukup menikmati payudara Winda yang bergoyang2 walaupun tangan Winda tetap menutupi vaginanya. Kemudian Susy kembali memberi perintah Winda untuk mendekat ke-tempat duduknya sehingga posisi Vaginanya yang tertutp tangan kurang lebih pas di depan pandangan Susy.

Susy memerintahkan Winda untuk menaruh tangannya kembali diatas kepala. Sehingga aurat Winda terpampang jelas, Winda bisa mendengar dengan jelas decak kagum Joni dan ke-2 kawannya yang mengomentari tubuhnya yang tanpa tertutup oleh sehelai benangpun. Kata2 kotor terdengar dengan jelas, Joni berkata kepada Susy, Sus gua rasa ini budak perlu dibikin orgasme. Winda saat itu hanya bisa pasrah, muka Winda terasa panas saat itu.

Susy kemudian mulai menyentuh dan memainkan vagina Winda yang masih perawan dengan jari tangannya dengan sedikit memasuk2kan, mengorek2 dan mengosok2kan jari tangannya ke vagina Winda, Winda hanya bisa pasrah dan memeramkan matanya saja sambil merasakan berbagai macam sensasi saat itu, vaginanya terasa sakit, perih dan geli, enak sementara belasan pasang mata terus mengamati tubuh telanjang Winda yang tidak berdaya, pandangan mereka terarah ke vagina Winda.
Susy kemudian membentak buka mata elu gua mau melihat penderitaan elu dari mata elu. Winda terpaksa membuka matanya merasakan vaginannya dipermainkan. Mereka tertawa melihat mata Winda yang kadang berkedip2 dengan mulut terbuka menahan rasa geli di vaginannya.

Setelah kurang lebih 4 menit, vagina Winda sudah makin basah, Susy memerintahkan temannya untuk mengambil vibrator dan meletakannya vibrator tersebut di vagina Winda, Winda merasa sangat geli dan mulai merengah dan mengerang2, sekali2 Susy mematikan vibratornya supaya efeknya makin lama, dan Winda bisa lebih sadar bahwa semua orang memperhatikannya sehingga menambah perasaan malunya, setelah kurang lebih 30 menit akhirnya Winda pun mencapai puncak orgasmenya, cairan bening keluar membasahi vibrator. Susy dengan sinis berkata enak luch yach gua bikin orgasme.

Winda merasa sangat lemas dan malu karena ini pertama kalinya dia orgasme dengan bertelanjang bulat di depan beberapa pasang mata yang menatapnya. Susy dan kawan2 kemudian berkata kepada para pembantunya, gua naik dulu lapar mao makan, tolong anak ini dimandiin dan setelah selesai suruh naik ke atas ke ruang makan. Winda dalam keadaan telanjang bulat ditinggal begitu saja dengan para pembantunya Susy. Winda berusaha menutupi vaginanya dengan kedua tangannya, sementara para pembantu itu menarik Winda kedekat selang air untuk disemprot dan dimandiin.
Para pembantu Winda yang berjumlah 3 itu mulai menyemprot Winda dengan selang air, kumudian mulai menyabuni tubuh Winda, Winda merasa sangat geli dan aneh ketika tangan2 itu menyentuh tubuhnya untuk menyabuni rambut kepalanya, lehernya, punggungnya, ketiaknya, perutnya, payudara, betisnya, pahanya dan sela2 pahanya, tapi Winda tetap kekeh untuk menutup vaginanya dengan ke-2 tangannya. Sementara itu para supir sudah pergi melaksanakan tugas, hanya tukang kebun saja yang sembari membersihkan kebun terus mencoba melirik kearah Winda yang sedang dimandikan.

Setelah selesai, salah satu pembantu itu berkata mbak Winda sudah ditunggu non Susy, mbak disuruh naik keatas. Winda terpaksa berjalan kelantai atas dengan telanjang bulat dan basah, karena setelah mandi dia tidak dikasih handuk, Winda mencoba berjalan dengan berat hati ke lantai 2, berbagai macam perasaan marah, malu, terhina berkecamuk dalam hatinya, belum lagi rumah Susy yang memakai AC central yang distel cukup dingin.membuat Winda yang keletihan dan kedinginan itu beberapa kali menggigil kedinginan. Sesampainya Winda di kamar makan, Susy dkk ternyata baru selesai makan.

Begitu melihat Winda, Susy dkk kembali menyeringgai dan kembali memperhatikan tubuh Winda yang telanjang dan basah dengan pandangan merendahkan, Winda hanya bisa berusaha tabah menghadapi cobaan ini. Lalu Susy berkata wah makanannya sudah habis, supaya elu jangan sakit elu makan makanan sisa dari piring gua aja dech, hayo kawan2 kumpulkan makanan sisa kalian jadi satu biar Winda yang menghabiskannya. Mereka lalu memberikan satu piring makanan sisa ke Winda dan meminta Winda untuk makan dilantai, Susy dan kawan2 nya kembali memperhatikan tubuh telanjang Winda yang sedang makan dengan terpaksa.

Tiba2 bruno dan Blacky anjing herder Susy muncul, melihat ada orang asing di rumahnya Bruno langsung menyalak dan mengancam Winda, ternyata bruno dan Blacky tidak menggigit mereka hanya menjilat2 tubuh Winda untuk berkenalan, anjing2 itu menjilati tubuh Winda, payudara Winda dan juga vagina Winda, teman2 Winda tertawa melihat Winda yang sedang telanjang bulat sangat ketakutan dan jatuh bangun diterjang anjing2 itu, Susy berkali2 mengambil foto Winda ketika ke-2 anjing itu menjilat2 vagina Winda.

Kemudian Susy dan kawan2 berunding keras2, habis ini kita bikin acara apa yach ? photo2 sudah, acara lari bugil sudah, apa lagi yach yang bisa bikin Winda tambah malu ? Kita botakin saja rambutnya ato cukur bulu kemaluanya kata Siska menimpali. Ato kita undang teman2 sekelas kerumah elu Sus, kata Ria memberikan usul, jangan2 kata Angel gua punya ide lebih baik, gimana kalo ke-2 adik Winda saja si Rudy dan Dewi yang kita undang, dan kita paksa mereka melihat tubuh telanjang kakaknya yang tercinta, supaya mereka juga memandang rendah Winda.

Winda hanya bisa pasrah sambil menggigil membayangi apa yang akan terjadi kedirinya berikutnya. Tapi ternyata kemudian tiba2 ibu Susy yang baru pulang arisan muncul dengan 2 orang temannya, yang terpesona melihat seorang ceweq cantik dalam keadaan tanpa busana, sedang dikerjain oleh anaknya. Ibu Susy kemudian menegur Susy agar jangan mempermainkan Winda. Kemudian dengan berlagak baik dia merangkul Winda sambil tidak lupa menjamah payundara Winda, kemudian mereka menduduki Winda di sofa yang tetap dalam keadaan telanjang.

Ibu Susy dan kawan2 mengajukan pertanyaan ke Winda, sementara mata mereka dengan rakus dan senyum menyeringgai tetap memandang tubuh terlanjang Winda, terutama vaginanya yang ditumbuhi oleh rambut halus yang rapih sehingga bibir kemaluannya tampak samar2, sehingga vagina Winda tampak sangat seksi. Setelah beberapa saat, ke-2 ibu ini yang ternyata ada bakat lesbiah mulai aggresive mengerayangi tubuh Winda.

Mula2 mereka berlagak akrab dengan menaruh tangan mereka di paha Winda, kemudian memegang perut Winda, setelah itu tangan mereka merayap naik ke atas menjamah payudara Winda. Winda terkejut, karena dia mengira ibu Susy dan temannya bermaksud akan menolongnya, dia tidak menyangka bahwa mereka mulai memainkan tubuhnya juga.

Untuk mengalihkan perhatian Winda, Ibu Susy kemudian kembali menanyakan beberapa pertanyaan, seperti apakah Winda pernah berhubungan sex, atau pernah telanjang sebelumnya dan beberapa pertanyaan lain, Winda menjawab tidak tapi ibu Susy mendikte dia untuk menjawab iya. Sementara Winda berusaha berkonsentrasi menjawab pertanyaan ibu Susy, ke-2 ibu tadi dengan leluasa memainkan payudara dan vagina Winda, Mereka menghisap payudara Winda kemudian mengorek2 vagina Winda, ato sesekali mencabut bulu kemaluannya yang mebuat Winda kesakitan.

Setelah kurang lebih lima menit tangan ibu tadi menempel dan mengorek2 kemaluannya Winda mulai merasakan suatu sensasi, perasaan geli dan nikmat di vaginanya sehingga kelentit vaginanya dan puting susunya kembali menegang, sehingga dia tidak mampu lagi menjawab pertanyaan2 ibu Susy, sementara ke-2 wanita itu mengetahui bahwa Winda sudah sangat terangsang, tambah cepat mengocok vagina Winda, para ibu tadi mengorek2 vagina Winda dan menjilati payudaranya, Winda hanya bisa terengah2 dengan disaksikan beberapa pasang mata, tidak lama kemudian cairan lengket kembali menyemprot dari vagina Winda, Winda mencapai orgasme ke-2 dengan diperhatikan oleh beberapa pasang mata. Setelah itu Susy memperbolehkan Winda untk pulang sambil berkata bahwa setelah hari ini Winda akan jadi terkenal, berkat foto2nya

ABG YANG LESBIAN


M8WIN - Namaku Lisa dan sudah setahun lebih aku tinggal di New York, Amerika setelah aku tinggalkan kelas 1 SMA ku di Bandung. Hidup di sini bersama abang memang cukup enak, paling tidak di sekitar apartemen kami lokasinya aman dan bersahabat, dan tidak perlu berkhawatir jika kebetulan aku jalan sendirian di malam hari. Sekolahku adalah SMA publik, dan murid-muridnya keren-keren, datang dari berbagai ras.

Hari-hariku biasanya diisi dengan sekolah, pergi ke tempat-tempat nongkrong anak SMA, biasanya toko Fast Food, kerja sambilan sebagai pelayan di restoran Oriental dekat rumahku (yang kadang-kadang juga tempat nongkrong anak-anak seusiaku), kerja sukarela sebagai pengawas perpustakaan, serta kegiatan ekstrakurikulerku sebagai anggota klub Sepakbola wanita dan kelompok Drama. Ada beberapa anak dari Indonesia juga, di SMA ku, hanya aku jarang bertemu dengan mereka di sekolah.
Baru-baru ini kelompok drama sekolahku mengadakan kunjungan wisata ke ibukota di Washington DC. Seorang gadis baru bernama Felicia baru saja mengikuti kegiatan ini. Aku sebenarnya sudah beberapa kali melihat Felicia di sekitar sekolah dan sudah lama merasa cukup iri dengan kakinya yang panjang serta matanya yang tajam dan seolah selalu penuh gairah. Felicia adalah seorang Latina, sebab kedua orangtuanya berasal dari Puerto Rico.

Saat pertama kali kulihat Felicia di sekolah, aku jadi teringat dengan acara-acara TV minggu siang yang sering disaksikan oleh pembantu dan supir di tempat kostku dulu di Bandung seperti Maria Mercedes dan sebangsanya. Nah, saat perjalanan wisata ke Washington di atas bis dan kebetulan duduk sebangku, kami berdua segera menjalin persahabatan baru. Bercakap-cakap dengan Felicia benar-benar menarik sebab dia benar-benar supel dan pintar berbicara. Di tengah diskusi mengenai simpatinya terhadap kondisi Indonesia, kusempatkan diriku untuk mengamati rupa teman baruku.
Sepertiku, Felicia berbadan semampai. Rambut lurus dan alisnya berwarna coklat muda, rambutnya sedikit lebih panjang dan kulit Felicia jauh lebih pucat dari kulitku yang kuning. Bibirnya yang berbentuk mungil berwarna merah muda dengan hanya polesan sedikit lipstik saja dan bergerak-gerak secara menawan saat Felicia berbicara dengan logat latinnya yang enak didengar.

Seperti murid-murid keturunan Spanyol lainnya di sekolahku, gaya berpakaian Felicia benar-benar santai, seperti celana pendek, dan kaos oblong tangan panjang, namun potongan depannya pendek yang berakhir di atas bagian pusar, sehingga dadanya yang membusung membuatnya tampil benar-benar feminin dan eksotik. Kaus kaki Miki Tikus warna putih menutupi sebagian betis Felicia, sepatunya model santai seperti Converse, dan Felicia mengenakan seuntai kalung perak sebagai aksesoris sementara telinganya ditindik tiga dengan giwang-giwang kecil diatur artistik.

Namun yang bikin aku benar-benar seperti terhipnotis adalah tatapan mata biru jernih Felicia yang menyorot tajam, mengundang, dan benar-benar hidup. Jika ada yang mengamati, mungkin kami berdua akan tampak cukup menarik sebab aku sendiri menjaga penampilanku cukup konservatif walaupun di Indonesia mungkin lumrah saja melihat gadis remaja delapan belas tahun mengenakan turtle neck, rompi dan rok selutut dan rambut kuncir kuda. Tak lama setelah kami mulai berbicara, hilanglah sudah minatku terhadap kunjungan wisata ini.

Sementara waktu berlalu, kami mulai saling menyentuh tangan atau kaki satu dengan lainnya saat ingin menekankan apa yang kami bicarakan. Sentuhan-sentuhan yang mulanya tanpa niat apapun ini lama-lama mulai menelantarkan diri, sampai akhirnya, kami mulai berbicara mengenai seks. Kami saling bertukar pengalaman, dan aku benar-benar terpesona oleh perbedaan kebudayaan dan latar belakang kami berdua. Kata Felicia, dalam masyarakan Hispanik (ras keturunan campuran Spanyol dengan penduduk asli Amerika) sudahlah menjadi standar bagi remaja mereka untuk kehilangan keperawanan atau keperjakaan pada umur sekitar 15 tahun.

Setahun di Amerika, banyak pandangan mengenai seks dan hubungan romantis yang dulu kupunyai di Indonesia berubah menjadi sedikit lebih santai. Walaupun aku masih belum sampai sejauh bersanggama, pacarku di sini kadang-kadang menelusuri bagian-bagian tubuhku yang tadinya kuputuskan ‘off-limit’ bagi pacar. Biar bagaimanapun, toh aku masih orang Timur. Di kota seperti New York, walaupun kebudayaan Barat lebih toleran terhadap hubungan kelamin pranikah, toh umumnya remaja hanya berhubungan dengan satu pasangan saja sekitar paling tidak enam bulan, mungkin karena kewaspadaan terhadap penyakit.

Mendengar penjelasanku mengenai norma masyarakat di Indonesia, Felicia mengangguk-angguk, dan menyatakan bahwa pandangan seperti itu ada baiknya juga. Diapun kemudian mulai bercerita mengenai pengalaman-pengalaman masa lalunya, sentuhan-sentuhan nyasar kami makin sering. Kami mulai saling menggoda secara fisik, dan sebelum bis kami bergulir memasuki batas kota Washington DC setelah hampir seharian perjalanan, hanya ada satu hal dalam benakku: untuk berhubungan intim dengan Felicia.

Saat memasukI, kami mengatur untuk membagi ruangan yang sama. Senja itu, kami berkeliling dan melihat tempat-tempat bersejarah terkenal. Selesai mandi dan makan malam, bersama sekelompok dari murid-murid aku dan Felicia pergi menyaksikan sebuah filem berjudul “Scream”. Ketika di layar ditunjukkan sebuah bagian filem yang menakutkan, kami berdua saling berpegangan tangan dan Felicia memelukku erat. Selesai bagian tersebut, Felicia meletakkan tanganku ke pahanya yang tak tertutup.

Kami berdua kebetulan memakai rok pendek, dan beberapa menit kemudan Felicia mencoba merubah sikap duduk dan merenggangkan kakinya, serta membimbing tanganku di antara kedua kakinya. Lalu ia bergerak dan secara perlahan mengusapkan tangannya ke bagian dalam pahaku. Kulepaskan pekikan kecil ketika Felicia menemukan apa yang diinginkannya.

Sementara kami berpura-pura menonton filem, kumain-mainkan rabaanku di celana dalam bagian depan milik Felicia sampai kubuat dia basah sementara ujung jarinya bergeser naik dan turun di bagian yang sama dari celana dalam milikku, mendorong kain yang tipis itu ke dalamku. Tidak mengambil waktu lama sebelum kami berdua mulai saling menjari satu sama lain. Kami mulai bernapas kencang dan berat, dan tak bisa disangkal lagi, di udara mulailah muncul bau kewanitaan basah yang cukup jelas tercium.

Salah seorang gadis sesekolahku duduk di deretan belakang kami. Ia menggeser diri diantara bahu kami dan berbisik, “Kalian berdua merpati cinta sebaiknya mulai berhenti sebelum semua orang mulai menonton kamu dan bukan filem ini!” Gadis itu betul, kami benar-benar mulai terbawa situasi. Secara ogah-ogahan kamipun berhenti. Pada menit yang sama Felicia menarik jarinya keluar dariku, kusadari bahwa aku benar-benar menginginkannya kembali di dalamku. Setelah mengatur napas, Felicia mendekatiku dan berbisik, “Nanti.”

“Aku tak sabar menunggu,” bisikku balik sedangkan hidungku menghirup aroma intim Felicia yang membalut jariku.
Kujilat bersih jariku dan kugenggam tangan Felicia sampai pertunjukan berakhir. Pada saat itu aku sudah benar-benar menjadi terangsang, sisa filem yang kami tonton itu tidak ada yang kuingat barang sedikit pun. Kembali ke hotel, kami praktis berlari ke kamar kami, benar-benar tak sabar untuk melanjutkan perbuatan yang terpaksa kami tinggalkan. Bergegas-gegas aku berganti mengenakan kimono katun tidurku yang berwarna gelap dengan corak tradisional Flores sementara Felicia menanggalkan kaos oblong dan rok pendeknya.

Baru kusadari bahwa selama ini Felicia tidak mengenakan bra. Sementara aku bengong menatapi dada Felicia yang betul-betul mulus dan berbentuk sempurna, Felicia memuji keindahan corak kimono katunku dan memintaku untuk membawa oleh-oleh seperti itu jika aku kembali dari Indonesia. Kutunjukkan sebuah cincin yang kubeli dari toko suvenir Indonesia di dekat kedutaan sore hari itu pada Felicia. Direbutnya cincin itu dan dia berkata,

“Hahah … dapat!”
“Hey, kembalikan!” Kukejar Felicia mengitari ruangan sampai akhirnya kutangkap dia di pojokan.
Tiba-tiba dibalikkan badannya dan di mukanya muncul raut nakal sementara tangannya bertolak pinggang. “Mana cincinnya?” tanyaku. “Entah. Coba saja periksa sendiri,” kata Felicia sambil menunjukkan kedua telapak tangannya yang kosong sambil tertawa-tawa kecil.

Karena Felicia saat itu bertelanjang kecuali untuk celana dalam model bikininya, hanya ada satu tempat untuk mencari. “Kamu ini benar-benar nakal,” seruku sambil menatap matanya yang bersinar-sinar bandel, benar-benar menikmati permainan kecil kami. Pandanganku menyapu wajahnya yang karena berkeringat dan merona merah terlihat benar-benar spektakuler, dengan ujung hidungnya yang runcing dan lesung pipitnya yang molek. Lalu kuturunkan pandangan melewati lehernya yang jenjang, dan dadanya yang naik turun.

Sedikit gerah setelah berlarian dalam kamar hotel yang bertemperatur sejuk itu membuat puting Felicia yang berwarna merah muda segar menegak penuh. Kutatap kembali wajahnya sementara kutautkan jariku ke bagian atas celana dalamnya, menarik tali elastis di situ sampai nampak rambut-rambut lembut lurus kecoklatan berjarang-jarang di bawah pusar Felicia. “Di bawah situ, mungkin?” tanyaku.

“Silakan mancing ikan.” Felicia melangkah mendekati, cukup dekat untuk membuat dada kami bergesekan. Perlahan kugerakkan tanganku lebih jauh ke bagian bawah dari perut Felicia yang betul-betul rata dengan sedikit lengkungan feminin dan menyelipkannya ke balik celana dalam Felicia. Ujung-ujung jariku menyentuh rambut-rambut lembutnya dan gelitikan lembutku membuat postur berdirinya lemas, menengadah dan mendesah. “Apakah ini cukup hangat?” tanyaku.

“Betul-betul.” Dipejamkannya kedua mata dan kepalanya semakin menengadah saat jari-jariku bergeser lebih jauh ke bawah sampai seluruh permukaan kelamin Felicia terlindung oleh telapak tanganku. Ia masih cukup lembab hasil dari perbuatan kami di sinema. Cincinku yang hilang tentu saja tersembunyi di celana dalamnya, namun aku tetap berpura-pura mencari-cari benda tersebut.
“Di mana, sih cincin ini?” Kunikmati reaksinya terhadap sentuhanku, kudorong selangkangannya ke dalam telapak tanganku.

“Sepertinya perlu diselidiki lebih dalam, nih …” godaku.
“Lebih dalam lebih baik,” Felicia menyahut sambil mengerang.
Kubiarkan jemariku menerobos lipatan-lipatan lembutnya dan segera kurasakan sumber kebasahannya.

“Mungkin bersembunyi di sini,” lanjut godaanku.
Kedua dada kami saling menekan dan mulut kami hanya terpisah jarak seinci. Benar-benar kuingin menciumnya, dan kurasakan badanku bergetar, tak pernah dalam hidupku aku sedekat ini dengan seorang gadis lain. Tapi kuputuskan untuk memperlambat permainan kecil ini, jadi kutarik keluar cincin itu dan kutunjukkan kepadanya. “Ketemu.”

“Itu sih terlalu mudah,” kata Felicia. “Perlu cari tempat persembunyian yang lebih bagus, nih.”
“Contohnya dimana?” kataku sambil menyengir lebar.
“Kira-kira berapa panjang lidahmu?” tanyanya.
Kuleletkan lidahku. “Kira-kira sejauh itu dalam memek saya,” katanya dan kami kedua tertawa keras.
“Felicia, kamu ini benar-benar mesum. Kamu bakal menjadikan kita berdua sepasang lesbian lipstik!”

Secara lembut diremasnya bagian dada kimonoku, dan dibisikkannya, “Oh, kau pikir itu benar-benar hal yang jelek? Akui saja, Lisa, kau sebetulnya benar-benar ingin mencoba, kan?” Bisa kurasakan kehangatan nafasnya menghembus wajahku saat kami berdua saling bertukar pandang.
“Well ….” ujarku malu-malu, bermain ‘susah dijerat’.
“Sepertinya sih udah pernah kupikir hubungan lesbian mungkin satu …. atau dua kali.”
“Biar bagaimanapun,” kata Felicia,

“Semua orang tahu bahwa adalah wajar bagi cewek-cewek untuk bereksperimen satu sama lain.
Di samping itu, hampir semua cewek yang saya kenal melakukannya setiap waktu. Tahu tidak?” ujarnya sambil mempelajari rautku. “Apa?” kataku.
“Kau benar-benar cantik. Unik. Kau punya mata yang hitam benar-benar menarik. Apalagi kau datang dari tradisi yang cukup kekolotan. Bikin kau lebih mengundang. Mmmmm … apakah rata-rata cewek Indonesia tetenya langsing seperti ini?”

“Uh, iya,” kataku, tak sadar kulonggarkan tali pinggang kimonoku, mengakibatkan terbukanya bagian dadaku. Perlahan
Felicia memijit kedua puting payudaraku, dan kurasakan memanasnya bagian di antara kedua pahaku.

“Toh lagipula kita berdua perempuan, jadi nggak mungkin hamil. Sama seperti kegiatan menggesek memek sendiri…” lanjut Felicia. Felicia memperkeras pijitannya, dan napasku mengencang, kuhirup udara dengan tersendat-sendat, sementara untuk berdiri tegak aku mulai tak mampu.
“Oh, kalau masturbasi, sih, aku benar-benar suka,” kataku.

“Bagus, sebab dengan cewek lain, masturbasi jadi jauuuuh lebih menarik dibanding sendirian.”
Disambarnya ikat pinggang kimonoku yang sudah memang longgar, menjadikan seluruh tubuhku terekspos. Dengan penuh gairah dirangkulnya pinggangku sementara kakiku menggeser, menyentuh langsung selangkangan Felicia yang lembab.

Tangan Felicia mulai melingkar, menjelajahi bagian belakangku. Diiringi senyum nakalnya, Felicia menarik bagian belakang celana dalamku, membuat bagian selangkangan celana dalamku menjadi tertarik lebih ke dalam. Tekanan yang dirasakan oleh klitorisku yang mulai membengkak hampir membuatku orgasme di tempat sementara kurasakan kedua badan kami seolah meleleh, bercampur satu sama lain. Tak lama kemudian Felicia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, dan kulumat dengan erat lidah kekasihku yang baru ini. “Masih ingin main sembunyi cincin?” tanya Felicia menggoda.

“Fuck the ring,” (Persetan dengan cincin itu!) semburku sementara tanganku kembali menyelinap ke dalam celana dalamnya. “I’d rather you fuck me instead,” sahut Felicia, suaranya menyerak seksi, nafasnya panas di telingaku.
“Lalu tunggu apa lagi?” kataku sembari meraih tangannya. Kami pindah ke sebelah ranjang dan menanggalkan apa yang tersisa di badan kami (kecuali celana dalamku).

Felicia benar benar terangsang, cairan-cairan kelembaban mulai menetes dan bergulir di pahanya. Seluruh tubuhku mulai bergetar penuh antisipasi, terlebih saat kubayangkan betapa lezatnya jika kuletakkan kepalaku di antara kedua pahanya. Felicia naik ke atas ranjang dan menyandarkan diri ke dinding. Lalu dengan kedua jarinya dipisahkannya kedua bibir vaginanya, dan dengan penuh nafsu kusaksikan jarinya yang lain menerobos masuk. Setelah mengaduk-ngaduk beberapa saat jari lentiknya benar-benar basah, dan Felicia mengeluarkan jarinya, mengacungkannya di depan mukaku, membuat isyarat ‘mendekatlah’.

“Ayo, kita bersenang-senang malam ini,” undang Felicia seraya mengangkat kaki kirinya ke dekat wajahku dan memain-mainkan jemari kakinya yang mungil.. Ketika kutanggalkan celana dalamku, kusadari bahwa bagian selangkangan celana dalamku ternyata sudah kuyup. Tadinya hendak kulempar begitu saja celana dalamku itu, namun Felicia berseru, “Tunggu, Lisa, ke sinikan kau punya celana dalam itu!” Kulemparkan celana dalamku, dan segera setelah menyambutnya Felicia mendekatkan celana dalam itu ke hidung mancungnya sembari menghirup dalam-dalam aroma sekresi kewanitaanku. “Ooooh, bau kamu betul-betul sedap!”
“Memangnya sudah kebiasaanmu, yah, menciumi celana dalam milik cewek lain?”, tanyaku seraya tersenyum lebar.

“Oh, cuma mereka-mereka yang bakal saya entot,” katanya sambil mengedipkan sebelah mata.
Felicia mengusap-usapkan bagian selangkangan celana dalamku yang basah kuyup ke hidung dan mulutnya sementara matanya mengawasiku, yang mulai mengecupi jari-jari kakinya. Kususupkan lidahku di antara setiap jari, kukulum, dan Felicia mulai tertawa-tawa geli campur nafsu. Lalu mulailah kutelusuri kakinya yang panjang dengan bibirku, dan berhenti ketika aku sampai di bagian dalam pahanya.

Kujilat, kukecup, dan kugigit lembut kulitnya yang putih mulus. Oh, Tuhan, Felicia betul lembut! Kuciumkan kecupan-kecupan kecil mengitari kelaminnya, dan dengan susah payah kutekan keinginanku untuk langsung menyelami kelamin Felicia dengan mulutku. Dalam pikiranku, sejak Felicia adalah perempuan pertama dalam hidupku yang kujilat kemaluannya, maka ada baiknya kupastikan bahwa kami berdua benar-benar terangsang dulu sebelum kukubur mukaku di selangkangannya. Aku bergerak mendekati mulutnya. “Aku benar-benar butuh kamu,” kataku. Felicia melingkarkan tangannya dan kamipun French kissed.

Lalu Felicia perlahan mengangkatku, memposisikan kedua susuku di depan wajahnya. Dikulumnya salah satu puting susuku di antara kedua bibirnya dan mulutnya yang hangat menyedoti putingku, mengirimkan gelombang-gelombang kenikmatan ke seluruh tubuhku.
“Saya punya ide,” katanya sambil terus menjilati.

“Bagaimana kalau kita bolos saja dan tidak usah ikut tur besok? Kita bisa mengunci diri di kamar ini dan berasyik-asyikan seharian penuh.” Untuk membujukku, Felicia menyelipkan tangannya di antara pahaku dan mulai mengusap-usap celahku. Kusongsongkan pinggulku menyambut dua jari Felicia ke dalamku.

Ia melanjutkan menghisap payudaraku sekaligus jarinya menjalari vulvaku, sedangkan aku hanya mendesah-desah mendorong-dorongkan kemaluanku menyongsong tangannya. Kupejamkan mata dan kurasakan cairan kental kewanitaanku menyemprot keluar saat ujung-ujung jari Felicia menjepit klitorisku. Orgasme yang kurasakan betul-betul intens, sumpah mati saat itu aku menyaksikan bintang-bintang.
“Kalau kita tinggal di ranjang sepanjang hari,” ujarku setelah pada akhirnya berhasil mengatur napas kembali,

“Kapan kita makan?”
“Kalau kamu lapar,” jawab Felicia, “Kamu bisa lahap memek saya saja.”
“Ah, kamu ini memang benar-benar nakal!” seruku dan kami berduapun tertawa-tawa.
Kemudian akupun kembali menciumi tubuhnya, menelusur kembali ke bagian bawah. Harum keringatnya membalut badannya, dan aku benar-benar menikmati rasa keasin-asinan leher dan celah dadanya. Puting payudaranya yang merah segar berbeda dengan milikku yang berwarna coklat, dan saat kusedot kedua pentilnya, warna mereka berubah menjadi gelap dan mengeras. Puting dada Felicia terlihat persis dengan karet penghapus merah di ujung sebuah pensil, dan tampak kecil dibanding ukuran dadanya yang paling tidak 36 C. Pentilku sendiri kira-kira sebesar uang 25 logam, dan menurutku pas untuk ukuran 32B-ku. Kurasakan kedua ujung dadaku mulai menegak karena bersentuhan dengan perut lembut temanku ini. Felicia merangkapkan kakinya mengitari pinggangku, dan menyodor-nyodorkan selangkangannya, klitorisnya berusaha mendapatkan sebanyak mungkin gesekan.

“Oh, Tuhan. Lisa, kamu betul-betul membuat saya senewen,” kata Felicia terengah-engah. Felicia mencoba menurunkan tangannya untuk mengelus-elus kelentitnya sendiri, tapi segera kucegah.
“Sabar,” kataku,
“Yang satu itu akan kutangani sebentar lagi.”
“Saya benar-benar perlu kau ewe sekarang,” mohonnya.
“Jangan terlalu terburu-buru,” balasku seraya menyembulkan lidahku ke dalam pusar Felicia, dan meninggalkan kecupan kecupan basah menuruni perutnya.

Felicia mengangkat pantatnya mencoba membimbing mulutku ke arah gerbang keperempuanannya.
“Kunyah saya, … please!” jeritnya tak sabar. Kurebahkan diri di antara kedua paha Felicia, kugunakan tanganku untuk membuka lebar labianya. Kugunakan hidungku untuk membelah lipatan kelaminnya dan menghirup dalam-dalam. Keharuman kelamin Felicia menyengat inderaku. Aromanya jauh lebih terasa dibandingkan dengan bau cairanku sendiri. Bibir dalam dari kemaluan Felicia yang berwarna merah muda menyelinap keluar, dan sekresi kewanitaannya menjadikan bibir tersebut benar-benar kontras dengan bibir luar kemaluannya yang berwarna merah gelap. Lalu perlahan kutarik kulit pelindung kelentitnya, menjadikan klitorisnya yang bengkak mencuat keluar, dan kucolek dengan menggunakan jari telunjuk.

“Kau ini benar-benar centil tukang goda. Saya benci, deh,” rintih Felicia.
“Pembohong,” sahutku. Kelentitnya betul-betul keras dan tegang, dan berdetak kencang saat kusentuh. Kutiup tonjolan ini, dan pinggul Felicia terangkat, menyambut mulutku. Ia benar-benar basah, dan kuusapkan seluruh wajahku di sekujur kelaminnya. Pipi, hidung dan mulutku berlumuran cairan hangatnya.
“Lisa, please,” minta Felicia, jemari tangannya menelusuri rambut kepalaku,
“Memek saya butuh sekali ….” Akhirnya, kuputuskan untuk memenuhi. Menarik napas panjang, kupejamkan kedua mataku.

Lidahku menelusur sepanjang garis celah kelamin Felicia. Bibir-bibir lembut Felicia membuka dan kukecap tempat paling rahasia di dunia, surga kecil di belahan paha seorang gadis. Kucicipi sari vagina Felicia, dan rasanya ternyata lebih manis lagi daripada aromanya. Kurenggangkan pahanya lebar-lebar dan kucelupkan lidahku ke dalam lubang kecil merah muda yang hangat dan lembab milik temanku.

Dinding-dinding manis kemaluannya bergerak-gerak membuka dan menutup, menjerat lidahku erat-erat. Aku menyedot dan menjilat bagaikan hidup matiku bergantung kepada memberikan Felicia orgasme terhebat yang pernah dia alami. Mengunyah kelamin Felicia adalah mungkin hal paling erotis yang pernah kualami. Aromanya memenuhiku dengan gairah saat kujilat, kusedot, dan kutelan air keluarannya. Aku benar-benar tersapu oleh kenikmatan terlarang dari berhubungan intim dengan seorang gadis dan saat itu kuputuskan bahwa seks dengan lelaki jatuh ke nomor tiga dalam urutan orgasmeku, setelah memakan vagina dan masturbasi.

Felicia sudah hampir sampai di puncak ketika kuperintahkan, “Berbaliklah, aku ingin jilat pantatmu.” Felicia segera menurut dan tak lama kemudan aku menyaksikan kelaminnya yang indah dari belakang, seluruh bagian kemaluannya merebak, dan sari-sarinya menetes berjatuhan. Seperti seekor anjing, kuendus-endus Felicia dari belakang. Kukecup gundukan-gundukan padat milik temanku, lalu kulebarkan keduanya, dan kujilat pertengahannya dari atas ke bawah. Campuran dari keringatnya yang keasinan, sirup vaginanya yang manis, dan rasa keasaman dari anusnya adalah rangsangan yang tak ada duanya. Kuselipkan kembali lidahku kedalam kemaluannya, dan kumasukkan ujung hidungku ke celah pantatnya yang terlihat berkerut.

Menjilat habis Felicia memberikanku dorongan yang kuat, namun juga terasa sungguh lembut dan manis, sungguh feminin. Susah kubayangkan sesuatu yang lebih indah dari dua wanita saling bercinta. Saat itu kutemukan rahasia cinta-wanita dan akupun ketagihan, rasanya ingin merangkak ke dalam celah milik kawanku ini dan tinggal disitu selamanya.

Sementara kulumat dengan ganasnya, kumasukkan jari tengahku kedalam vaginaku sendiri. Lalu dengan mulut penuh menampung air liurku dan cairan sekresinya kubasahi anus Felicia. Perlahan jari tengahku yang basah terbalut pelumasku sendiri kudorong melalui kerutan lubang pantatnya yang mungil. Felicia terasa benar-benar hangat dan lembut di dalam dan aku bisa merasakan otot-ototnya berkontraksi untuk menahan jariku di situ. Kudengar partnerku mengerang-erang dalam bahasa Spanyol yang walaupun tak kumengerti namun ekspresi universal seorang gadis diambang orgasme bisa kupahami.

Felicia menutupi mukanya dengan sebuah bantal dan tak bisa berhenti merintihkan jeritan-jeritan kenikmatan.
“Aaaaaah, Dios Mio!” serunya ketika jari-jariku yang lain bergulir di klitorisnya. Dielus, dijepit, dan diperah seperti itu membuat kelentit Felicia menjadi betul betul sensitif. Mengetahui bahwa kami berdua benar-benar dekat dengan puncak, Felicia dengan cepat melempar bantal yang menutupi mukanya, dan mengerang,

“… seb… sebentar.” Kuhentikan gerakanku dan didorongnya tubuhku, menjadikanku terlentang di ranjang dengan kedua kakiku terkangkang lebar. Dengan gerakan cepat tangan kiri Felicia meraih pergelangan kaki kiriku dan mengangkat, meletakkan kakiku di pundaknya sementara dengan tangan kanannya mendorong lutut kananku, melebarkan labiaku.

Memposisikan bagian bawah dari tubuh langsingnya di antara kedua pahaku, Felicia berkata, “Itilku dan itilmu.” Dengan dua jari kutarik ke atas kulit depan klitorisku sementara Felicia melakukan hal yang sama dengan klitorisnya sendiri, lalu Feliciapun bergeser sehingga kedua kemaluan kami bertemu. Perasaanku saat itu tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Melalui kerimbunan hitam rambut kelaminku kulihat coklat lembut rambut kelamin Felicia sementara dadanya yang putih mulus dan memerah karena gairah terlihat kontras bergesekan dengan betisku yang kuning langsat.
Kedua vagina kami, dengan labia yang basah saling menghempas, saling menjalin, dan saling melelehi menjadi satu.

Felicia bergerak memutar-mutar selangkangannya dan kedua kelentit kami yang mencuatpun saling bergesekan.
“Aaaah, ahhh, y.. ess .. yess…” Kupejamkan mata dan perlahan kuremas-remas dadaku dengan tanganku yang bebas. “Ooooh, ngh … aaakh….” Kurasakan cengkeraman tangan Felicia meninggalkan pergelangan kakiku saat ia menengadah dan tubuhnya mulai terkejang-kejang. Kurasakan bagian bawah tubuhku bergerak-gerak seperti kehilangan kontrol, maju mundur naik turun bagaikan piston.

“Oooooooh …. ye .. eee … eeeesssssh …!” seru kami bersamaan saat kedua kelentit kami saling bergesekan dengan kencangnya. Tubuhku bergelinjang hebat, Felicia mengejang dan terasa waktupun menghilang saat secara bersamaan vagina kami menyemburkan cairan kental orgasme.

Sekali, dua kali, dan tiga kali gelombang orgasme menghempas Felicia, dan bahkan saat terbaring lunglai di sisikupun tubuh seksinya masih bergemetar. Kulingkarkan lenganku di bahunya, dan kurangkul kekasih baruku erat-erat. Kukecup pipinya lembut. Felicia membuka matanya, menyambar bibirku dan melumat mulutku. “Idih, kau berasa seperti memek,” katanya. “Ayo kita melarikan diri saja, dan bercinta selamanya,” kusuarakan angan-angan di benakku. “Kedengarannya enak,” balas Felicia. Kami kembali berciuman dan kurasakan tangan Felicia kembali meraba-raba rimbunan hitamku yang sekarang benar-benar basah kuyup tersiram sekresi kami berdua.
Kubiarkan diriku pasif terbaring di pelukan Felicia cukup lama sementara dia bermain dengan bagian bawahku; belaian-belaiannya lembut seolah ia menghapal seluruh tonjolan dan lipatan-lipatan vaginaku. Lalu Felicia menelentangkan diri.

“Ayo kita ngentot lagi,” katanya sembari menggoyang-goyangkan tubuh mengatur posisi.
“Ayo duduk di muka saya,” perintahnya. Akupun berlutut, menunggangi kepalanya, dan mulai menurunkan kemaluanku ke wajah cantik Felicia.
Felicia memiliki lidah yang betul-betul panjang dan akupun mulah mendesah dan mengerang ketika ia melesakkan lidahnya ke dalamku senti demi senti. Urat-urat dalam vaginaku otomatis mencengkram erat lidah Felicia sementara pinggulku bergerak melingkar dengan perlahan, benar-benar larut dalam ulasan lidah Felicia. Mulutku terasa kering dan akupun merasa betul-betul perlu melahap vaginanya lagi.

Kuputar posisiku, kurendahkan kepalaku dan kami bercinta dalam posisi enam sembilan. Kembali kulimpahkan segala perhatianku ke kelamin partnerku, menyibakkan labianya yang hangat, dan ketika kukecap pelumas Felicia yang mulai mengucur kembali, kurasakan jarinya yang giliran menjelajahi pantatku. Napasku kembali terengah-engah sementara lidah Felicia membelai-belai jauh ke dalam rahimku dan jarinya menjelajahi bagian belakangku.

“Uuuuuuuuh ….. uuungh … unghhh …” seruku tertahan-tahan sebab mulut dan hidungku terselimut keperempuanan Felicia sementara diapun mengeluarkan suara-suara yang serupa.
“Ah! Aah! Aaaah! Lagi …” Otot-otot vaginaku menggeletar saat Felicia menggigit lembut klitorisku.
“Auh!” “Yaaa..h!” Kurasakan geliginya mengitari kacangku.

“Oooooh… yeessh .. sssh…” Kulingkari kelentitnya dengan bibirku dan kusedot keras-keras.
“Yes… yes… yeee … eee .. sh!” “YEEEESSSSH ….MMMMMH… MFFFFFH ….” Ujung lidah kami berdua mengulas-ulas kedua kelentit dengan gerakan sangat cepat, kurasakan seluruh urat kedua vagina kami mengencang dan mengendur di luar kontrol dan kami pun kembali tenggelam, orgasme membanjir keluar.

Setelah kembali mengatur napas, kulepaskan diriku dan kuhempaskan diriku di samping Felicia supaya kami bisa saling bertatapan wajah. Dengan lengan dan kaki kami saling merangkum, kami bersentuhan berciuman lembut, betul-betul kehabisan tenaga dan kecapaian.
“Mudah-mudahan besok saya bangun sebelum kau bangun,” katanya setengah bermimpi.
“Memangnya ada apa?” seraya menyibakkan rambutnya ke samping, mengecupi pipi, hidung, dan kelopak matanya yang terpejam.
“Sebab, hal pertama yang saya ingin kamu lihat besok pagi adalah wajah saya tersenyum di antara kedua pahamu,” jelasnya.

“Oh, Tuhan, rasanya sekarang ini saya sudah jatuh cinta,” kataku lembut.
“Sini, saya jaga biar tetap hangat,” katanya sambil merangkum kemaluanku ke dalam telapak tangannya yang memang hangat.
Kukecup kembali bibirnya, dan sementara kami berdua berpelukan erat, kunikmati kehangatan lembab semak-semaknya yang bersandar ke pahaku. Setelah selama beberapa lama hanya desiran mesin pendingin udara yang terdengar, melalui dinding terdengar suara-suara dua orang gadis dari kamar sebelah. Tak mungkin tidak, mereka sedang bercinta.

“Kan, sudah saya bilang. Semua cewek berbuat hal yang sama,” kata Felicia sambil tersenyum lebar.
“Mungkin besok kita perlu mengunjungi tetangga sebelah dan mengundang mereka untuk mampir,” sahutku setengah tertidur. “Tapi itu artinya saya harus membagi kau dengan mereka,” kata Felicia. “Betul,” gumamku setengah bermimpi, “Tapi ingatlah bahwa itu juga artinya kamu bakal punya tiga buah memek yang lembek dan basah untuk dilahap ditambah tiga mulut hangat untuk melayanimu.”
“Mmmm,” katanya sembari membasahi bibir,

“Betul juga. Mari kita beramah-tamah dengan mereka besok.” Kami kembali berciuman lembut, dan tak lama kudengar desahan-desahan indah dari kedua gadis sebelah kamar hotel kami. Akhirnya, gadis pertama menjeritkan puncak kenikmatannya, diikuti segera dengan jeritan orgasme temannya. Aku tersenyum sendiri, dan sebelum kami berdua jatuh tertidur, kubalas merangkum kewanitaan Felicia dengan telapak tanganku, menyongsong alam impian.

Sejak saat itu aku benar-benar intim dengan Felicia. Kami berbagi banyak pengalaman yang menarik. Berbagi tawa, dan berbagi tangis. Kenakalan dan petualangan sepertinya memang jalan hidup sahabatku yang satu ini. Seperti kebanyakan orang Latin lainnya, Felicia benar-benar temperamental dan berdarah panas. Pembawaanku sendiri cenderung sabar dan penuh pertimbangan, namun perbedaan ini justru makin membuat kami lebih lengket.

Beragam sudah permainan cinta yang kami alami bersama, namun sebelum pembaca semua berkesimpulan bahwa sekarang aku adalah lesbian kelas kakap, kuberikan jaminan, bahwa akupun menikmati seks dengan lawan jenis. Malah beberapa waktu yang lalu aku dan Felicia berhasil merayu seorang lelaki muda, orang Indonesia juga, kami rayu ke tempat tidur.

KENIKMATAN YANG TIADA TARA


M8WIN - Sebenarnya aku malu menceritakan kejadian yang sampai sekarang masih sering kulakukan ini. Aku adalah seorang ibu rumah tangga dan aku juga punya status sebagai janda. Kehidupan aku cukup baik, karena peninggalan deposito dari suami dan kadang2 ada bisnis jual beli perhiasan dengan teman. Anak aku ada 2 orang dan mereka semua sekolah di Jogya, karena dekat dengan kakek neneknya. Dirumah aku cuma ditemani oleh Surti (pembantu) dan Remi, anjing herder peninggalan suami juga.

Suatu hari teman jual beli perhiasan aku yang bernama Tina datang kerumahku. Teman bisnisku banyak, dengan Tina aku baru kenal kira-kira 1 bulan yang lalu. Usia wanita itu sama dengan aku dan punya anak satu, wajahnya cukup cantik ditambah dengan make up yang pandai, dan Tina tahu cara merawat tubuh dengan baik, aku mendengar dari teman-teman bahwa dia sangat pandai dalam berbisnis perhiasan, apalagi ditambah kepandaiannya berbicara merayu pembeli. Tina datang kerumahku hari itu untuk menitipkan perhiasan yang hendak dijual, biasanya kami suka bertemu direstoran padang langganannya, tumben hari ini dia datang mengunjungiku.

“Halo Rin…….apa khabar nih???” aku tersenyum senang sambil membalas salam Tina.
“Tumben, kok bisa nyasar kesini Tin?”
“Kangen aku tidak ketemu kamu 2 minggu”
“Aaahhhh….bisa aja….ayo masuk, maaf ya rumah aku berantakan dan kecil” aku mempersilahkan Tina masuk keruang tamu.

“Ah rumah kamu bagus kok, dilingkungan elite lagi” Komentar Tina sambil duduk disofa.
“Seperti yg tadi kukatakan di telepon, aku ingin menitipkan perhiasan ini untuk kamu jualin, soalnya lusa aku akan keluar kota dengan suamiku” Kulihat Tina mengeluarkan kantong beludru hitam dari dalam tasnya.

“Lebih baik dikamar saja Tin, soalnya si Surti ada di dapur” Ajak aku.
aku selalu berhati-hati dalam berbisnis di bidang ini. Tina mengikuti masuk kekamar aku. Lalu kami duduk diatas ranjang dan Tina mengeluarkan semua isi kantung beludru itu. Perhiasan bertahtakan berlian terpampang diatas ranjang, berkilauan. aku kuatir juga melihat perhiasan banyak begitu, aku mengambil salah satu kalung yang paling indah.

“Waah indah sekali kalung ini” Kataku, lalu aku mencoba memasangnya dileherku.
“Sini aku bantu” Tina beranjak kebelakangku, lalu tangannya berusaha mengaitkan kunci kalung itu.
“Leher kamu bagus sekali Rin” Ujar Tina, kurasakan leherku dibelainya, bulu romaku jadi berdiri, perasaanku jadi nggak enak.
Lalu tangan Tina membelai pipiku, sementara tangannya yang lain menelusuri leherku terus merayap menuju dadaku.

“Tin….jangan gitu ah…..aku jadi geli nih” Tapi Tina tidak menjawab. Tiba-tiba aku merasakan pipi kiriku panas, aku menoleh, belum sempat aku sadar apa yang membuat panas pipiku, bibir Tina sudah menyambar bibirku.

Aku gelagapan dan aku berontak berusaha menghindar, tapi Tina seperti kesetanan, ia terus menekan mulutnya ke mulutku. Dan kurasakan buah dadaku diremas olehnya. Aku benar2 terkejut sekali dengan perlakuan seperti itu, aku mencoba mendorongnya, tapi tubuhnya sudah menindih tubuhku. Aku menendang dan Tina melepaskan pelukannya. Aku berusaha membetulkan letak buah dadaku yang tadi sampai keluar dari BH. Tina memandangku dengan mata yang redup.
“Sori Rin…..sejak kenal denganmu aku merasa kamu sangat merangsang sekali” Aku terdiam sambil menahan amarah.

“Kok kamu gitu sih? Kan kamu sudah punya suami??? Teganya kamu….” Sergahku sambil memelototinya. Tina memandangku dengan pandangan yang makin redup.
“Aku lebih bernafsu dengan wanita sepertimu, lagi pula suamiku tidak pernah bisa memuaskanku, belum apa2 sudah loyo sehingga selama perkawinan aku belum pernah merasakan kepuasan”
“Tapi dengan modal kecantikanmu kan kamu bisa cari laki2 lain utk memuaskanmu!”
“Aku tidak merasakan kenikmatan seperti kalau dengan wanita, aku ingin kamu juga mencoba merasakannya Rin” Jawab Tina sambil mendekatiku. Aku beringsut mundur kekepala ranjang.
“Tapi aku tidak pernah lesbian begitu” Hatiku berdebar2 memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi bila Tina menyergapku seperti tadi.

“Jangan takut Rin, aku tidak akan memaksamu, cuma aku ingin kamu mengijinkanku menciummu sekali saja, tolonglah…..” Hatiku makin tak keruan, sudah lama sekali aku tidak pernah dijamah oleh laki2 apalagi perempuan.

Mendengar kata cium saja, aku sudah merasa tidak keruan. Lagi pula apa salahnya dicium Tina, apalagi mulutnya tidak bau. Aku tahu hati kecilku bersikap pasrah.
“Baiklah…..tapi sekali saja, dan jangan macam2 ya” Jawabku.

Tina lalu mendekatiku lalu tangannya merangkul leherku, lalu bibirnya mencium mulutku dengan lembut, perasaanku tak keruan merasakan ciuman itu, aku memberanikan diri membalas ciumanya. Lalu kurasakan lidah Tina menjalar masuk kedalam mulutku mencari2 lidahku. Yang kurasakan kemudian adalah perasaan aneh dan gamang yang tidak dapat dilukiskan. Kurasakan hembusan napas Tina yang panas dipipiku dan lumatan mulutnya yang begitu merangsang birahi.

Hampir 3 menit kami berciuman dan aku tahu kemaluanku sudah basah karena nafsu. Sekarang aku benar2 pasrah waktu Tina menjilati leherku dengan lembut, tangannya melepaskan tali daster dipundakku, lalu dengan lembut buah dadaku yang masih tertuutp bh diremas2.
“Tiin…..jangan ah….malu Tin” Aku berusaha mencegah setengah hati.

Dan Tina tahu aku tidak benar2 ingin menghentikan aktivitasnya.Aku merasakan tangan kirinya masuk kedalam celana dalamku, dan jari2nya memainkan klitorisku, kadang2 dicubit2 kecil, benar2 sensasi yang hebat sekali. Tanpa kusadari aku juga sedang meremas2 pantat Tina. Tubuhnya menindih tubuhku dan kurasakan buah dadanya yang berukuran sedang menekan buah dadaku yang memang dari dulu tergolong besar. Tiba2 aku baru sadar Tina sudah setengah telanjang, cuma memakai cd saja, sedangkan aku benar2 bugil total.

Tubuh Tina berbau harum, entah parfum apa yang dipakainya, tapi wangi tubuhnya menambah getaran berahiku. Tanganku menjalar melepaskan celana dalamnya, lalu kulihat sekilas kemaluannya berkilat tanpa sehelai bulu, rupanya bulunya dicukur rutin. Jari2ku masuk kedalam lubang kemaluannya lalu kutusuk2 dengan lembut. Tina merintih keenakan, tangannya makin dalam beroperasi dilubang kemaluanku. Aku juga merintih keenakan. Aku tidak tahu ternyata wanita dengan wanita dapat saling memuaskan dalam urusan sex.

Sekarang Tina sedang menghisap puting buah dadaku, sementara tangannya yang lain terus bermain di klitorisku. Aku merasakan Tina mulai menciumi perutku, lalu memainkan lidahnya di pusarku, aku kegelian, tak lama kemudian lidahnya sudah menjilati kemaluanku.
“Tin jangan disitu ah……kan jorok” Bisikku sambil berusaha mendorong kepalanya. Tapi Tina malah makin merenggangkan pahaku dan klitorisku dhisap2 olehnya, kadang2 lidahnya masuk keluar dalam lubang kemaluanku.

Aku sudah tak dapat berpikir sehat lagi, yang kurasakan cuma kenikmatan yang tiada taranya. Tahu2 didepan wajahku sudah ada kemaluan Tina, kedua lututnya ada dikiri kanan kepalaku. Tina tidak menurunkan pinggulnya, jadi aku dapat dengan jelas melihat kemaluanya yang botak. Bibir kemaluannya berwarna merah kehitaman dan kulihat klitorisnya cukup besar menonjol bertengger diatas bibir kemaluannya.

Aku menyibak bibir kemaluan Tina, dan kulihat kemaluannya basah sekali oleh lendir yang bening, aku lalu menusuk2 kemaluan itu dengan telunjuk, jari tengah dan jari manisku, kadang2 dengan kelingking juga. Lubang kemaluan Tina sudah agak kendur, mungkin punyaku juga sama. Aku ragu2 mejilat kemaluannya, soalnya aku belum pernah menjilat kemaluan sesama wanita. Tina terus mengeluar masukkan lidahnya dilubang kemaluanku, aku sudah tak tahan lagi.
“Tin….aku hendak keluarrrr…..” Tubuhku bergetar hebat, kurasakan lidah Tina masuk makin dalam kedalam kemaluanku, dan aku merasakan orgasme yang hebat sekali.

Sepertinya ini yang paling enak semenjak aku menikah. Tina masih terus menjilati lendirku, aku juga tak perduli lagi, kuraih pinggul Tina lalu ketarik sampai wajahku terbenam disela2 pahanya. Tercium bau yang sama dengan bau kemaluanku. Kujilat2 klitorisnya lalu kumasukkan juga lidahku kedalam lubang kemaluannya, kurasakan lendir asin masuk kedalam mulutku. Aku tidak perduli lagi. Lalu kurasakan ada yang geli di lubang pantatku.
“Aduh Tin jangan disitu dong…..jorok kan?” Kurasakan lubang pantatku berkerut ketika lidah Tina berusaha menerobos masuk.

Kemudian aku tak perduli juga, karena aku merasakan kenikmatan yang sama, aku juga melakukan hal yang sama dengan Tina. Kutusuk2 lubang pantatnya dengan lidahku, lubang yang kehitam2an itu jadi becek oleh air liurku dan lendir kemaluannya. Tiba2 Tina seperti tersentak lalu beku…….mulutnya mengeluarkan jeritan kecil, lalu kurasakan ia menekan lubang memeknya makin dalam kewajahku dan menggoyang2kan pinggulnya sehingga hampir seluruh wajahku tersapu oleh kemaluannya.
“Aduuuuh riiin…..enak sekaliii….” Ia memeluk erat2 pinggulku, klitorisku digigit2 kecil olehnya. Tak lama kemudian tubuhnya melemas lalu betul2 lemas sehingga aku tidak bisa bernapas karena tekanan kemaluannya diwajahku. Keringatnya bergulir turun masuk kedalam mulutku. Aku juga benar2 puas sekali.

Kemudian Tina bangun lalu mencium mulutku, kami kembali bergelut sambil mendesah2. Tina menempelkan kemaluannya pada kemaluanku, lalu menggosok2nya. Kira2 15 menit kami berciuman sambil berpelukan erat sampai aku tak merasa kalau aku tertidur.

Entah berapa lama aku tertidur, samar2 aku seperti mendengar suara Remi. Aku membuka mataku dan……astaga!!! Kulihat Tina sedang bergelut dengan Remi dilantai kamarku yang beralaskan karpet biru. Kulihat Tina sedang menjilat2 kemaluan Remi yang sudah keluar dan berwarna merah sekali. Mulut Tina berlumuran cairan yang keluar terus dari kemaluan anjing itu, dan anjing itu bersuara kecil sepertinya keenakan kemaluannya dihisap oleh Tina. Kemaluan Remi cukup besar, mungkin karena anjing herder dan cairan seperti lendir itu terus keluar menetes netes, dan Tina mencerucup cairan itu……

“Tin!! Gila kamu……kok sama Remi sih???” Aku memberondong Tina. Tapi lagi2 Tina tidak menjawab, yang kulihat kemudian ia berusaha menuntun kemaluan Remi memasuki kemaluannya. Dan Kudengar rintihan Tina ketika kemaluan yang cukup besar itu masuk kedalam lubang kemaluannya. Kulihat Remi menggerakkan bokongnya dengan amat cepat, lalu tidak berapa lama kemudian terdengar Remi mendeking halus lalu dari sela2 kemaluan Tina kulihat cairan merembes keluar banyak sekali, seperti air kencing tapi juga seperti lendir yang encer. Kulihat Tina mengerang2 lalu tangannya meraih kemaluan Remi dan dimasuk keluarkan sendiri olehnya.

Melihat pemadangan itu tubuhku kembali bergidik, ada perasaan aneh merayap kedalam jiwaku. Aku tahu bahwa aku terangsang oleh aksi Tina. Tanpa sadar aku juga turun kelantai dan kepalaku mengarah menuju selangkangan Tina. Kulihat dari dekat kemaluan Remi masih digerak2an Tina keluar masuk dalam kemaluannya, dan dari kemaluan hewan itu masih terus menetes lendir, sedangkan kemaluan Tina kulihat sudah merah sekali, juga kulihat lendir Remi memenuhi kemaluan Tina.

“Rin….dijilat Rin….tolonglah Rin” Rintihan Tina makin merangsang nafsuku.
Seperti ada yang mendorong, kepalaku segera menyusup keselangkangan Tina. Pelan2 kujilat kemaluan Tina yang sangat banjir itu. Aku merasa cairan kemaluan Remi terasa asin sekali, tapi baunya tidak menyengat. Seperti kesetanan aku menghirup dan mencelucupi kemaluan Tina. Persis seperti Remi jika sedang minum air. Lidahku menguak bibir kemaluan Tina, lalu masuk menjelajahi seluruh dinding vaginanya.

“Riiiiiiinnnnnn……….” Tina merengek hebat,pinggulnya terangkat menekan mulutku.
Aku tak perduli lagi. Kemudian aku berpindah menghisap kemaluan Remi, kumasukkan seluruh kemaluannya kedalam mulutku. Penis Remi terasa panas dalam mulutku dan aku mencium bau hewan itu, tapi pikiranku sudah gelap yang ada hanya nafsu yang selama ini terkubur dalam2 dan kini meledak tak terbendung.Aku tahu aku bakalan menyesali perbuatanku setelah ini.
Aku terus menjilat dan mengulum penis Remi. Anjing itu mendeking2 pelan, kadang2 berusaha menghindar, tapi Tina memegang kedua kakinya dengan erat. Tak lama kemudian dari penis Remi menyembur cairan panas kedalam mulutku. Kumasukkan seluruh penis Remi lalu kusedot2, anjing itu mencoba memberontak, entah kenikmatan atau kegelian. Tina memajukan wajahnya lalu kami saling berciuman, kukeluarkan sebagian cairan Remi kedalam mulutnya. Wajah kami sudah basah oleh cairan encer itu.

Sekarang aku berbaring dibawah Remi, kemudian Tina mulai menghisap kemaluan Remi agar nafsu Remi kembali. Setelah itu Tina mencoba memasukkan penis Remi kedalam vaginaku. Ternyata penis itu kebesaran untuk lubang vaginaku. Mungkin lubang vaginaku menciut sepeninggal suamiku yang meninggal 4 tahun yang lalu. Kepala penis Remi yang meruncing itu masuk sedikit, tiba2 Remi mendorong keras sambil menusuk2 cepat sekali. Aku merasa agak perih, tapi kemudian kurasakan kenikmatan yang tak terbayangkan, lubang vaginaku seperti ditusuk oleh mesin penggerak yang amat cepat.

Aku tak tahu bagaimana melukiskannya sampai aku mencapai orgasme yang sangat hebat. Seluruh rambut ditubuhku seperti berdiri tegak membuatku merinding. Tak lama kemudian aku merasakan cairan panas menyemprot dalam vaginaku, aku berusaha mengeluarkan penis Remi, tapi hewan itu seperti tak perduli, aku pasrah membiarkan seluruh cairannya keluar dalam vaginaku. Kemudian Tina menyuruhku jongkok diatas wajahnya. Tina melumat vaginaku dengan penuh nafsu, kulihat dari vaginaku mengalir cairan Remi yang tersisa, mengalir seperti air kencing masuk dalam mulut Tina. Akupun tidak mau ketinggalan, kulumat juga vagina Tina yang sekarang sudah agak lembab dan lengket.

Hari itu aku dan Tina bersetubuh 3 kali, pagi, siang dan malam hari. Aku tak mengerti lagi apakah aku ini normal atau tidak. Yang pasti kebutuhan yang selama ini tak tersalurkan, kini menemukan muaranya. Aku sangat menyesal dengan perbuatanku yang mungkin bertentangan dengan agama yang kuanut, tapi aku terus menerus melakukannya dengan Tina. Seolah2 kami sudah tak terpisahkan. Tina selalu mempunyai ide2 yang baru dalam setiap permainan kami. Aku juga tak tahu apakah aku harus berterima kasih padanya atau mengutuknya. Dan belakangan aku Tina mengatakan bahwa hampir semua ibu2 yang kukenal pernah diajak berlesbi olehnya.

THREESOME SEX


M8WIN - Hai.. Namaku Dewi, usia 26 tahun. Aku termasuk cewek yang punya tingkat libido yang tinggi. Aku nggak pernah lama pacaran, karena aku orangnya nggak pernah puas ngesek sama pacar-pacarku dan cepat bosan. Bahkan sampai sekarangpun aku sering mencari kepuasan sendiri. Dan itupun nggak terbatas, cowok bahkan cewek sekalipun aku doyan.

Yang paling ngedukung adalah wajahku yang lumayan dan bodiku yang nggak ngecewain. Hanya dengan modal senyum dan baju sexy, banyak cowok yang kepingin berbagi kenikmatan denganku. Kebayakan mereka nggak tahan kalau melihat dadaku yang padat membusung atau pahaku yang sekal. Aku juga nggak perlu capek cari partner cewek, karena aku mengenal betul siapa cewek-cewek yang bisa diajak main.

Aku bekerja sebagai asisten akuntan di sebuah Jasa Akuntan Publik yang cukup terkenal di kota Surabaya. Pekerjaan yang melelahkan dari jam 8 pagi sampai 8 malam itu terkadang memerlukan refresing juga. Bahkan hari ini aku lembur sampai jam setengah sebelas. Makanya ketika Kristin, teman kerjaku ngajakin dugem, aku langsung mengiyakan. Aku tahu Kristin nggak mungkin hanya mengajak dugem aja. Karena aku tahu Kristin itu penganut paham lesbisme.

Tapi tak apalah, aku juga ketagihan digerayangin jemari lentik cewek. Apalagi Kristin sangat menggairahkan. payudaranya montok sedikit tak serasi dengan tubuhnya yang agak kurus, tapi kencang banget. Sudah lama aku pengin meremas-remas payudaranya bahkan mengulum puting payudaranya itu.

Dengan naik mobilnya, kami segera meluncur ke sebuah diskotik yang tak terlalu besar tapi cukup ramai. Sesampainya di diskotik kami segera mencari meja kosong di sudut diskotik. Walaupun di pojok tapi cukup mudah memandang ke arah floor dance. Lalu kami memesan minuman beralkohol ringan untuk menghangatkan badan. Ketika si pelayan beranjak pergi setelah mengantarkan pesanan kami, Kristin mulai merapatkan tubuhnya kepadaku.

Aku pura-pura tak peduli sambil terus mengobrol dengannya. Tapi makin lama jemari Kristin mulai berani meraba-raba pahaku yang masih terbalut span ketat. Rangsangan itu mengena padaku hingga aku balas dengan makin memperdekat jarak duduk kami. Tapi belaian Kristin makin panas menyusup ke balik rokku. Karena tak tahan dan malu jika harus dilihat orang, aku segera mengajak Kristin melantai.

“Kita turun yuk?” kataku.
“Enak disini aja ah,” jawabnya menolak.
“Ayo dong Kris.”
Aku menarik tangannya untuk turun ke floor dance. Kami ngedance mengikuti hingar bingar musik diskotik. Dalam keremangan dan kilatan lampu, aku lihat keayuan wajah Kristin yang nampak lugu. Melihatku tersenyum-senyum kearahnya, Kristin meliuk-liukkan tubuhnya erotis. Daya rangsang yang dinampakkannya dari gerakan tubuhnya dan senyuman nakalnya semakin membuatku mabuk. Sambil bergoyang aku peluk tubuhnya hingga kedua payudara kami saling berbenturan.

Sesekali tanganku dengan nakal meremas bokongnya yang masih tertutup celana panjang. Tangannya mendekap erat tubuhku bagai tak ingin terlepas. Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik kemejanya dan meremas kedua payudaranya yang masih terbalut BH. Ooohh.. begitu halusnya payudara Kriswin, halus dan kenyal banget. Lalu tanganku bergerak melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku dapat membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku telah membekap kemaluannya yang masih terlindung celana panjangnya.
Sementara Kristin memejamkan matanya meresapi setiap sentuhanku sambil terus bergoyang mengikuti musik yang menghentak-hentak. Tubuhnya bergerak merapat ke tubuhku.

“Kamu ganas juga, ya?” bisiknya.
“Tapi kamu suka kan?”
Kristin merapatkan tubuhnya sambil menciumi belakang telinga kananku. Hembusan hangat nafas Kristin membuat gairahku bagai dipacu. Jemariku segera mencari-cari puting susunya lalu memelintirnya sampai membuat Kristin mengikik kegelian.

Satu jam kemudian Kristin mengajakku pergi dari diskotik itu. Kami telah sama-sama sepakat akan meneruskan gairah kami hingga terpuaskan. Kami menuju ke sebuah hotel terdekat lalu segera menuju kamar yang telah kami pesan. Setibanya di kamar Kristin melucuti pakaiannya sambil menirukan gaya penari stripis. Secara halus, perlahan demi perlahan dilucutinya pakaiannya satu persatu dengan gerakan yang membuat air liurku hendak nenetes. Tinggal CD-nya saja yang masih melekat.

Dengan kedua payudara yang menggantung indah Kristin mendekatiku perlahan sambil mempermainkan CDnya yang sudah basah. Akupun ikut melucuti pakaianku dengan gerakan-gerakan yang juga aku buat seerotis mungkin. Mata Kristin berbinar-binar ketika BH-ku menghilang dari kedua payudaraku.

“Wowww.. besar dan kencang sekali.. buat aku ya..” kata Kristin sambil membelai pinggiran buah dadaku, kemudian Kristin mengulum putingnya yang sudah mengeras sejak tadi.
“Ooogghh.. sshh.. enak banget,” rintihku.

Diisapnya dalam-dalam putingku itu dengan keahliannya. Sambil mengisap jemarinya terus menari-nari di payudara kiriku. Tanganku meremas-remas rambutnya yang mulai kucal sambil meremas-remas payudara kirinya yang sempat aku gapai.

Lidah Kristin yang sudah terlatih menyapu seluruh permukaan payudaraku dan melumat putingku secara bergantian. Desahan kami berpacu diantara nafas-nafas kami yang sudah tak teratur lagi. Kemudian Kristin mencumbui perutku dan terus kebawah ke arah pusat kenikmatanku yang sebelumnya telah ditelanjanginya.

“Bukit venusmu indah banget Wi..” pujinya membuatku tersanjung.
Otot-otot vaginaku terasa menegang ketika jari-jari Kristin merenggangkan labia mayoraku. Lalu jari tengahnya mengorek-ngorek klitorisku dengan penuh perasaan.
“Aaahh.. sshh.. mmhh..” desahku untuk kesekian kalinya.
“Jilatin say.. aku paling suka..”

Kristin menjilat klitorisku yang terasa tegang. Lalu menghisapnya kuat-kuat. Uaahh.. rasanya nikmat banget.. bahkan ketika lidahnya mulai turun menyusuri daerah sekitar lubang kawinku. Rasanya ingin mengeluarkan semua lava kenikmatanku yang menggedor-gedor ingin keluar.

Akhirnya Kristin menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menarik tanganku. Sementara buah dadanya kian kencang. Putingnya kian memerah. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya. Seperti keringatku. Juga nafasku. Aku lorot CD-nya yang sudah basah benar. Lalu aku menindihnya hingga tubuh dan payudara kami saling berimpitan, bibirku dilumatnya dengan liar. Vagina kami saling bergesekan hingga menimbulkan rasa panas di masing-masing vagina kami. Suara srek.. srek.. akibat gesekan rumput vagina kami menambah nikmat sensasi yang tercipta.
“Ooohh.. Wi.. sudah lama banget aku naksir kamu.. aahhgghh..”
“Malam ini aku milikmu Kriiss..”

Setelah sepuluh menit kami saling berpagutan lidahku bergerak menuruni leher jenjang Kristin sampai bibirku hinggap di payudaranya yang kencang dan ramun. Aku hisap puting susunya yang keras dan coklat. Akhirnya tercapai juga keinginanku untuk mengganyang pentilnya yang besar itu.
“Wii.. terus aachh.. ehmm..” desahnya keenakan.

Kemudian aku semakin turun dan menghisap pusarnya, Kristin tidak tahan diperlakukan demikian. Erangannya semakin panjang.
“Aaach.. geli aach.. Wii..”
Aku terus menghisap-hisap pusarnya lalu aku turun dan saat sampai di Vaginanya. Aku sibak rumput-rumput liar di bukit belahnya itu kemudian mulai menjilatinya dan sesekali menghisap klitorisnya yang menyembul sebesar kacang.
“Aaacchh.. Wii terus achh.. enak..”

Kristin semakin menggelinjang tangannya menarik-narik sprei kamar hotel itu dan beberapa saat kemudian dia menjerit kuat. Aaacchh..!! Dan dari vaginanya menyembur lendir kenikmatan yang cukup banyak. Sruupp.. langsung aku hisap habis.
“Aaach Wii.. acchh..” jeritnya untuk kesekian kalinya.

Setelah mengalami orgasme yang pertama itu, Kristin tergeletak di atas ranjang. Aku segera meraih HPku di dalam tas. Lalu segera mengirim SMS buat Eric, temanku ngewe. Kristin yang tahu kalau aku menghubungi seseorang berlagak cemburu. Dia segera duduk tepat di depanku.
“Sms siapa sih say?” tanya Kristin cemberut.
“Ada deh..” jawabku sambil tersenyum padanya.
“Ah, nggak asyik. Katanya kamu malam ini milikku?” rajuk Kristin yang kemudian mengutak-utik vaginaku.

Birahiku kembali bergelora. Aku biarkan saja Kristin mempermainkan daerah tersensitifku itu dengan jari-jari lentiknya. Nafasku memburu ketika ujung jari telunjuk Kristin masuk ke dalam lipatan vaginaku yang berair kemudian mengelus-elus lipatan dalamnya.

“Hoohh.. baby swety.. enak banget..” rintihku.
Payudaraku yang telah bengkak dijilatnya dengan lidahnya kemudian dilumatnya putingku yang sudah sangat keras itu. Sedangkan telunjuknya terus memilin-milin clitorisku.
“Aaaghh.. terus.. yeaahh.. jilatin say..”

Kristin berganti menjilati vaginaku sedangkan tangannya beralih meremas-remas payudaraku yang sudah sangat bengkak dan berwarna merah oleh hisap-hisapannya. Rasanya kakiku tak kuat menyangga tubuhku yang terasa berat oleh birahi yang telah sampai di ubun-ubun. Maka aku menghempaskan tubuhku diatas kasur dan Kristin meneruskan permainannya yang membawaku ke awang-awang.

Kini kami melakukan 69 style. Saling hisap, saling jilat dan terkadang aku menekan lubang kenikmatannya dengan jempolku. Lubang asyiknya yang merah merona aku tusuk dengan jari telunjukku berkali-kali, begitu pula yang dilakukannya terhadapku. Berkali-kali klitorisku dihisap oleh Kristin kuat-kuat. Berkali-kali Kristin mengalami orgasme, tapi aku masih bisa bertahan. Hingga kemudian pintu kamar dibuka dari luar dan Eric muncul dari balik pintu.

“Hallo gadis-gadis! Sedang asyik nih?” sapanya.
“Ric, cepat sodokin aku dengan penismu!” teriakku pada Eric.
Kristin segera minggir ketika Eric melucuti seluruh pakaiannya. Sepintas kulihat roman muka Kristin yang sedikit cemberut. Tapi aku nggak peduli yang penting Eric segera memuaskan birahiku dan membawaku ke pucuk-pucuk kenikmatan. Eric tersenyum lebar memandangi bibir kemaluanku yang semakin basah. Aku enggak tahan lagi, segera aku arahkan penis Eric yang sudah mengacung-acung keras itu ke lubang kemaluanku.

“Aaaggh!” pekikku saat Eric menekan penisnya agar masuk semua ke dalam lubang kemaluanku.
Blees!! Akhirnya seluruh batang penis Eric mampu menjebol lubang kenikmatanku. Rasa perih bercampur nikmat jadi satu ketika Eric mulai mengocok liang kawinku keluar masuk.
“Aaawww.. enak banget vagina kamu Dewi.. seret.. tapi siip..” bisik Eric menyanjungku.
Eric terus memompa vaginaku sampai kami tak sadar mengeluarkan desahan dan rintihan birahi yang membuat Kristin terangsang banget. Rasa cemburunya hilang bahkan Kristin mendekatiku lalu mengenyot payudara kiriku, sedangkan Eric juga mengenyot payudara kananku. Segala kenikmatan syahwat aku rasakan dengan mata tertutup dan bibir yang menganga mendesah-desah. Hingga kemudian aku merasakan lava kenikmatanku yang menggedor-gedor.

“Aaahh aku mau keluar.. aahh.. sshh.. aahh..” pekikku.
Eric memompa penisnya semakin cepat hingga aku kesulitan untuk mengimbanginya. Sedangkan lidahnya maupun lidah Kristin semakin liar menjelajahi payudaraku. Lalu.. aahh.. Lendir kenikmatanku menghangat basah dan licin menyembur

hingga membecek di sekitar selakanganku. Eric terus memompa dengan liar hingga kemudian dia berteriak tertahan,
“Aaagghh!!” Croot..croot.. spermanya muncrat tertelan lubang kenikmatanku hingga menghangat di dalamnya.
“Riic.. keluarin penismu itu biar Kristin ngerasain nikmatnya pejuhmu. Kriiss.. hisap vagina aku say..” kataku kemudian.
Kristin menjilat dan menghisap tandas semua cairan di vaginaku setelah Eric mencabut penisnya dari Vaginaku. Tapi tiba-tiba saja Kristin terpekik keras,
“Aaacchh!!”

Ternyata Eric menusukkan penisnya ke vagina Kristin yang cantik kalau menungging. Kristin misuh-misuh tapi kemudian ikutan ngerasain nikmatnya sodokan Eric yang sudah sangat berpengalaman ngentotin cewek-cewek dari berbagai usia. Sambil mengocok maju mundur, Eric berpegangan sambil meremas-remas payudara Kristin yang sudah keras banget. Aku sendiri menjilati vagina dan klitoris Kristin dan sekali-sekali menjilat buah pelir Eric hingga membuat mereka sampai di pucuk-pucuk asmara.

“Aduuh sayang.. terus.. ah.. enak say.., nikmat sekali.. rasanya ingin keluar say, aduuh.. nikmatnya, terus.. yang cepat.. say.. aduh aku nggak tahan ingin keluar..” Kristin menceracau tak karuan beberapa saat kemudian tubuh Kristin menegang dan sur.. suurr croot.. croot..

Kemudian kami bertiga terkulai lemas bersimbah keringat yang membanjir.
“Makasih ya say.. kalian berdua memang hebat,” gumamku penuh kepuasan.
“Aku juga. Aku kira paling enak itu jadi lesbian, ternyata aku butuh variasi juga,” sambung Kristin.
“You’re welcome. Kapan-kapan aku bersedia di episode berikutnya..,” ujar Eric. Lalu kami tertidur kelelahan tapi penuh kepuasan.